"Nah kan, Lihat! Posisi puisiku tadi tidak seperti ini bahkan puisi Ruby telah berganti. Dia membaca puisiku!" Lisa mendelik sinis pada Chaeyoung yang terlihat senang karena Ruby membaca puisinya."Bisa saja orang lain, jangan percaya diri."
"Tidak, aku yakin dia membacanya." Chaeyoung menyahut tanpa mengalihkan pandangannya dari puisi milik Ruby.
"Astaga, gadis ini..."Lisa bergumam dengan perasaan jengkel.
"Aku yakin jika Ruby sudah membaca karya ku dan tak lama lagi Ruby akan menemukan... Rosie. Dia akan menemukanku."
"Sudahlah, Aku kasihan padamu jika begini terus"
"Apa maksudmu?" tanya Chaeyoung menoleh cepat dengan tatapan tajam.
"Kau terlalu berharap Chaeng, apa yang kau harapkan dari orang yang bahkan kau sendiri tidak mengenalnya? Aku tidak mau sahabatku jatuh terlalu sakit setelah terbang dan berharap terlalu tinggi hanya karena gadis tak di kenal ini."
Chaeyoung menunduk lalu tersenyum simpul, "Padahal aku hanya bermimpi, bermimpi bertemu dengan gadis yang ku taksir." gumamnya menatap kertas ditangannya. Ucapan Lisa begitu menusuk, tapi itu juga benar adanya, Chaeyoung tidak bisa membantah lagi.
Menyadari ucapannya, Lisa membulatkan matanya seraya menatap Chaeyoung yang menunduk, wajahnya terlihat putus asa. Sial sekali, Lisa jadi merasa jahat karena telah memutuskan harapan Chaeyoung.
"Chaeng, maafkan aku, aku-"
"Tidak Lisa, kau benar. Apa yang aku harapkan? Berharap pada orang lain hanya membuat hatiku hancur."
Chaeyoung mulai merangkai kata yang terbesit dalam benaknya, setelah itu dia menempelkan puisinya lalu lekas pergi. Kali ini tak ada senyuman, hanya sekilas menatap puisi indah karya Ruby.
Lisa menghela nafas kasar dengan perasaan sesal, Dia menatap puisi Chaeyoung yang terpasang di mading, "Maaf, Chaeng. aku tidak mau kau terus mengharapkan sesuatu yang tidak pasti." desisnya lalu pergi menyusul Chaeyoung.
Pagi ini terasa kelabu, harapan yang Chaeyoung bangun sedemikian rupa kini tuntuh dihantam realita. Memangnya siapa dia? Hanya penulis amatiran yang ingin dengan si puitis Ruby?
Lagipula belum tentu saat bertemu nanti Ruby ingin mengenalnya.
Hal-hal negatif terus memengaruhi fikiran Chaeyoung, membuat Mood nya turun drastis. Rusak sudah harinya.
"Chae... Jangan begitu. Iya aku minta maaf telah mengatakan-
"Kau benar, Lisa-ya. siapa aku?" Chaeyoung menatap Lisa. "Terima kasih, kini aku cukup tahu diri untuk mencari sosok Ruby, aku cukup puas meski hanya sebatas menjadi pengagum rahasianya. Tapi... Jauh didalam hatiku, aku memang masih ingin mengenalnya."
"Chaeng..." Lisa menatap sahabatnya penuh sesal, selama ini Chaeyoung orang yang ceria, salah dia sendiri kenapa mengatakan hal itu?
"Ah Lisa sialan!" Lisa mengutuk dirinya sendiri telah membuatnya menjadi murung begini.
~~~
Hari kini telah berganti lagi, mentari sudah mulai mengeluarkan cahaya angkuhnya namun sekolah masih terlihat sepi seperti biasanya.
Seorang gadis tengah berjalan riang menuju majalah dinding, dilihatnya puisi dari seseorang bernama pena Rosie sudah memperbarui puisinya. Dia kira si Rosie itu hanya iseng menulis puisi, ternyata dia juga menjadi pengisi majalah dinding sekolah juga.
Namun, kini keningnya mengerut bingung menyadari isi dari puisi Rosie yang kali ini terbaca sedikit sendu.
"Sungguh, jika kau menanyakan keadaanku
aku tidak akan pernah baik-baik saja tanpamu.
Kau tahu?
Harapan semu ini sudah merampas semua senyumanku
lalu menghampaskannya
ke atas cakrawala.
Menyisakan kepingan-kepingan senyum palsu
yang perlahan mulai membunuhku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruby Admirer
FanficGXG • CHAENNIE • [Completed] 📍 Ruby Admirer Ruby, sosok perempuan bermata tajam bak kucing yang rajin mengisi puisi puisinya di mading sekolah. Puisi puisi yang maknanya begitu memporak porandakan hati sampai memikat hati seorang Park Chaeyoung yan...