Minji telah berada didalam kelasnya yg kosong karena mereka masih mengurus siswa/i baru disekolah ini.
Ia meletakkan tasnya serta jaket ke kursi lalu dia beralih duduk di meja, badannya membungkuk sedikit menatap amplop di kedua tangannya.
"To Kim Minji." Gumamnya kecil dan membalik amplop untuk mencari nama si pemberi, namun Minji tidak menemukannya dan ia menghela nafas karena penasaran dari siapa amplop ini.
Ia melirik hoodie dan menyipitkan mata menatap sesuatu yg terselip di saku hoodie, sontak tangan kirinya meraih itu lalu mengangkatnya menghadap wajah.
Wajahnya datar seketika dan mendengus kesal karena hanya serpihan kaca yg sama sekali tidak penting, dengan malas ia membuang itu kesembarang arah dan tangannya beraksi membuka amplop itu dengan tidak sabar.
Sret!
Sudah terbuka dan Minji mengeluarkan secarik kertas yg terlipat, ia membuang amlopnya lalu membuka pelan lipatan kertas itu.
"Minji." Sialnya seseorang memanggil, membuat Minji batal dan kembali melipat kertas itu, ia menoleh dan tersenyum tipis melihat Irene yg melangkah masuk mendekati dirinya.
"Kamu baru datang?" Tanyanya dan Minji mengangguk kecil dengan tangan yg diam-diam mengarah ke saku celana.
Irene tersenyum hangat dan melepas tasnya lalu meletakkan ke kursi disebelah tas Minji, ia melewati anak itu untuk melihat sekeliling kelas yg bakal ditempatinya nanti.
Minji menghela nafas gak tau kenapa, dan ia turun dari meja lalu berbalik, kedua tangannya terangkat untuk bersidekap dada dan menatap intens Irene.
Seketika ia teringat dengan Jean, haruskan Minji memberitahunya atau diam saja?
"Irene." Namun akhirnya Minji memilih memberitahu Irene karena anak itu berhak mengetahuinya.
"Ya?" Irene berbalik dan masih memberikan senyuman hangat, sumpah kalau saja Minji tidak terikat hubungan dengan Yoohyeon, mungkin ia sudah berlari lalu membawa Irene kepelukan dan menciumnya lembut, karena anak itu sangat-sangatlah cantik, terlebih pakaian simple yg digunakannya bakal membuat siapapun terpesona.
Minji menghela nafas sejenak dan memalingkan wajah, tangan yg menyilang didada beralih turun, tangan kanannya masuk kedalam saku sedangkan tangan kiri dibiarkan meluruh kebawah.
Minji ragu seketika untuk memberitahu Irene, ia mengigit bibirnya dan menghela nafas lagi, membuat senyuman Irene perlahan memudar dan mendekati Minji.
"Ada apa?" Tanya anak itu yg tiba-tiba berekspresi khawatir melihat tingkah Minji, ia berfikir pasti ada sesuatu sehingga Minji bingung atau ragu untuk memberitahukan sesuatu.
"Itu.." Tangan kirinya terangkat menggaruk tengkuk dan ia menunduk tak berani menatap mata Irene.
"Aku kembali mengunjunginya." Ucapnya pelan namun Irene masih bisa mendengarnya, ia mengangguk kecil dan setia menunggu ucapan selanjutnya.
"Lalu ada dia."
"Dia siapa?"
"Jean Kim." Gumamnya dan kali ini Irene tidak mendengarnya, anak itu maju selangkah dan ikut menunduk menatap wajah Minji.
"Aku tidak mendengarmu Minji." Minji mendongak dan menghela nafas kasar, ia kini menatap tepat kedua bola mata Irene disaat anak itu ikut mendongak dan melihat dirinya.
"Jean Kim, dia sudah bebas." Ucapnya dan Irene terdiam seketika dengan mata yg berkaca-kaca, melihat itu perlahan Minji mendekat dan tangan kirinya membawa lembut tubuh Irene kedalam pelukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay (Sequel Whistle) ✔
AcakGak tau mau buat apa, jadi kalau penasaran dengan apa yg terjadi sama cast di Whistle, skuy baca.