Rumah sakit.

107 16 0
                                    

"Siapa yg kau bawa kemari!" Teriakan yg melengking menggema dirumah besar tersebut, membuat Yuna terdiam bersama sang sopir dibelakangnya yg berusaha menyembunyikan wajah Ryujin.

Namun percuma karena pria itu melihatnya dan melangkah cepat mendekati mereka berdua.

"Turunkan dia!" Perintahnya yg langsung dituruti oleh sopir itu, ia meletakkan lembut tubuh Ryujin ke lantai yg dingin. Yuna hanya bisa diam tertunduk karena tidak berani menatap wajah ayahnya.

"Kenapa kau membawa gadis ini kerunah heum?"

"A-aku hanya ingin menyelamatinya." Jawab anaknya yg masih menunduk, membuat ia melangkah mendekati anaknya dan mengangkat tangan kanan untuk mencengkram kuat dagu Yuna.

"Shhh, Ay-ayah."

"Kau menyukainya kan?"

"Ay-

"AYAH TIDAK MAU KAU MENJADI SEPERTI MEREKA SHIN YUNA!!" Teriaknya marah, yg dimaksud mereka kalian tentu mengetahui siapa.

"Kau! Cari latar belakang gadis ini, dia akan kumanfaatkan untuk memancingnya keluar." Perintahnya kepada sopir yg membawa Yuna, sopir itu mengangguk kecil dan segera pergi menuju suatu ruangan.

Ayahnya melepas kasar cengkramannya, ia meludah kearah Ryujin dan mengenai baju anak itu, setelah itu pergi meninggalkan Yuna yg langsung bersimpuh lutut didekat tubuh Ryujin.

Ia menunduk dalam dan isakan tangis terdengar dirumah besar itu.

.
.
.
.
.
.

"Shhhh." Ryujin sadar dari pingsannya, ia mengerjapkan mata dan melihat bingung kesekeliling, perlahan bangkit untuk duduk dan tangan kirinya refleks menyentuh kepalanya.

Pusing itu yg dia rasakan, serta bingung karena ia berada di tempat lain, bukan kamarnya.

Cklek!

Pintu kamar terbuka, memperlihatkan Yuna yg datang sambil membawa semangkok bubur serta teh hangat buat Ryujin.

"Hei, sudah mendingan?" Ucap Yuna dan Ryujin hanya diam menatapnya bingung.

Yuna meletakkan teh hangat di nakas sedangkan mangkok bubur masih ia pegang.

Ia beralih duduk di tepi ranjang dan menyendok bubur itu, mengangkatnya mendekati mulut untuk ditiup sebentar, lalu mengarahkan ke mulut Ryujin.

Ryujin memalingkan wajahnya, ia menolak karena tidak mengenal gadis ini, dan takut kalau bubur itu sudah diracuni.

Yuna mengerti dan ia meletakkan sendok kembali ke mangkok, ia letakkan diatas nakas meja dan beralih meraih gelas teh hangat, ia tiup sebentar lalu diarahkan kemulut Ryujin.

"Aku bisa sendiri." Ucap Ryujin datar dan menoleh menerima gelas itu, dengan ragu ia meminum dan memejamkan mata disaat merasakan teh hangat mengalir di kerongkongannya.

Pusing yg dirasakannya mulai mereda dan teh itu habis, ia meletakkannya di samping mangkok lalu menyibak kasar selimut.

Yuna segera berdiri.

"Kamu makan dulu, baru pergi." Ucap Yuna sambil menahan lengan kanan Ryujin disaat anak itu melihatnya.

Ryujin menatap datar tangan yg dipegang, ia menepis kasar dan mendorong pelan Yuna untuk menjauh darinya.

Dia tidak mengenal gadis ini dan tidak suka bila disentuh oleh sembarang orang, mendelik kesal lalu melangkah menuju pintu kamar.

Tangan kanannya terangkat namun terhenti disaat pintu terbuka dari luar.

Stay (Sequel Whistle) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang