Malam sudah semakin larut, semua siswa dan siswi sudah terlelap, mengistirahatkan tubuh mereka yang telah beraktivitas seharian. Tapi itu tidak berlaku bagi gadis yang tengah jatuh cinta ini, dia masih tersenyum melihat kertas kecil ditangannya. Membaca kembali kata-kata sederhana itu dengan wajah berseri."Aish! Ruby... Kau manis sekali." gumamnya untuk kesekian kali setelah membaca kalimat itu sebanyak ribuan kali.
Dia meraih buku dan pulpennya. Secara ajaib tangan kidalnya mulai menulis diatas kertas itu. Dengan senyuman yang tak pernah luntur dari bibirnya, dia terus merangkai kata untuk gadis nya.
"Sudah! Besok aku akan menyimpan ini tepat disamping karya Ruby. Oh iya, aku lupa."
Chaeyoung mengeluarkan sticky note miliknya lalu menulis disana, "Aku akan membalasnya sebagai tahap pertama mendekati gadisku."
Kemudian dia mulai mengantuk dan mulai terlelap diatas kasurnya, membayangkan bagaimana saat bertemu dengan Ruby nanti.
~~~
"Chaeng, cepatlah! Sampai kapan kau berdiri disini? Sebentar lagi pelajaran pertama" ucap Lisa gundah.
"Sebentar. Astaga... Semakin hari puisinya semakin indah." Chaeyoung menatap tulisan itu dengan berbinar.
Rangkaian kata dan kalimat yang Ruby rangkai dengan indah begitu mencuri hati Chaeyoung. Chaeyoung terpaku, tangannya terkepal membulatkan tekad untuk mencari Ruby lagi.
"Ruby... Aku yakin aku akan bertemu denganmu."
"PARK CHAEYOUNG!"
Kini keduanya terlonjak kaget, melihat seorang guru yang tengah berjalan kearah mereka.
"Ini semua salahmu, Chaeng. Awas saja jika kita dihukum." bisik Lisa sedangkan Chaeyoung hanya tersenyum kikuk menatap sahabatnya.
~~~
"AKU MEMBENCIMU PARK CHAEYOUNG!"
Telinga Chaeyoung sudah panas mendengar kalimat itu terus keluar dari mulut sahabatnya untuk yang kesekian kalinya.
"Yaa, Mianhae."
Lisa mendengus, "Aku pastikan akan ada keributan nanti di asrama."
Chaeyoung hanya tertawa kecil mendengar ucapan sahabatnya. Dia kembali mengepel lab komputer lalu kembali lagi menbersihkan bagian lainnya.
Setelah selesai Chaeyoung pergi membeli minum untuknya. Lisa meninggalkannya tadi karena kesal. Dia berjalan santai di koridor sekolah tanpa takut kena marah guru. Sudah istirahat juga fikirnya. Sembari meneguk minumannya, ia melihat seorang gadis tengah berdiri didepan majalah dinding. Lantas kedua mata Chaeyoung menyipit selidik.
"Itu... Jennie?"
Dia mendekatinya lalu tersenyum ramah, "Hallo!"
Jennie berbalik melihat Chaeyoung yang sedang tersenyum kearahnya. "Oh, Hai."
"Kau... Jennie kan?"
Jennie terkejut, "Kau ingat namaku?"
"Tentu. Kau yang merawatku kemarin."
Jennie mengerjap dan kembali berbalik menghadap Mading, "Lupakan saja." Gumamnya
"Hmm, apa yang sedang kau lakukan didepan majalah dinding?" tanya Chaeyoung melihat puisi Ruby seraya kembali meneguk minumannya.
"Eum, itu aku..."
"Penikmat puisi juga?"
"Nah itu, aku sangat menyukai puisi" ucap Jennie menatap Chaeyoung ragu.
"Aku juga. Aku sangat menyukai karya Ruby, entahlah, aku belum bertemu dengannya tapi aku yakin dia pasti orang yang manis."
Jennie Menatap Chaeyoung, "Bagaimana kau tahu dia orang yang manis jika kau sendiri belum bertemu dengannya?"
Chaeyoung menjauhkan kaleng minumannya dari mulutnya, "Aku tahu itu, karya seindah ini... Aku yakin diciptakan oleh gadis yang paling indah juga. Aku menyukai karya nya, aku suka caranya menatap dunia. Aku suka saat dia menulis dan memperbarui puisinya di dinding." Chaeyoung menjeda ucapannya membuat atensi Jennie teralihkan sepenuhnya pada Chaeyoung.
"Aku menyukai seseorang yang belum pernah aku temui. Aku jatuh cinta pada tulisannya, aku jatuh cinta pada seseorang yang mengekspresikan hidupnya lewat karya indah ini."
Jennie terdiam apa Chaeyoung benar-benar mengatakan itu semua? Jennie beralih menatap karya Rosié.
Bukan paras bukan pesona
Kau memikatku dengan kata-kata
Membuat hatiku berada dalam dilema
Untuk mencintai sastra atau penulisnya.Ya,
Aku jatuh cinta pada seseorang yang bisa kukagumi
Tapi tak bisa aku temui.
Aku jatuh cinta pada seseorang yang bisa kubuatkan cerita
Tapi tak bisa kuajak membuat cerita bersama.-Rosié
"Sejak kapan?" Tanya Jennie melipat buku di tangannya lalu ia simpan ke dalam saku jas sekolahnya.
"Molla, aku sudah menyukainya sejak aku melihat puisinya." Jawab Chaeyoung tanpa melepaskan pandangannya dari puisi milik Ruby yang jelas jelas sosok 'Ruby' itu ada di sampingnya.
Tiba tiba saja Chaeyoung tertawa membuat Jennie bingung, "aneh, padahal kami satu sekolah namun tak pernah bertemu sama sekali." Ujarnya kembali meminum minuman kalengnya.
Jennie tersenyum tipis dan mengangguk mengerti, "sekarang kau bertemu dengannya..." Gumam Jennie begitu pelan bahkan Chaeyoung tak mendengar.
"Oh ya, Jennie apa kau ingin makan siang bersamaku?"
"Nde?"
"Aku mengajakmu makan siang sebagai ucapan terima kasih karena telah merawatku waktu itu."
"Tidak perlu, kita satu sekolah bukankah-"
"Kajja!" Chaeyoung tak suka berbasa basi lebih banyak, memilih menarik tangan Jennie menuju kantin.
Jennie sebentar menatap tangannya yang di genggaman Chaeyoung lalu kembali menatap punggung Chaeyoung, gadis itu tersenyum malu dan menunduk. Salah tingkah mendadak, ia juga tak tahu kenapa merasakan perasaan senang seperti ini.
Tak sedikit para manusia menjadi senang tiba tiba dan mungkin bisa jadi merasa suka tiba tiba, Jennie masih bertanya tanya apakah Chaeyoung menyukai puisinya saja atau juga menyukainya?
"Oh, kim Jennie?" Chaeyoung mendadak berbalik membuat Jennie yang sedang menunduk menabrak tubuhnya, untungnya saja Chaeyoung dapat menahan tubuh Jennie.
Keduanya terdiam dalam posisi berpelukan, Chaeyoung yang enggan melepaskan pelukan dan Jennie yang enggan menjauh.
"Mau berteman denganku?" Jennie bergedik saat Chaeyoung berbisik begitu lirih di telinganya, Jennie perlahan menjauh dan memalingkan wajahnya.
"Apa kau tak ingin berteman-"
"Ya! Maksudku ayo berteman." Sela Jennie cepat dan segera menoleh pada Chaeyoung.
Chaeyoung tertawa pelan dan tersenyum, "mulai sekarang, kita berteman."
[To be continued]
Joo :: no caption.
Biyuyaa :: nah~ no caption too.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruby Admirer
FanfictionGXG • CHAENNIE • [Completed] 📍 Ruby Admirer Ruby, sosok perempuan bermata tajam bak kucing yang rajin mengisi puisi puisinya di mading sekolah. Puisi puisi yang maknanya begitu memporak porandakan hati sampai memikat hati seorang Park Chaeyoung yan...