12 :: friend

812 139 60
                                    

Yunan menatap langit-langit kelasnya. Sekarang sedang jam istirahat tapi ia malas untuk pergi ke kantin. Jadi ya diem aja di kelas kaya sekarang.

Walaupun masih dalam masa adaptasi tapi itu sama sekali tidak susah. Ia ditempatkan di kelas XI IPS 1 yang merupakan kandang siswa-siswi famous nan anak ambis kebanggaan jurusan ips.

Salah satu faktor yang bikin ia mudah berinteraksi ya karena murid kelas ini welcome banget. Bahkan tadi dia dikasih tur kecil kecilan keliling sekolah. Betah lah pokoknya.

Tapi ada moment tur yang bikin ia kepikiran setengah mati. Disaat temannya mengajak keliling lapangan, ia tidak sengaja melihat Maha tengah bermain futsal bersama San dan teman sekelasnya.

Alih-alih disapa, ia malah tidak dilirik sekalipun.

Yunan yakin Maha pasti menyadari keberadaannya, bahkan San juga sempat memberi kode saat ia lewat tadi. Tapi Maha tetap bertingkah dan tampak tak acuh seperti tidak peduli ada siapa disana.

Ia mencoba menggerakkan kakinya mendekati lapangan. "Maha! Semangat mainnya ya" Ucapnya yang langsung mendapat sorakan ramai dari orang yang menyaksikannya.

Mungkin bagi orang lain menyenangkan, tapi hal itu memalukan untuk Yunan karena Maha tidak juga meresponnya.

Membalas sapaan saja sesusah itukah?

Hal tersebut membuat Yunan semakin yakin bahwa Maha memang sengaja mengabaikannya. Padahal dirinya juga belum tau alasan mantan kekasihnya itu memutuskan hubungan mereka sampai 'memusuhinya' seperti sekarang.

Ia sangat kecewa.

-----

"TOLOL!"

"Si anjir lo ga mikir perasaannya Yunan apa gimana sat"

"Otaknya dah ilang emang"

Banyak umpatan yang ditunjukkan pada Maha saat San membeberkan semua kejadian futsal tadi pada Jo dan tentunya Harja saat mereka berempat lagi-lagi berkumpul di kediaman keluarga Edelsteen.

Mereka tidak menyangka Maha sampai sebenci itu padahal masalahnya saja belum tentu benar atau tidak.

"Gue ga berniat ngacuhin dia atau gimana. Tapi sifat itu kaya keluar sendiri dari otak gue"

"Kebanyakan dendam sih lu. Let it flow aja lah. Bawa santai. Kalaupun bener toh itu udah dari masa lalu kan? Yunan juga udah minta maaf" Harja menatap Maha intens. Ia turut kecewa.

San melipat lengannya didepan dada. "Lo pikir ada di posisi Yunan itu gampang? Oke sekarang anggap aja kalo dia emang bener cheating on you tapi gue minta tolong lo jangan egois. Dia pulang ke sini juga berharap bisa bangun hubungan yang lebih baik sama lo lagi, tapi sekarang lo malah ngecewain dia? Gitu? Bodoh"

Maha semakin merasa bersalah. Semua perkataan temannya itu benar. Ia seharusnya tidak bersikap kekanak-kanakan seperti ini.

"Tenangin diri lo dulu bang. Gue gamau kalau kejadian kaya gini keulang lagi" Yang paling muda menyuarakan isi hatinya. Ia akan meminta maaf pada si tunggal Naraloka itu nanti.

Hening beberapa saat. Mereka bertiga sengaja diam agar Maha merenungkan semuanya.

"Gue cabut dulu" San mematikan handphone yang menampilkan isi chatnya dengan si manis.

"Kemana?"

"Jemput Wadya di cafe" Jawabnya lalu memakai jaket dan berjalan keluar---meninggalkan dua tepukan penenang di bahu Maha sebelum membuka pintu.

WHITE || AteezTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang