21 :: begin

744 120 84
                                    

"HAH?!"

"Seriusan?? Boong ya lo"

"Dya, ga lagi bercanda kan?"

Wadya yang melihat reaksi ketiga karibnya itu terkekeh lalu mengangguk kecil. Ia baru saja memberi tahu perihal cafe nya, sekaligus masalah kecil dengan sang ayah kemarin sore.

Yang menarik perhatiannya adalah reaksi dari Yesa. Pemuda itu sampai tidak sanggup berkata-kata lagi. Karena bisa dibilang ini adalah kali pertama Wadya menyembunyikan sesuatu dari Yesa semenjak belasan tahun menjalin hubungan persahabatan.

"Gue speechless" Ungkap pemuda kelahiran 16 Juni tersebut.

"Sorry deh. Awalnya malah gue mau ngasih tau pas cafenya udah jadi, tapi karena San kemaren udah keceplosan jadi yah sekalian aja"

Benar sekali. San keceplosan memberi tahu perihal cafe milik Wadya di grup chat mereka semalam. Habislah Wadya harus tidur diiringi bunyi dering pesan masuk. Teman-temannya ini entah kenapa hobi sekali ngespamchat. Gak abis pikir lagi dia tuh.

"Terus nanti gimana?" Yunan mengajukan pertanyaan. "Jadi beres-beresnya?"

"Jadi lah" Jawab Wadya dengan bersemangat. Dijatuhkannya punggung ke sandaran kursi kelas yang ada. "Gue malahan ada rencana buat ngajuin hari openingnya"

"HAH?!"

Tawa puas si ekstrovert menggelegar ke penjuru kelas, membuat beberapa pasang mata melihat kearah mereka.

Yeosang menggelengkan kepalanya lalu menatap Wadya nyalang. "Explain please!"

"Minggu depan Ayah bakal pulang ke rumah nenek buat jengukin beliau karena sakit, kayanya sih sampai sebulanan. Jadi yah... rencana yang bagus kan kalau cafe itu gue buka disaat ayah pergi? Seenggaknya gue masih punya waktu ngurus tuh cafe sebelum jadi milik kak Widya"

"Kok lu kaya hopeless gitu sih, Dya. Semangat dong" Ucap Saga berapi-api sambil mengepalkan tangannya. Wadya cuma bisa nyengir kuda.

"Tapi Idenya lumayan bagus. Langsung aja minggu depan, ntar kita ikut bantu-bantu"

"Kalau nanti sore pas beres-beres kalian mau ikut bantuin ngga?"

"Pake nanya lagi" Yunan melambaikan tangan. "Jelas iyalah! Kita kan bff. Best friend forever sampai mati tidak akan ada yang memisahkan. Borahae!!!"

Mulai dah gak jelasnya.

"Bagus bagus. Ntar lo sama Maha tugas benerin hiasan sama properti di tembok bagian atas ya. Lumayan kan tinggi badan lo bermanfaat"

"IH GAK MAU AH!" Yunan berteriak. "Mending gue nyapu aja deh, atau ngepel. Males banget manjat-manjat, sama Maha lagi"

"Emang apa susahnya sih? Lagian paling lo gausah manjat juga udah bisa nyampe atapnya" Sahut Yesa ngaco.

"Gampang banget ya lo tinggal ngomong"

"YA GAMPANG LAH TINGGAL NGOMONG DOANG"

"Udah udah malah ribut!" Saga merentangkan tangannya---menjadi pemisah antara Yesa dan Yunan yang hampir baku hantam.

"Kaya anak kecil aja klen" Celetuk Wadya. "Yaudah ntar kalau gamau yang bagian manjat lo bisa bantu-bantu nyuci piring sama ngelap meja kursi aja, gimana?"

Raut wajah Yunan langsung berubah drastis. Dengan mata berbinar dan senyum terukir jelas, ia mengangguk. Pekerjaan itu cukup mudah jadi ya kenapa tidak?

"Eh tapi kita belum tau lokasi cafe lo kan, Dya"

Benar juga.

"Rencana sih nanti mau kerumah San dulu, soalnya beberapa properti gue titipin disana. Terserah kalian mau ikut ke rumah San atau pergi sendiri juga bisa ntar gue share locationnya"

WHITE || AteezTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang