22 :: healing time

1.1K 146 81
                                    

Beberapa menit setelah diskusi dadakan, mereka bergegas pergi ke tujuan masing-masing. Semuanya menuju cafe kecuali JoYesa yang kebetulan bertugas membeli makan siang.

"JO!! BURUANNN!"

Yesa yang udah ga tahan lagi terpaksa berteriak. Yang lainnya udah pada berangkat tinggal dia sama Jo aja yang belum. Ngambil motor aja lama banget kaya antri sembako. Untung halaman rumahnya teduh ada banyak pohon di kanan kiri setapaknya, kalau ngga udah gosong beneran kulitnya.

Yang ditunggu akhirnya muncul juga dengan motor CBR hitam merahnya. Dari sekian banyak jaket yang ia miliki entah mengapa ia memilih menggunakan jaket Athena---yang notabenenya adalah jaket yang paling dibenci Yesa.

"Motor baru ya?" Tanya yang lebih tua setelah Jo memberikan helm untuk dipakai.

"Motor gue kan ga cuma satu, Kak"

"Tapi kenapa harus pakai yang ini sih? Ngejeglag banget. Nanti kalau saya jatuh gimana?" Muka Yesa asem banget. Jo bisa liat lewat spion motornya. "Malesin!"

"Mana pakai jaket Athena pula" Tambahnya. Protes mulu kuping Jo sampai panas dengernya. Itu helm juga belum dipakai daritadi. Jangan bilang kakak kelasnya itu tidak tahu cara memakai helm.

"Dibiasain aja, nanti juga bakal sering naik motor gue kok" Jawab Jo santai.

"Dih ogah. Ngapain"

"Siapa tau nanti lo jadi sering berangkat sekolah bareng sama gue kan"

Yesa merotasikan matanya kesal. "Mending saya nebeng sama Wadya daripada sama kamu"

"Ya masa calon saya tiap hari dianter orang lain sih?"

Jantung Yesa langsung berpacu dengan cepat. Kata-kata Jo barusan membuat napasnya tidak teratur dan kepalanya mendadak pening. Heran, nada bicara Jo padahal biasa aja tapi kenapa bisa sampai bikin pipi Yesa panas membara? Ada apa sebenarnya?

"Ngomong tuh pake bismillah dulu" Celetuk Yesa.

"Tapi kita Kristen, kak"

Iyain aja udah ya, sejoli ini emang suka lupa server.

"Yaudah ah ayo berangkat" Ucapnya menyudahi percakapan dan segera naik ke motor dengan helm yang sudah menempel lekat di kepala.

Jo hanya bisa tersenyum kecil dan mulai menyalakan mesin motornya. Sebenernya dia liat sih waktu Yesa nge-blush, tapi ya udahlah gausah digodain. Ntar malah dapet tonjokan di bahu lagi kan sakit.

Ditengah jalan mereka sibuk memikirkan apa makanan yang akan dibeli nantinya. Sesuatu yang tidak terlalu ribet, sekaligus nyaman dan cocok di lidah semua orang. Pilihan awal sebenarnya mereka ingin membeli nasi goreng seafood, tapi ternyata beberapa karyawan banyak yang alergi terhadap makanan laut dan sejenisnya.

Jadi disinilah mereka sekarang, didepan sebuah warung sederhana dengan spanduk bertuliskan "Seblak Ceu Imah".

Jo memarkirkan motornya tepat didepan warung dan langsung melenggang masuk. Terlihat beberapa kursi tempat pembeli yang berantakan. Pasti seblaknya abis diborong nih.

Yesa mengerjap pelan. Matanya sibuk meneliti sudut warung sederhana ini. Suasana dan tempat yang ada bisa dibilang masih cukup asing untuknya. Padahal seblak ini lumayan terkenal, tapi entah mengapa Yesa baru pertama kali menginjakkan kakinya disini sekarang.

"Jo?? Eleuhh" Sapa seorang perempuan yang lebih tua beberapa tahun diatas mereka. Kalau Yesa tidak salah menebak perempuan ini mungkin seumuran dengan Widyaratna, kakak Wadya.

"Ceu, biasa nya" Jo langsung memesan dengan pandangan yang tidak lepas dari Yesa. "Mau seblak apa?" Tanyanya pelan.

Yesa terdiam---memandangi bahan-bahan yang tertata rapi di etalase. Kali pertama ia mengunjungi tempat ini membuatnya masih sedikit canggung. "Emm seblak makaroni aja deh"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WHITE || AteezTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang