14 :: wound

759 131 57
                                    

Sesuai dengan kesepakatan mereka kemarin, kini Harja sudah berada di apartemen Saga dengan sebungkus totebag berisi banyak snack dan street food yang rencananya akan mereka nikmati nanti setelah kegiatan beres-beres selesai.

Tanpa berlama-lama lagi, mereka langsung membereskan kamar. Mulai dari menata ulang letak lemari, rak buku, gantungan baju dan lain-lain.

Saga juga ternyata banyak membeli furnitur kamar baru, seperti cermin, hiasan dinding, sampai lukisan yang sudah dibingkai rapi.

Sepi. Mereka berdua fokus dengan kegiatan masing-masing. Harja yang bertugas memasang hiasan dinding, serta Saga yang sekarang sudah beralih menuju kasur---berniat mengganti spreinya dengan yang baru.

"Hari ini mau tidur dimana?" Saga bertanya tiba-tiba.

Harja merengutkan dahinya. "Hah?"

"Ish hari-hari kerja gini pasti ayah lo bakal sibuk dan ngga pulang kan? Lo mau tidur dimana nanti malem?"

Oh, tentang ayah rupanya.

"Mungkin tidur di studio. Ada lagu yang harus gue garap untuk lomba band taun ini"

Kali ini giliran Saga yang bingung. Ia menghentikan kegiatan memasang spreinya. "Lomba? Band?"

Harja mengangguk. "Ekskul band adek kelas ada lomba taun ini, dan pelatihnya minta bantuan gue buat bikinin lagu"

"Wih keren juga. Berarti lo bakal sibuk ya? Tanggal mainnya kapan?"

"Sekitar sebulan lagi. Tapi lagunya udah harus siap minggu ini. Makannya gue mau ngebut ngerjainnya ntar" Jawabnya. "Tapi tenang, gue ga bakal lupa luangin waktu buat lo kok"

Si manis yang mendengarnya refleks memutar bola mata malas. Ini nih yang membuatnya ga abis pikir sama Harja, ada aja gombalan disetiap topik yang dibahas.

"Gue besok mau main ke studio lo boleh?"

"Boleh, gue jemput aja ya tapi"

Saga tertegun. Harja Abimanyu ini sebenarnya tau apa ngga sih kalau Saga gampang baper. Lama-lama bisa makin suka dia kalo kaya gini. Anaknya tuh ngga usah ditanya, udah tau apa yang diminta.

Bener-bener nge-treat Sagara like a prince.

"Heh, malah diem aja" Harja menepuk pundak Saga dengan agak keras. Ternyata selain bisa bikin baper, dia bisa bikin kaget juga.

"E-eh yaudah iya jemput aja. Tapi malem aja, siangnya gue ada janji sama Yesa"

"Ngapain?"

"Bantuin ngerjain tugas, sekalian mau gue ajarin tentang pelajaran kelas 12 juga sih siapa tau otaknya masih bisa nampung" Penjelasan Saga itu membuat Harja mangut-mangut. Sejujurnya ia juga takjub, dulu saja waktu seumuran Yesa ga pernah tuh terbesit kata 'belajar' di pikirannya.

Singkat cerita, semua kegiatan membersihkan apartemen pun selesai. Ditutup dengan menyapu dan mengepel lantai. Saga juga menambahkan sentuhan kecil dengan menyemprotkan pewangi keseluruh ruangan. Bau strawberry, Harja suka.

Sementara pria Abimanyu itu masih asik gelenjotan di kasur, Saga berlari ke dapur untuk mengecek jajanan yang Harja bawa tadi. Ia memekik kegirangan saat mendapati sebungkus cireng ada disana.

"Kok lu tau sih gue lagi pengen cireng" Celetuk Saga.

"Tau lah" Harja bangkit dari tidurnya. "Kita kan bisa telepati. Telepati cinta namanya"

Lagi, lagi, dan lagi. Saga pusing dibuatnya.

"Ngelamun mulu dah lo, cepetan siapin cirengnya terus bawa ke sinii!!" Teriakan Harja membuat lamunan Saga buyar. Pemuda itu cepat-cepat memindahkan cireng dan sausnya ke piring kemudian ia bawa ke kamar.

WHITE || AteezTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang