"Perasaan tadi gue makan lama deh tapi kok masih jam segini aja" San menyenderkan punggungnya di kursi lalu netranya meneliti ke seluruh kantin. Ramai, seperti biasanya.
Maha memutar bola mata malas. "Lama gimana? Orang lo aja yang makan nya ngebut banget kaya dikejar preman"
San diam tidak menanggapi. Matanya masih fokus ke depan. Ternyata ia sedang memperhatikan seseorang yang duduk di meja bagian tengah.
Manis. Batinnya.
"Hoi bengong aja! Ngeliatin siapa sih?" Jo ikut menatap ke depan---mengikuti arah mata kakaknya. Harja dan Maha yang kepo juga ikut berbalik dan mencari objek yang sedang dilihat temannya itu.
Namun karena kantin sedang ramai, mereka bertiga masih belum tau apa atau siapa yang berhasil mencuri pandangan San.
"Kalo ada orang tanya dijawab elah. Ngeliatin apaan kok sampe serius banget gitu?" Kali ini Harja yang bertanya. Ia juga menggoyangkan tangan San pelan, berharap laki-laki itu tidak sedang kesambet sekarang. Anaknya cuma diem sambil fokus ke depan terus soalnya, udah kaya upacara bendera.
"Gue ga lagi ngalamun kali bang" San menggeser tangannya agar tidak di goyangkan Harja lagi. "Itu ada cowo manis banget lagi duduk sendirian, jadi pengen nyamperin" Lanjutnya.
Maha yang sedang minum tiba-tiba tersedak mendengar jawaban San. "Hah *uhuk* yang mana *uhuk* orangnya?" Ia paksa dirinya sendiri untuk melontarkan pertanyaan itu walaupun sambil batuk-batuk. Udah kepo tingkat dewa dia tuh.
"Nah iya kak, yang mana orangnya?" Jo ikut bertanya. Matanya masih celingak-celinguk mencari orang yang dimaksud.
Tangan telunjuk San diangkat dan mengarah ke seseorang. "Dia tuh yang duduk di meja nomor 22"
Pandangan yang lainnya langsung teralih ke meja nomor 22. Ada seorang lelaki bersurai hitam legam sedang duduk sendirian disana. Di mejanya ada satu strawberry latte dan satu americano. Kalau dilihat-lihat sepertinya ia sedang menunggu seseorang.
Maha menjentikkan jari. "Gue tau dia siapa"
"Gue juga tau kali"
"Satu sekolah kayanya kenal deh sama dia"
San mengalihkan pandangannya pada teman dan adiknya itu. Dilihatnya mereka satu persatu dengan tatapan bingung.
Kalau satu sekolah kenal semua sama lelaki manis itu kenapa gue engga?. Batinnya lagi.
Melihat muka bingung San, dengusan kesal langsung keluar dari hidung mancung Maha. Sebelum temannya itu bertanya, ia memilih menjelaskan terlebih dahulu.
"Wadyanaka Putra, seangkatan sama kita tapi jurusan bahasa. Dia tetangga gue makannya kita saling kenal, lumayan deket juga sih"
"Gue kayanya sering banget ke rumah lo tapi kok ga pernah liat tu anak" Gumam San sambil mengernyitkan dahinya.
"Ya lo datengnya malem mulu dia udah tidur lah. Lagian rumah dia sama gue ga sedeket itu, selisih sekitar 4 atau 5 rumah"
"Rumah putih yang halamannya luas itu rumahnya dia ternyata?" Yang paling tua ikut ke dalam topik pembicaraan---tak kalah bersemangatnya.
Maha sontak tersenyum lebar. "Yap betul itu rumahnya. Kalo ga salah lo pernah ikut gue nganterin kolak arisan ke rumah dia kan bang? Harusnya inget dong"
"Oiya inget"
"Terus kok satu sekolah bisa kenal sama dia semua tuh gimane ceritanya? Dia anak presiden kah? Atau perdana menteri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
WHITE || Ateez
Romancehanya sebuah kisah perjalanan empat anak ips menemukan dan memperjuangkan cinta sejatinya. "salah ya gue ngorbanin semuanya buat dia?" ... ateez local fanfiction ⚠ bxb area ⚠ kinda use harsh words ⚠ not for homophobic. start : 2021 05 17 fin : ...