11 :: bloom

796 140 82
                                    

Wadya berjalan cepat menusuri lorong serta koridor sekolah. Tangannya gesit mendorong punggung beberapa siswa yang menghalangi jalannya. Sungguh menyebalkan. Ia bisa saja langsung berlari dan menabrak kerumunan itu tapi tidak saat ada seseorang yang berlindung di belakangnya.

"Jangan cepet-cepet anjir. Kaki gue masih sakit nih" Keluh orang itu. Wadya merotasikan matanya malas.

"Lo kalo sakit nyusahin ya, Nan"

Tepat sekali, orang di belakangnya adalah Yunan. Ia sudah diijinkan dokter untuk masuk sekolah hari ini. Ya walaupun rasanya aneh dengan perban yang menyelimuti kaki serta tangannya.

Tapi sayang, ia harus dihadapkan dengan cobaan berat di hari pertamanya masuk sekolah.

Yang pertama adalah ia yang diperlakukan seperti artis luar negeri hanya karena berita pindahannya dari Australia menyebar. Bahkan saat ia keluar dari ruangan kepala sekolah sudah banyak siswi yang mengerubunginya; mau minta foto katanya.

Ada juga beberapa manusia freak yang malah menghujani Yunan dengan pertanyaan bahasa Inggris. Dikira dia ke Australia buat jadi guru apa.

Cobaan kedua lagi-lagi hebohnya siswa-siswi, hanya karena mereka melihat Jo berangkat sekolah mengendarai motor beat warna putih.

Yap. Itu Poppy.

Dan sekarang Wadya dan Yunan sedang dalam perjalanan mencari Yesa. Kalau temannya itu sesak napas karena kerumunan wartawan mendadak a.k.a siswa-siswi kepo kan ga lucu.

Entah apes apa gimana, ditengah jalan mereka malah menabrak seseorang. Lebih tepatnya Wadya sih yang nabrak.

"Eh ma-maaf kak" Ucapnya saat mengetahui siapa yang ia tabrak.

Sagara Bhiantara, dengan Harja Abimanyu di sampingnya.

"Ah iya iya gapapa" Saga merapikan kerahnya yang sedikit berantakan. "Kalian kenapa? kok kayanya buru-buru gitu"

Sementara Wadya yang sibuk menjelaskan masalah mereka, ada Yunan yang tersentak kaget setelah bertatapan dengan Harja. Ia baru tahu kalau kakak kelas SMP nya dulu ternyata satu sekolah dengannya lagi.

"Yesa anak XI MIPA 1 bukan?" Saga bertanya. Ia lumayan akrab dengan adik kelas yang notabenenya sama-sama anak ambis.

"Iya bener, kakak ada liat dia ga? Soalnya daritadi aku cariin ga ketemu"

"Ada di taman belakang perpus. Gue sempet liat tadi" Harja menjawab. "Ada Jo juga kok disana"

Wadya yang mendengar itu langsung mengucapkan terimakasih dan menarik tangan Yunan ke taman belakang perpustakaan. Jantungnya semakin berdegup kencang. Gawat inimah kalau ada Jo disana bisa-bisa makin rame.

Tinggal satu belokan lagi, tapi pemuda kelahiran 26 November itu merasakan hal yang sedikit aneh. Ia melambatkan langkahnya saat sudah sampai di taman.

Ada Yesa disana, tengah duduk di sebuah bangku panjang dengan Jo di sebelahnya. Yang lebih mengejutkannya lagi, suasana sangat sepi. Tidak ada siswi berdesakan seperti yang ada di bayangan Wadya sebelumnya.

Dan Yunan tersentak untuk yang kedua kalinya. Ia jelas kenal dengan Jo. Orang dia dulu hobi nginep di rumah lantai tiganya keluarga Edelsteen bareng Maha.

"Yesa!" Wadya berteriak dan langsung berlari menghampiri karibnya itu.

Kalo Yunan sih jalan biasa aja. Nyari aman.

Dua orang yang duduk berdampingan di bangku taman itu menoleh dengan reaksi yang sama; kaget.

"Anjir ya lu gue cariin kemana-mana gaada ternyata ada disini, sama Jo lagi" Wadya langsung nerocos.

WHITE || AteezTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang