2| Putih Abu

144 20 1
                                    

Sepasang sepatu mulai memasuki gedung sekolah bertingkat tiga. Banyak murid-murid lain berhilir mudik dengan seragam yang bervariasi. Ini masih dalam masa orientasi sekolah. Wajar seragam putih abu belum boleh dikenakan.

Bibir merah ranum itu menyunggingkan senyuman tipis. Bangga bisa masuk ke sekolah impiannya sejak dulu.

"Aduh! Woy pelan-pelan napa sih!?" Naas, moodnya langsung turun drastis ketika anak murid lain menubruknya dari belakang.

"Ck, lo kali yang salah ngapain bengong di tengah jalan." Cewek itu menyalahkan Natasha.

"Lu belajar tata krama dimana, ha!? Jelas-jelas lu yang sengaja nabrak, malah nyalahin gua!" sentak Natasha tesurut emosi.

"Berani banget lo sama kakak kelas! Lo yang harusnya belajar sopan santun!"

Semua yang ada dihalaman menoleh ke arah mereka. Mencari sumber keributan, menjadikannya tontonan yang menarik.

"Lu yang salah! Jalan lebar ngapain pake nubruk gua segala, ha!? Sengaja 'kan lu nyari sensasi sama adik kelas!"

Kakak kelas itu menggeram, mendekati Natasha.

"He, jaga ya omongan lo bocil! Untung ini masih hari pertama lo sekolah! Atau bakal gue habisin lo!" ancamannya justru mendapati senyuman sinis Natasha.

"Jangan lu kira lu kakak kelas gua gak berani sama lu! Sini katanya mau habisin gua, ha!?" tantang Natasha.

Kakak kelas itu hanya menatapnya tajam, tangannya terkepal kuat.

Dia memperingati, "Lo lolos kali ini. Tapi, jika lo buat masalah lagi sama gue. Awas aja! Lo akan gue buat trauma disekolah ini, bocil!"

Natasha melangkah mendekat, menatap lekat lensa palsu cewek itu. Senyumnya terukir, "Siapa takut?"

Natasha melangkah maju, dengan sengaja menubruk bahu kakak kelas itu. Aksinya mengundang cibiran dari semua siswa baru yang menyaksikan.

'Wah gila. Berani banget dia.'

'Tapi, gue dukung dia sih. Kakak kelas emang gak seharusnya sewenang-wenang sama adik kelas.'

'Baru pertama sekolah aja udah kena masalah. Apalagi tiga tahun? Kena mental kali.'

'Cantik banget, woy! Tapi, tatapannya jutek.'

'Biasanya yang kek gitu introvert.'

'Ih, kasihan banget introvert. Gak ada temen.'

Natasha menutup telinganya rapat. Mengabaikan semua cibiran tentang dirinya. Memiliki tetap melangkah memasuki kelas MIPA 1. Kelas itu sudah ramai dengan teman-teman barunya.

Natasha memilih duduk dibarisan belakang paling pojok. Seolah menghindari semua siswi.

"Hai, gue Celsa. Boleh kenalan?" Seorang cewek berambut hitam lurus mengulurkan tangannya.

Tanpa tersenyum, Natasha membalas jabat tangan. "Natasha."

Cewek itu tersenyum kecil, mengangguk. "Boleh gue duduk disini? Gue gak ada temen yang gue kenal."

Natasha memutar bola matanya malas, menggeser duduknya mengosongi satu kursi untuk cewek itu tempati.

Celsa tersenyum senang, kembali memperhatikan Natasha yang sibuk dengan ponselnya tanpa memperdulikan kondisi sekitar.

"Lo dari sekolah Brigata, kan?" Celsa bertanya sekolah itu cukup terkenal dengan murid berprestasi.

Natasha mengangguk tanpa mengalihkan tatapannya. Dia sedari tadi mencari Icha, tapi sejak pagi tadi bahkan batang hidungnya tidak terlihat. Matanya sibuk berpindah dari layar ponsel ke ambang pintu, dari ambang pintu ke layar ponsel, begitu seterusnya sampai Celsa kembali bertanya.

SWEET SEVENTEEN; Devano DanendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang