28. Her Ridiculousness

356 57 4
                                    


Malam semakin larut disini. Lisa dan Mina tak lagi ada di kamar, hanya tersisa dua orang disini. Terdengar suara air yang turun dari handuk yang diperas. Sepasang mata kucing disana menutup semakin rapat saat menerima kompresan di dahinya.

Tangan Jung Hoyeon terulur menyingkirkan anak rambut hitam Jennie ke belakang telinga. Senyum tipisnya terpancar, "aku minta maaf." digenggamnya tangan mungil itu diam-diam.

"Aku mengambil kesempatan disaat seperti ini. Sungguh aku tidak bermaksud membuatmu sakit seperti ini. Aku hanya... Terlalu terlena dengan momen kita."

"Sekarang aku merawatmu. Anggap saja ini adalah permintaan maafku padamu."

Dia memandangi wajah Jennie lama, "bagaimana mungkin kau terlihat begitu mempesona bahkan ketika tidur seperti ini?"

"Dia sangat beruntung."

Tak ingin terlalu lama terpesona, Hoyeon memutuskan untuk bangun dan meregangkan ototnya, ia menguap. Sudah pukul satu malam, pantas dia mengantuk begini. Dilihatnya kasur sebelah, "semoga kekasihmu tidak marah aku meminjam kasurnya semalam."

Sepertinya tidak, hampir setiap malam Chaeyoung tidur di ranjang bersama Jennie, "Chaeng..." lirihan Jennie membuat Hoyeon mengurungkan niatnya.

"Chaeng." lirihnya lagi.

Dengan cepat dia berlutut dihadapannya, "Jen? Kau bangun?"

"Chaeyoung-ah!" dia menyerukan nama itu dengan mata tertutup, Hoyeon jadi panik sendiri. Dia takut Jennie kenapa-napa, padahal memang kebiasaan Jennie yang sering mengigau jika sedang sakit.

"Jen, buka matamu." ditangkupnya wajah Jennie, hingga gadis itu memegang tangannya membuat Hoyeon gugup setengah mati.

"J-Jen..."

"Chaeng-ah, jangan tinggalkan aku hanya untuk dengannya."

Alis Hoyeon hampir beradu. Apa yang Jennie maksud? Dia siapa? Chaeyoung kemana?

"Chaeng, kau mencintaiku?"

Hoyeon masih bergeming. Jennie membuka matanya sedikit, pandangannya buram tapi dia tahu jika itu Chaeyoung. Ya... Chaeyoungnya sudah kembali, Fikirnya.

"Chaeng, sayang kau sudah kembali?" gummy smile nya terlihat jelas, Hoyeon semakin gugup. Kenapa dia segugup ini? Padahal jelas-jelas senyuman ini bukan untuknya, melainkan untuk Park Chaeyoung.

Bugh!

Satu pelukan. Hoyeon menahan nafasnya saat Jennie memeluknya tiba-tiba, "Jen..."

"Aku merindukanmu, sayang. Tak bisakah kau memelukku saat aku sakit begini?"

Oh tidak, dia terkecoh imajinasinya sendiri. Dia mengira Hoyeon adalah Chaeyoung. Hoyeon sendiri bingung harus bagaimana.

"Hey katakan sesuatu. Kau tidak merindukanku?"

"Jawab!"

"J-Jen... Aku bukan Chaeyoung."

"Lucu sekali." Jennie menggeleng disela tawanya memeluk tubuh tinggi Hoyeon, "Cium aku."

"N-nde?"

"Ayo cium aku. Aku merindukanmu." permintaan manja itu terdengar menggemaskan, Namun Hoyeon jadi panas dingin.

"Aku-"

"Sayaaang... Aku sedang sakit. Kau tega menolak permintaanku? Biasanya kau menciumku dan aku akan merasa jauuuuhhh lebih baik. Mau ya?" pandangan Jennie yang lemah dan memohon itu membuat Hoyeon dilema. Sungguh dilema.

Tapi dia tidak bisa melakukan ini bukan? Bagaimanapun Jennie sedang dalam keadaan tak sadar mengatakan ini. Ya mungkin dia sadar namun dalam imajinasinya yang dia pintai itu Park Chaeyoung, bukan Jung Hoyeon.

Ruby AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang