“Kar, lo kenapa? Kok kayak abis nangis?” tanya Hengki,
“enggak” Karen menghindari kontak mata dengan Hengki.
“bilang sama gue Kar! siapa yang bikin lo nangis?” Hengki menjadi emosi.
Namun Karen hanya menunduk karena tidak ingin dulu siapaun tahu tentang masalah yang sebenarnya.
“Karen!” seseorang memanggil namanya, suara yang tak asing sama sekali ditelinganya. Karen amat mengenali suara ini sontak menoleh kebelakang.
“ngapain lo kesini?” tanya Karen kesal,
“gue sama Anita mau jenguk Arga Kar” jawab Marchel.
“Arga gak perlu dijenguk!” Karen melipat kedua tangannya didepan dada.
“sorry, tadi Anita udah ngasih tau gue kalo lo sedih banget karena Arga kritis..sorry gue baru tahu” Marchel meminta maaf.
“gak perlu minta maaf Chel,” Karen membalikkan tubuh nya membelakangi Marchel dan Anita.
“Karen, gue sayang sama lo..lo jangan marah sama gue dong” Marchel meminta,
“okay, kalo lo bener-bener sayang sama gue lo harus dengerin apa kata gue!” Karen menghadapkan tubuhnya kearah Marchel.
“emang apa?” tanya Marchel,
“lo harus jauhin Anita!”
“tapi-”
“Gue ngomong gini karena gue punya alasan”
“apa alasannya?” Marchel masih tetap tidak percaya,
“karena yang nyebapin elo dan Arga celaka itu dia!” Karen menunjuk kearah Anita.
“gue denger sendiri dan dia ngaku didepan gue kalo dia orang yang nyerang kita..tadinya dia Cuma nyuruh orang buat nyerang gue, tapi karena elo dan Arga selalu dideket gue, kalian juga kena” Karen menjelaskan pada Marchel.
“Kar, tenangin diri elo! Gue tau lo terpukul ngeliat Arga kayak gini..makanya lo nyalahin Anita Kar” Marchel bersikeras.
“kan bener, lo tetep gak percaya sama gue..mending sekarang lo pergi dari sini, sebelum gue nyesel” Karen mengusir Marchel dari hadapannya.
“Kar, dengerin gue dulu..masalah bisa diselesaikan dengan kepala dingin, bukan dengan emosi” Marchel tetap tidak pergi,
“maksud lo gue nuduh Anita karena emosi?!” Karen semakin tak karuan,
“enggak Kar, lo itu sekarang lagi sedih banget sekarang, pasti pikiran lo kacau makanya lo kayak gini” ujar Marchel tidak ingin menyinggung Karen.
Namun ternyata Karen malah semakin emosi mendengar kata-kata Marchel barusan.
“oh gue tau, menurut sekarang otak gue lagi kacau gitu?!” ujar Karen,
“gak gitu Kar, tapi-
“apa lagi? Dari tadi bukan gitu-buka gitu, tadi lo bilang gue lagi sedih, gue terpukul, terus otak gue lagi kacau, nanti apa lagi? Gue gila? Iya?!” Karen emosi,
“gak Karen!”
“hubungan Cuma didasarkan rasa sayang doang gak balance kalo gak ada rasa percaya Chel,”
“iya Kar gue tau, tapi-
“udah Chel, lo pergi aja! Sebelum kata-kata yang keluar dari mulut gue ini nyakitin elo dan menjadi penyesalan buat gue” Karen meneteskan air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adagio
Teen FictionHai, follow dulu ya sebelum baca!! Warning! 🚫Dilarang keras menjiplak!! Malu membaca penasaran dijalan, bikin tiruan/menjiplak memalukan.. . . . 'gue gak pernah berfikir untuk mencintai ataupun jatuh cinta, jadi maaf jika cara gue mencintai tidak s...