Harja menyingkap gorden studio---membiarkan sinar matahari membasuh lembut wajah indahnya. Tangannya memegang kepala dan memijatnya dengan perlahan. Butuh kekuatan ekstra baginya untuk sekedar bangun dari tempat tidur beberapa menit lalu. Pikirannya menimbang haruskah ia berangkat ke sekolah atau tidak. Karena ia tahu kalau temperatur tubuhnya naik drastis.
Tapi, ia juga sadar ada pekerjaan yang mengharuskannya berangkat sekolah. Ia bertekad untuk mengumpulkan musik yang sudah ia buat hari ini juga.
Jika kalian menebak itulah penyebab Harja bisa sampai sakit, berarti kalian benar.
Kemarin malam ia tidak bisa tidur. Semua hal yang terjadi di apartemen Saga selalu berputar di otaknya. Rasa sedih, kecewa, dan pasrah bercampur jadi satu. Ia malah berpikiran ingin menyudahi semua perjuangannya pada Saga selama ini.
Untung saja, otak positifnya masih bekerja. Atau mungkin.. tidak juga? Karena ia melampiaskan semuanya dengan membuat lagu sampai larut malam. Pekerjaan yang seharusnya ia kerjakan hari ini---ditemani Saga---malah sudah ia selesaikan malam tadi.
Maniknya melihat kearah jam dinding yang menunjukkan pukul enam pagi. Ah, ternyata ia hanya tidur selama dua jam tadi. Pantas saja kepalanya terasa berat, mata berkunang-kunang, hidung tersumbat, dan badan yang terasa menggigil.
Dengan berpikir semua akan baik-baik saja, Harja langsung bergegas mandi dan memakai seragam. Ia memang berintisiatif menaruh beberapa seragam di studio, mengingat betapa seringnya ia menginap disini dan tidak sempat pulang kerumah dahulu.
Mobilnya langsung bergabung dengan keramaian jalan raya tiga puluh menit kemudian. Dengan susah payah ia berusaha fokus menyetir. Seatbelt terpasang dengan ketat sejak tadi. Kabar baiknya, hal itu bisa meminimalisir terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan.
Untungnya, kebaikan Tuhan masih menyertai Harja. Ia sampai dengan selamat ke sekolah. Kakinya melangkah gontai menuju koridor kelas. Beberapa orang menyapanya saat ia datang, tapi tidak ada balasan yang keluar dari mulutnya. Lebih tepatnya, ia tidak kuat untuk sekadar mengucapkan "selamat pagi juga".
Handphonenya bergetar tepat saat ia sampai di depan pintu kelas. Itu pesan dari San yang mengajaknya berkumpul di rooftop. Harja tersenyum simpul. Ia dengan cepat menyetujuinya. Siapa tahu hal itu bisa membuatnya baikan bukan? Dukungan dari teman itu lebih dari cukup untuk membuatnya sembuh. Tanpa berlama-lama lagi, ia langsung menaruh tas di tempat duduknya dan berjalan menuju rooftop.
"Akhirnya dateng juga, ma bro"
Itu Maha. Raut wajahnya terlihat cerah, berbeda 180° dengannya. Tentu saja, karena ada Yunan yang terlihat duduk tepat disebelanya.
Sejak kabar mereka berdua kembali berteman sampai ke telinga Harja, ia semakin sering melihat Yunan dan Maha bersama. Mereka berdua terlihat seperti pasangan, yang memang sudah cocok dari sananya.
"Nih makan, Yunan bawain nasi uduk tadi" Maha menyodorkan satu bungkus kearah Harja yang sekarang sudah ikut duduk melingkar bersama yang lain.
Harja menerimanya. Rejeki anak sholeh, kebetulan banget dia belum sempat sarapan tadi.
"Enak?" Yunan menoleh kearah Harja, menandakan bahwa pertanyaannya barusan memang ditunjukkan untuk yang lebih tua.
Harja mengangguk. "Buat sendiri ya?"
Kini giliran Yunan yang menanggapi dengan anggukan juga. "Belum sempurna sih. Nanti rencananya mau belajar sama Kak Saga juga, ya semoga aja jadinya lebih enak" Katanya sambil tertawa kecil.
Nama itu lagi. Entah mengapa kepala Harja makin pening saat mendengar atau membayangkan sosok yang biasa ia panggil dengan 'si manis' itu.
"Bang? Kenapa?" Yunan peka. Wajah dan perilaku Harja beda dari biasanya. Kakak kelasnya ini menjadi lebih pendiam dan sering menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHITE || Ateez
Romancehanya sebuah kisah perjalanan empat anak ips menemukan dan memperjuangkan cinta sejatinya. "salah ya gue ngorbanin semuanya buat dia?" ... ateez local fanfiction ⚠ bxb area ⚠ kinda use harsh words ⚠ not for homophobic. start : 2021 05 17 fin : ...