Mulai menyusun rencana.

73 13 0
                                    

Brak!

Wonyoung membuka kasar pintu rumahnya dan melangkah cepat ke abangnya yg duduk santai di sofa sambil menatap intens belahan dada perawat didepan yg tengah memakaikan plester dihidung.

Wonyoung menghempas kasar bokong disebelah abangnya dan mendengus lelah serta ketakutan karena melihat Seulgi.

"Kenapa denganmu?" Tanya abangnya dengan senyuman kotak dan mencolek sebentar bokong perawat itu disaat ia melangkah pergi meninggalkan mereka berdua.

Ia bersiul menatap body perawat itu, terkekeh mesum dan menoleh keadeknya yg tengah memejamkan mata dengan kedua tangan gemetaran.

Melihat itu ia mengernyit bingung dan menyentuh lembut punggung tangan kiri adeknya.

"Wonyoung."

"B-bang."

"Ya?" Ia mengusap lembut surai Wonyoung dengan tangan yg bebas dan menatap intens adeknya yg masih memejamkan mata.

Tangan adeknya makin gemetaran hebat, membuatnya mulai bingung dan khawatir seketika.

"D-dia."

"Iya, dia siapa?" Tanyanya lembut dan sabar menunggu kata selanjutnya yg keluar dari mulut adeknya.

"Dia masih hidup." Sontak ucapan itu membuatnya mengernyit bingung.

"Ya, ya, ya. Gua lihatin aja, lihatin lu habis ditangan Seulgi."

"Dia sudah mati dan gua yg menembaknya."

"Kau yakin? Kang Seulgi semudah itu meninggal? Positif thinking saja, mungkin dia yg menarik tuntutan Jean."

.
.
.
.
.
.

Prang!

"DIMANA YUNA BERADA!" Teriak ayahnya marah kepada sopir yg kini sudah terbaring lemas dalam keadaan babak belur.

"Tu-tuan sa-

Bugh!

Bugh!

Ucapannya terhenti, ia memejamkan mata dan diam menerima tendangan kuat menghamtam kepala ataupun dadanya.

"Bajingan!"

Bugh!

Grep!

"Kau cari dia! Kuberi waktu 5 menit, kalau tidak ketemu kau mati ditanganku." Ia menarik sopir itu berdiri dan mendorongnya untuk bergegas mencari keberadaan Yuna.

Sopir itu berlari cepat walaupun dalam keadaan terluka, bertepatan dengan seseorang yg datang dengan raut wajah serius.

Grep!

Gantian dirinya yg dicengkram kuat oleh pria didepannya.

"Kau bilang kalau dia sudah benar-benar meninggal." Ucapnya geram dan ayah Yuna bukannya takut, ia malah menyeringai lebar dan melepas kasar cengkraman pria itu.

"Sejak kapan saya bilang seperti itu heum?" Tanyanya sambil merapikan kerah baju dan mengusapnya seperti membersihkan kuman.

Pria itu diam seketika, apa yg dikatakan Ayah Yuna benar kalau dia tidak pernah bilang seperti itu kepadanya.

"Kau takut sekarang, Taehyung?"

"Ck, apa katamu hah!" Tidak terima kalau dirinya dibilang takut, Taehyung berteriak marah dan menatap tajam camernya ini.

Ayah Yuna tertawa sinis dan melangkah mendekati calon mantunya ini, ia mengangkat tangan kanannya dan mengusap-usap bahu Taehyung, seolah-olah tengah menyingkirkan debu.

Stay (Sequel Whistle) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang