37

194 27 39
                                    

"Hati-hati keseleo sama typo!"

|•|

Jeno mengeluarkan sepedanya dari bagasi mobil ketika telah sampai di depan rumah Belvina. Kemarin, Jeno lupa entah pada hari apa, dia pernah berjanji pada Belvina untuk mengajaknya jalan-jalan, namun janji itu dia ingkari karena adanya insiden yang nggak terduga. Hingga pada akhirnya, acara jalan-jalan itu pun terpaksa batal dan dia lupa untuk memberitahu Belvina.

Lalu sekarang, di sabtu sore ini; seminggu sebelum keberangkatannya ke Beijing, Jeno akan mengajak Belvina untuk berkeliling sambil bersepeda dan katanya cewek mungil itu juga akan menggunakan sepatu roda. Menutup bagasi mobilnya, Jeno menoleh ketika mendengar pagar rumah Belvina yang terbuka. Cewek mungil itu mendorong pagar agar terbuka lebar, kakinya bergerak lihai dengan sepatu roda yang terkesan lucu itu.

Sangat cocok dipakai oleh Belvina.

“Masukin aja Jen mobilnya,” suruh Belvina, seperti biasa, cewek mungil itu selalu menyengir lucu.

Jeno mengangguk, dia masukkan mobilnya ke dalam halaman rumah Belvina. Agak menjauh dari depan garasi, takutnya nanti mobilnya malah menghalangi mobil papanya Belvina pas pulang kerja.

Setelah membantu Belvina mendorong pagar rumahnya, kini mereka berdua udah siap untuk berangkat; mengelilingi kota di sore hari. Tadinya, Jeno berniat mengajak Belvina keluar pada malam harinya, berhubung hari ini adalah malam minggu. Tetapi, pacarnya itu sudah memiliki agenda lain, yaitu berkumpul bersama sahabatnya di rumah Liyan. Jeno tentu nggak bisa membatalkan agenda Belvina itu, maka dari itu dia memilih untuk mengajaknya di sore hari saja, dari pada nggak sama sekali.

Sebelum berangkat ke rumah Belvina tadi, Juna di rumah menawarkan diri untuk ikut. Tentu saja Jeno langsung menolak, sore ini dia ingin menghabiskan waktu dengan Belvina jadi nggak mengizinkan siapapun untuk ikut. Lagi pula, nanti malam juga Juna akan bertemu dengan cewek mungil itu. Jeno tahu Juna lagi bersedih, karena apa? Karena Sabina, yang katanya pacar cowok pintar itu, telah terbang ke Beijing tadi pagi.  Kedua orang tua gadis itu langsung memindahkan Sabina ke rumah sakit yang ada di sana, demi mempercepat kesembuhan Sabina.

Jeno nggak tahu seberapa parah kondisi gadis itu, dia nggak mau terlalu ikut campur. Kepergian Sabina juga bagus menurutnya, selain untuk menjauhkan gadis itu dari hidupnya, Sabina juga pasti akan segera membaik di sana.

“Jadi mau kemana?” tanya Belvina setelah memberikan 1 botol air minum ke Jeno. Jeno mengambilnya dan meletakkannya pada tempat khusus di sepedanya.

“Maunya?”

“Disini ada taman, sekitar 2 km lah. Katanya di depan taman itu ada pasar malam, kita ke sana ya? Pengen beli jajanan.”

Apa Jeno bisa menolak saat Belvina memohon padanya dengan mata berbinar lucu seperti itu? Seperti yang dikatakan Kenzie setiap harinya, Jeno memang telah menjadi budak cinta sebagaimana yang dikatakan sahabatnya itu. Dan pada akhirnya, Jeno mengangguk menurut.

“Mau duduk sini nggak?”

Belvina mengikuti arah telunjuk Jeno yang mengarah pada bagian depan sepedanya, tepatnya di depan jok. “Duduk di situ? Nggak deh, kan udah pake sepatu roda,” tolaknya seraya mondar-mandir menggerakkan sepatu rodanya.

“Kamu duluan,” ujar Jeno, meminta Belvina untuk memimpin. Karena cewek mungil itu menggunakan sepatu roda, mungkin kecepatannya di bawah sepeda hitam yang dibawanya ini. Maka dari itu, Belvina harus berjalan lebih dulu, kemudian dia akan menyusul dari belakang sekalian memantau pergerakan cewek mungil yang sialnya malah menggunakan celana pendek di atas lutut.

𝙻𝚘𝚟𝚎 𝙼𝚎 𝙽𝚘𝚠 [𝟶𝟶𝙻] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang