13 :: ily

817 147 45
                                    

Setelah kejadian minggu kemarin, Saga, Yesa, Wadya, dan Yunan menjadi lebih dekat satu sama lain. Mereka sering menghabiskan waktu bersama di cafe, perpustakaan kota, ataupun berbelanja di mall. Sesekali mereka menemani Saga belajar dan 'ngelembur' di sekolah.

Yunan juga terlihat lebih sering menginap di rumah sepupunya. Katanya sih lebih asik tidur sama Wadya daripada tidur sendirian.

Sekarang, mereka berempat sedang duduk di gazebo sekolah sembari menunggu jemputan. Kalau Yesa mungkin akan pulang memakai jasa ojek online, tapi nanti kalau semua temannya sudah pulang duluan.

"Dya, gue nebeng ya ntar" Yunan menepuk pundak Wadya dua kali. Yang ditanyai itu mengangguk. Mereka sudah membuat kesepakatan tersebut sejak jam istirahat tadi.

"Kenapa ga bawa motor sendiri deh, Nan" Yesa bertanya.

"Orang tua gue mana ngasih ijin kalo kaki gue aja masih dibalut perban kaya gini"

"Halah dah sembuh tuh paling" Wadya memukul kaki kanan Yunan yang dibalas erangan dari sang empu.

"SAKIT ANJIR!" Teriaknya.

Mereka tertawa. Lebih tepatnya hanya Wadya, Yunan, dan Yesa karena Saga masih saja fokus dengan handphone di tangannya.

"Fokus amat, kak. Ngechat siapa?" Yesa lagi-lagi kepo.

Wadya tergelak dalam tawanya. "Kaya gatau aja lo. Biasa kalo pulang kan bareng sama si ekhemm" Godanya.

Saga ikut tertawa lalu mengangguk. Kelas Harja sudah selesai lima menit yang lalu, tapi anaknya masih otw. Maklum aja, gedung ips jaraknya jauh sama gazebo depan.

Katakanlah bulol, karena sudah dua mingguan ini Harja rutin mengantar jemput Saga. Entah itu ke sekolah, les, bahkan menemani si manis keluar cari jajanan. Gatau kenapa tapi rasanya kaya perasaan sayang dia ke Saga tuh bertambah besar tiap harinya.

"Inget utbk, kak" Ucap Yunan yang langsung dihadiahi tendangan kecil dari Wadya.

"Kak Saga mah pejuang snmptn bahlul" Kata Wadya mengoreksi. Yunan langsung menepuk dahinya pelan. "Oiya gue lupa. Ranking 1 paralel mah udah pasti fokus ke snmptn ya"

Saga tertawa kecil. "Bisa aja"

"Amboooi seronoknye" Itu Harja. Dia lagi kosplay jadi upin-ipin kayanya. Gatau deh, anaknya emang random banget gitu.

"Dateng juga yang ditunggu-tunggu" Kata Wadya sambil terkekeh.

"Siapa yang nunggu?"

"Ni emang gak tau apa pura-pura gak tau?" Wadya malah balik nanya.

Harja hanya tersenyum singkat lalu duduk di sebelah Saga. "Dah selesai ngegosipnya?"

"Dih! Gaada yang ngegosip ya!"

"Masa?"

"IYA!" Saga cemberut. Harja dateng-dateng udah nuduh dia gini maksudnya apa.

Namun alih-alih membujuk, pria disampingnya ini malah mencubit pipi dan hidung bangirnya pelan---membuatnya makin marah.

"Jangan dicubitin gini! Lo kira gue squishy apa?!"

"Iya"

"Ngeselin huh!"

Jangan lupakan tiga orang yang masih setia menonton pertengkaran rumah tangga didepan mereka itu. Yunan, Yesa, dan Wadya daritadi menggosokkan kedua tangannya. Emang suka gini kalau ngeliat Harja ngegombal---tiba-tiba merinding. Walaupun sudah menjadi pemandangan sehari-hari, tapi mereka kadang masih geli aja liatnya.

Psstt, geli in public iri in private.

"Temenin gue yuk" Celetuk Harja. Saga yang di sampingnya menoleh.

WHITE || AteezTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang