"SAN!"
Yang dipanggil melompat kecil karena kaget. Orang itu tidak tau saja ia meletakkan speaker handphone tepat di telinga. Udah telepon malem-malem, teriak lagi.
"Ada apa?" Ia masih berusaha sabar menanggapi.
"Temenin"
"Kemana?"
"Sini, ke cafe"
"Hari ini bukan jadwal lo part time kan? Terus kenapa masih di cafe? Bukannya pulang daritadi"
"Ih bukan cafe yang itu!"
Raut wajah San langsung menjadi serius. Tingkah laku Wadyanaka Putra memang sulit ditebak. Untuk apa dia pergi ke tempat itu malam-malam begini?
Kalau ia tidak salah mengingat, harusnya persiapan dilakukan besok pagi tapi kenapa pemuda itu sudah ada disana sekarang?
"Lah ngapain kesana? Ada masalah?"
"Ngga, lagi pengen aja. Lagian disini ada stok kasur lipatnya kan. Mau nyoba nginep aja sih. Eh sekarang malah kesepian"
"Pulang aja ya? Gue jemput"
"No, gue masih mau disini. Tapi temenin!"
Dahi San dikerutkan. Sedikit tidak mungkin Wadya pergi keluar malam tanpa adanya masalah yang membuat moodnya turun.
"Mau nginep?"
"Iya"
"Beneran?"
"Iyaa"
"Oke gue otw kesana sebentar lagi. Mau dibawain apa?"
"Apa aja deh"
"Yaudah ntar gue pikirin di jalan. Please be a good boy as long as i'm not there okay? Kunci pintu utama dari dalam. Gue bakal bawa kunci cadangan nanti"
"Ay ay captain! Hati hati"
San hanya berdeham pelan sebagai jawaban lalu menutup telepon. Ia bangkit dari kursi dan menutup laptopnya. Tugas sekolah bisa dikerjakan nanti-nanti. Yang penting dan menjadi prioritasnya sekarang hanyalah Wadya. Ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri kalau terjadi apa-apa dengan si kiciw itu.
Kakinya dilangkahkan menuju lemari baju untuk mengambil selimut dan jaket. Cuaca diluar bisa dibilang lumayan dingin. Tidak heran sih, karena jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.
Kini ia telah siap keluar. Awalnya ada rencana untuk langsung cabut aja tanpa ijin. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, resikonya terlalu berat. Bisa-bisa ia diseret sama Jo terus dikunciin di kamar.
"Gue cabut ya" Ucapnya setelah membuka pintu kamar sang adik tanpa permisi.
"Apaan sih?! Ganggu aja" Marahnya. Ia menoleh dan melihat San dari atas sampai bawah. "Mau kemana?"
"Pergi bentar"
"Ya kemana?"
"Serah gue lah mau kemana aja. Bawel lo"
"Ini namanya tuh peduli ya, kak. Lagian gue kalau keluar malem juga lo omelin"
Skak mat. San kehabisan argumen.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHITE || Ateez
Romancehanya sebuah kisah perjalanan empat anak ips menemukan dan memperjuangkan cinta sejatinya. "salah ya gue ngorbanin semuanya buat dia?" ... ateez local fanfiction ⚠ bxb area ⚠ kinda use harsh words ⚠ not for homophobic. start : 2021 05 17 fin : ...