35

187 25 16
                                    

"Hati-hati keseleo sama typo!"

|•|


Tiga hari berlalu sejak meninggalnya Harsa Rendra waktu itu, kini semuanya sudah berjalan dengan normal. Hanya saja, setiap pulang sekolah, Juna selalu menyempatkan dirinya untuk menjenguk Sabina di rumah sakit. Terkadang, Belvina dan Jeno juga turut serta. Sabina telah melewati masa kritis, sayangnya dia belum sadarkan diri.

Juna kira, gadis itu tidak akan separah ini. Namun, akibat terpental oleh sedan milik papanya, membuat kepala gadis terbentur keras dengan aspal jalanan dan mengakibatkan saraf otaknya bekerja dengan lambat. Dokter memperkirakan jika Sabina akan sadar kemungkinan dalam kurun waktu 1 minggu ini.

Sabina tidak akan bisa untuk turut serta dalam ujian nasional senin nanti. Kedua orangtuanya hanya pasrah saja. Waktu itu, mereka sempat memberi kesalahan kepada Belvina karena cewek mungil itu, putrinya jadi seperti ini. Tentunya, kedua orang tua Belvina nggak menerima semua tuduhan itu. Semua ini murni musibah dan kecelakaan, nggak ada kesalahan yang disengaja. Belvina juga nggak akan ada di TKP kalau saja Sabina nggak mengajaknya bertemu kala itu. Jadi, nggak ada yang salah disini.

Sekarang, disaat semuanya tengah berkumpul di lapangan, Belvina memilih memisahkan diri dan duduk di tepi. Hari ini, seluruh siswa kelas 12 di EHS berkumpul di lapangan untuk mengambil kartu ujian. Ada pak Moil dan satu Pembina kesiswaan yang masih berdiri di podium, dua guru itu tengah membagikan kartu ujian kepada siswa jurusan IPS. Terkhusus hari ini, siswa kelas 10 dan 11 diliburkan.

“Bel,”

Belvina yang tadinya tengah meluruskan kaki karena lelah, menoleh ke sebelah kanan saat merasakan seseorang duduk di sebelahnya. Ada Juna yang tengah tersenyum manis di sana. Senyum ini, Belvina sangat merindukannya. Semalam, semua perkaranya dengan Juna sudah diselesaikan. Di balkon bagian belakang rumah Jeno, mereka berdua mengobrol; menyelesaikan semua masalah agar tidak menimbulkan kesalahpahaman lagi. Dan kini, semuanya beres. Belvina sudah memaafkan Juna dan dia juga minta maaf dengan cowok itu.

Begitu pula dengan Jeno, sekarang Belvina telah percaya dengan pacarnya itu. Nggak ada lagi yang perlu diragukan, Jeno memang menyukainya dari hatinya sendiri, bukan dari desakan orang lain.

“Eh Jun,” Belvina tersenyum. Jarinya merapikan helaian rambut yang tertiup angin. Sudah lama rasanya dia nggak duduk berdua dengan Juna seperti sekarang ini. “Udah dapat kartu?”

Juna menunjukan sebuah kartu berbentuk seperti KTP pada Belvina, itu kartu ujian mereka. “Udah dong, kan kelas gue pertama kali.” Dia pun merebut kartu ujian di tangan Belvina kemudian meneliti setiap sisinya. Nggak lama dia tertawa.

Belvina yang merasa risih, bertanya, “kenapa sih?”

“Nih,” Juna menunjuk foto Belvina yang terletak di pojok bagian atas kartu ujian itu, “kayak anak SD,” ledeknya, lalu tertawa lagi.

Belvina tersenyum kecut, baru aja berbaikan Juna langsung membuatnya kesal. Dia pun berdiri dan merebut kartu itu, “sini balikin!”

Juna juga ikut berdiri, kemudian mengangkat tangan setinggi mungkin agar Belvina nggak bisa menggapai kartu ujian di tangannya. “Ambil sendiri coba.”

Belvina mendengus, “kalau gue bisa, udah dari tadi gue ambil. Sekarang balikin nggak!”

“Nggak,” Juna menggeleng, hal itu semakin membuat Belvina tambah kesal. Lama nggak bertegur sapa dan mengobrol bersama, Juna terlihat semakin menyebalkan dimatanya.

𝙻𝚘𝚟𝚎 𝙼𝚎 𝙽𝚘𝚠 [𝟶𝟶𝙻] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang