Drap!
Drap!
Drap!
Derap langkah kaki yg terdengar memburu menuruni tangga, sosok gadis tinggi berlari setibanya dibawah menuju pintu rumah.
Tangan kanannya terangkat untuk membuka pintu namun terhenti disaat mendengar suara berat seseorang.
"Mau kemana?"
Deg!
Gadis itu menelan ludahnya dan menurunkan tangan yg ingin membuka pintu.
Tap!
Tap!
Derap langkah kaki terdengar mendekati dirinya.
Sret!
Dan tiba-tiba saja bisep kanannya dicengkram kuat dan ditarik untuk menghadap kebelakang.
"Papa bertanya kepadamu." Ucapnya diiringi tangan yg makin menekan kuat bisep anaknya. Ia menyeringai kecil melihat wajah kesakitan anaknya.
"P-pa sakit." Ia melepas kasar cengkramannya dan saat itu pula gadis itu menyentuh bisepnya dan melihat bekas cengkraman papanya.
"Kau mau kesekolah itu kan?" Ia hanya mengangguk kecil sambil menunduk, tangan kirinya masih berada dibisep tangan kanannya.
Plak!
Tamparan itu cukup keras sehingga tubuhnya oleng kesamping namun ia berhasil menahan tubuh supaya tidak terjatuh.
Ia bisa merasakan panas serta perih dan rasa darah yg keluar akibat luka disudut bibirnya.
"Buat apa hm! Berhenti mendekati gadis itu, kita hanya ingin memanfaatkannya, ingat itu."
"T-tapi aku menyukainya pa." Jawabnya cepat dan berani mendongak menatap tajam mata papanya.
Plak!
Sekali lagi dirinya ditampar dan matanya berkaca-kaca sekarang. Ia hanya mengatup kuat rahang dan mengontrol emosi yg kapanpun siap meledak.
"Papa tidak peduli dengan perasaanmu, sekarang jemput calon tunanganmu."
"Tidak!"
"SHIN YUNA!!!"
"KAU JEMPUT ATAU GADIS BERNAMA RYUJIN ITU MATI DITANGANKU HARI INI JUGA!" Teriaknya marah didepan wajah Yuna, anak itu menitikkan air mata dan berbalik membuka kasar pintu.
Blam!
Ia menutupnya kuat dan melangkah cepat menuju mobil yg pintu belakang sudah terbuka oleh supir.
Yuna masuk dan pintu ditutup, saat itulah ia menumpahkan tangisannya, ia menutup wajah dengan kedua tangan dan tubuhnya membungkuk sedikit.
Tangisan keras terdengar didalam mobil itu, namun sang sopir hanya bisa diam menatap iba dirinya dari kaca tengah.
.
.
.
.
.
."Pak, bisakah kita berhenti sebentar di minimarket." Ucap Yuna pelan karena tubuhnya tiba-tiba melemas dan ia merasakan keringat dingin sekarang.
Sang sopir mengangguk kecil dan memelankan mobil disaat melihat minimarket didepan sana, ia menepikan mobil dan Yuna langsung keluar.
Ia berjalan sempoyongan masuk ke minimarket, ditemani oleh sang sopir namun sampai pintu masuk saja.
Berjalan menyelusuri minimarket dan meraih sembarangan yg tergapai oleh tangannya.
Srek!
Prak!
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay (Sequel Whistle) ✔
RandomGak tau mau buat apa, jadi kalau penasaran dengan apa yg terjadi sama cast di Whistle, skuy baca.