Miya baru saja pulang dari tempat kerjanya.
Sangat miris bukan, ia yg masih berumur 16 tahun sudah harus bekerja untuk kehidupannya.
Ia menghela nafas dan membenarkan tali tas punggung yg dipakainya.
Mengangkat tangan kanan dan melihat jam hitam ditangannya.
"Jam 1." Gumannya dan menarik tangan itu masuk kedalam saku celana.
Dingin, sangat dingin dan rumahnya masih lumayan jauh.
Hanya berjalan kaki karena tidak ada taksi ataupun bus di jam segini.
"Menyedihkan." Gumamnya lagi untuk diri sendiri, ia mendongak memandang langit yg sangat gelap.
Hujan.
Itu yg ada didalam benaknya sekarang.
Sial sudah dirinya malam hari ini, pulang kerja larut, tidak mendapatkan bus ataupun taksi dan sebentar lagi pasti hujan.
Tes!
Ia mendengus kasar dan mengusap pipinya yg baru saja dijatuhi air hujan.
Tebakannya benar dan ia mulai berlari menuju tempat apapun untuk melindungi dirinya dari tetesan air hujan yg mulai deras.
Tap!
Tepat ia memijakkan kaki dibawah pohon yg sangat lebat, hujan turun dengan deras, diiringi angin yg bertiup kencang.
Membuat Miya menggigil kedinginan sekarang.
"Sial.. sial.. sial.. si-
"Sial." Lanjut seseorang yg membuatnya tersentak kaget dan menoleh ke kanan.
Dia sudah melihat sosok gadis tinggi, memakai mask dan topi lalu Hoodie hitam dan celana jeans Putih yg bagian lutut Kanannya robek.
Gadis itu mendekati dirinya dan berdiri disebelahnya.
Hanya diam menatap jalanan yg basah, Miya masa bodoh dengan itu, ia ikut menoleh kedepan dan mendongak menatap langit.
Gadis itu diam-diam melirik Miya, ia tersenyum tipis dan menoleh sedikit ke Miya.
"Kau kedinginan?" Tanyanya dan Miya menoleh memberikan tatapan datarnya.
Membuat gadis itu tertawa kecil dan bergerak melepas hoodienya.
Hoodie dibuka sempurna memperlihatkan kaos hitam berlambang "BJ" di dada kirinya.
"Pakailah." Ucapnya dan menyodorkan hoodie itu ke Miya.
Anak itu hanya diam namun tak lama ia meraih kasar hoodie itu, melepas tasnya ketanah begitu saja lalu memakai hoodie itu.
Gadis itu terus memerhatikan Miya dengan senyuman yg tidak luntur sama sekali.
"Thanks." Ucap Miya datar seperti biasa dan tubuhnya membungkuk meraih tasnya, gadis itu hanya mengangguk kecil dan menoleh kedepan.
"Gadis kecil sepertimu seharusnya sudah tidur nyenyak di kasur yg lembut." Ucap gadis itu yg membuat Miya mendengus kasar dan menatapnya tajam.
"Berisik!" Gadis itu tertawa kecil.
Ia memposisikan tubuh menghadap Miya dan tersenyum lembut.
"Didalam saku Hoodie itu, ada sebuah amplop, tolong berikan kepadanya ya?" Ucap gadis itu, membuat Miya mengernyit bingung, ia menoleh ke saku hoodie dan memasukkan kedua tangannya meraba saku Hoodie.
Srek!
Dan ia merasakan sesuatu di salah satu hoodie, sontak ia mengeluarkan tangan kanannya dan menatap intens amplop putih ditangannya.
"Ini ap- ucapannya terhenti, matanya melotot seketika dan kepalanya bergerak liar mencari keberadaan gadis itu yg tiba-tiba hilang.
Drrtt
Drrtt
Dan getaran itu membuat tubuhnya tersentak kaget dan jantungnya berdegup kencang seketika, dengan cepat ia meraih hp di saku celananya.
Lee Jaehee calling you..
___🎵___
"Astaga dimana dia!" Teriak Jaehee tertahan dan menatap tajam hpnya yg kini sudah mati, ia menyalakan hp itu lagi dan menghubungi Miya untuk kedua kalinya.
Tersambung, namun tidak diangkat oleh anak itu.
Dengan kesal ia menjauhkan hp dari telinganya lalu melempar kasar ke arah Sofa.
Cklek!
Bertepatan dengan pintu terbuka, memperlihatkan Miya yg dalam keadaan basah kuyup, tubuh anak itu membungkuk kedepan dengan tangan kanan yg masih memegang engsel pintu.
"Hosh.. hosh." Nafasnya terdengar ngos-ngosan karena capek berlari.
"Dari mana saja kamu?" Suara yg tersirat kekesalan membuat anak itu mendongak dan menegakkan punggungnya.
Ia mengatur nafasnya lalu melangkah masuk, pintu dibiarkan tertutup dengan sendirinya.
Ia melangkah menuju kamarnya, melewati Jaehee yg menatapnya marah sambil bersidekap dada.
"Miya!" Teriak Jaehee, membuat Miya geram seketika dan membalas teriakan itu.
"Berisik! Sialan!"
Deg!
Jaehee terdiam seketika, tubuhnya melemas dan tangan yg berada didada meluruh seketika kebawah.
Sesak..
Entah kenapa rasanya sesak sekali mendengar teriakan Miya, matanya berkaca-kaca dan ia langsung memalingkan wajah menatap pintu.
Melihat itu Miya sadar seketika dengan apa yg diperbuatnya, perlahan ia melangkah mendekati Jaehee.
Setibanya di dekat anak itu, tangan kanannya bergerak meraih lembut tangan kiri Jaehee.
Jaehee menarik tangannya dan Miya kembali meraih lembut tangan itu lalu digenggamnya erat supaya tidak terlepas disaat Jaehee menariknya lagi.
"Jaehee, maaf."
"Hiks." Isakan kecil terdengar, membuat Miya menunduk dalam dan merasa bersalah seketika.
Tangan yg digenggamnya ditarik kembali, tubuhnya oleng kesamping karena didorong Jaehee.
Miya tau dan Miya paham dengan rasa sakit diterima Jaehee.
Seharusnya ia menahan diri dan diam saja.
Jaehee mengkhawatirkannya, Miya tau itu tapi dengan bodohnya dia malah balas meneriaki Jaehee dan membuat anak itu sakit hati kepadanya.
Tangisan itu.. untuk pertama kalinya dilihat serta didengar oleh Miya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay (Sequel Whistle) ✔
RandomGak tau mau buat apa, jadi kalau penasaran dengan apa yg terjadi sama cast di Whistle, skuy baca.