O1 :: harja's

2.2K 235 40
                                    

Mereka bertiga serempak melangkahkan kaki menuruni tangga dengan tujuan yang sama; menuju kantin. Netra salah satu dari tiga orang itu menangkap sesosok laki-laki yang sedang berdiri menyender ke pohon jambu. Kedua lengannya dilipat ke depan, dengan bibir manyun tiga senti.

"JO! ADUHH MAAF!"

"Gak gue maafin, kak. Yang bener aja lo nyuruh gue nunggu disini sendirian"

"Ck! Kenapa ga nyuruh nemenin anak buah lo aja Tuan Jocellio yang terhormat?"

"Bang Maha diem lo gausah ikut-ikutan, gue ga mood ngajak ribut"

"Lah kok ngamok"

"Suka-suka gue!"

Tiga orang yang berjalan beriringan itu tak lain adalah Harja, San, dan Maha. Sedangkan yang menunggu di bawah pohon adalah Jocellio atau yang kerap disapa Jo, dia adalah adik kandung dari San. Hari ini genap dua minggu setelah kepindahannya ke sekolah baru jadi ia masih dalam tahap adaptasi. San yang sudah hampir dua tahun bersekolah disini lah yang diwajibkan ayahnya untuk menjaga adik nya.

Kata ayahnya "udah gapapa San itung-itung dapet pahala". Mau tidak mau San hanya bisa mengangguk menurut. Mengurus Jo itu ribet sebenarnya, banyak mau mana bawel lagi.

Contohnya sekarang. Karena Jo baru pindah dan 'katanya' masih belum mendapat teman yang klop akhirnya ia pun mengajak kakaknya untuk makan bersama di kantin. San mengiyakan, sekalian mengajak dua teman lainnya yang sudah akrab dengan Jo juga. Tapi karena ada jam tambahan, San dan kedua temannya telat 10 menit. Hanya 10 menit!

"10 menit tapi Jo ngambeknya bisa sampe 10 minggu" San bergumam pelan. Untung adiknya itu gak denger.

"Hadeh dari dulu kalian ribut mulu perasaan. Dah yok masuk, gue udah pesenin meja khusus buat kita berempat" Harja melerai lalu menuntun adik-adik kelasnya untuk segera berjalan kedalam kantin.

"Asik! Ada yang mau nraktir nih" Maha antusias. Matanya berbinar dengan muka yang dibuat-buat agar Harja luluh berakhir mereka ditraktir.

Namun gagal, dan respon Harja malah ..

"Ngarep. Udah ah ngaco lo semua"

Mereka langsung kicep dan berjalan dibelakang Harja dalam diam. Meja yang dipesan Harja sudah tidak asing lagi untuk San dan Maha. Meja nomor 45, berada di pojok belakang dan jarang di pakai. Tapi entah mengapa Harja sangat suka duduk disana, ada kenangan tersendiri katanya.

"Buk!! Buryam nya satu ya kaya biasa!"

"Ralat. Empat bu! Cepetan ya laper nih!"

Ibu kantin yang sudah hapal dengan empat pembeli langganannya ini hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Walaupun baru beberapa hari ia bertemu dengan Jo, mereka sudah langsung akrab. Ibu kantin di sekolah mereka semua ramah dan enak diajak temen ngobrol sambil makan.

"Nanti pada free ga? Kumpul di tempat biasa yuk?" Tanya Maha dengan pandangannya yang masih menghadap handphone, maklum lagi by one soalnya.

"Gue free"

"Gue juga"

"Bang Harja?" Tanya nya lagi saat belum mendapat respon jawaban dari yang paling tua.

"E-eh kayanya kalo ntar gue gabisa deh. Lagian tumben kalian ngajak ketemunya pas malming gini"

"Lah ngapa emang bang?"

San berdecih. "Lo gatau apa pura pura gatau, Jo?"

"Ih apasih orang gatau juga" Jo menanggapi dengan dahi yang dikerutkan.

"Itu loh argh"

"Itu apa?"

"Bang Saga"

"LAAHHH??!?!" Jo tiba-tiba berteriak. "MASIH SAMA BANG SAGA TERNYATA??!"

Teriakan Jo yang kelewat keras itu membuat puluhan pasang mata melihat kearahnya lengkap dengan tabokan di kepala dari abang dan kakaknya.

"Hadeh pusing pala gue. Abis dah ntar digosipin anak MIPA lagi" Harja mendengus sembari memijat pelipisnya. San dan Maha hanya tersenyum sekilas. Sudah hal biasa memang Harja menjadi bahan gosip anak MIPA yang tak lain tak bukan karena hubungannya dengan salah satu siswa berprestasi yang berada di kelas XII MIPA 1.

Harja memang sudah lama menaruh hati pada lelaki manis bernama lengkap Sagara Bhiantara itu, mungkin 5 tahunan ini. Mereka satu SMP makannya Jo juga sudah tidak asing dengan Saga yang namanya sering disebut-sebut saat mereka nongkrong bareng.

"Yamaap bang. Gue kan gatau" Jo kembali mengerucutkan bibirnya.

"Iyee udah santai aja gapapa"

"Tapi keren loh perjuangan bang Harja selama 5 taun ini. Salut gue" San berkata sembari menyeruput coklat panasnya yang baru diantar. Maha ikut mengangguk. Abangnya itu memang patut di jadikan contoh. Pasalnya ia masih memperjuangkan Saga walaupun tanpa status alias masih digantungin bro.

"Berarti nanti mau jalan sama dia lagi?"

Harja mengangguk. Hampir setiap malming ia mengajak Saga jalan-jalan keluar entah berburu streetfood, ke mall, atau menginap di studionya.

"Lo kok bisa tahan di gantungin dia bertahun-tahun sih, bang?" Jo bertanya. Ia menjadi penasaran sekarang.

"Itu semua juga kemauan dia sendiri" Bukan Harja yang menjawab, melainkan San. Ia dan Maha sudah tau tentang hal ini sebelumnya.

"Maksudnya, kak?"

"Iya. Bang Saga yang nyuruh bang Harja biar tetep bertahan sampai suatu saat nanti Bang Saga bisa bales cintanya"

"Jadi bang Saga tuh belum cinta tapi dia juga gamau ngelepasin bang Harja gitu?"

Yang paling tua menggeleng lalu memberi jawaban lain. "Lebih tepatnya dia pengen gue yang berjuang bikin dia jatuh hati sampe akhirnya luluh dan nerima gue nantinya"

"Oohh..." Jo membulatkan mulutnya. "Tapi lo ga bosen digantungin 5 taun, Bang? 5 taun loh anjrit"

"Ngga. Selama itu bisa bikin dia jadi milik gue ya buat apa bosen"

Padahal Harja menjawab dengan jujur tapi hal itu sukses membuat Jo kaget sampai setengah mati. Selama ini ia tahunya seorang Harja Abimanyu hanya menghabiskan sisa hidupnya di studio, menulis lirik, mengaransemen lagu. Tapi ternyata abang jadi jadiannya ini ahli juga masalah percintaan.

Maha tertawa kecut. "Bucinnya udah di level tertinggi tuh, Jo. Gausah kaget gitu"

"Diem lo jomblo" Pemuda Abimanyu itu berusaha menyergah.

"Dih ngaca ya. Lo juga belum resmi sama bang Saga"

"Seenggaknya gue satu tingkat diatas lo sekarang"

"Tinggian juga gue"

"MAKSUT LO?!?!!"

"NGGA BANG AMPUNNN"

"Dah dah diem, nih makan dulu" Jo berkata sembari mengambil alih nampan milik pelayan dan mendaratkan empat mangkuk bubur ke meja. Rasa kagetnya juga perlahan memudar setelah mencium aroma makanan didepannya yang kelewat wangi. Tangannya gesit menuangkan beberapa sendok sambal dan langsung melahapnya beberapa saat kemudian.

Tanpa diaduk dulu pastinya.

Saat sedang makan dengan khidmat, tiba-tiba ada yang mengalihkan atensinya.

"Handphone lo bunyi terus tuh, Jo. Dari siapa sih?"

Tbc

WHITE || AteezTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang