22 | Babu

24 1 0
                                    

Terhitung sejak satu jam yang lalu kedua pelajar itu masih berada ditempat yang sama. Sebetulnya lucu bila keduanya dilihat. Bagaimana tidak, bila yang satu mukanya tertekuk masam dan yang satu sedatar jalan tol. Jika tidak ada yang mengenal mereka, pasti akan berpikir mereka pasangan yang sedang dilanda masalah, meski tetap bergandengan tangan dengan berat hati.

"Kak, lo udah satu jam muter-muter. Lo mau nyari apa sebenernya?" tanya Natasha mulai lelah.

"Kado buat cewek gue."

Deg!  Terpaku sejenak Natasha mendengar jawaban itu.

"Lo mau nyari kado apa?" Lupakan tentang patah hatinya, dia tidak berhak.

"Gak tau."

Natasha membuang nafas kesal. Mencoba mempertebal kesabarannya. Hingga akhirnya Devano memasuki satu toko yang sudah mereka datangin awal tadi. Kemudian ia menghampiri barang yang juga sempat ia lirik awal tadi.

"Menurut lo bagus gak?" Devano menunjukan sebuah kalung emas dengan inisial L.

Natasha mengangguk, tersenyum tipis penuh arti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Natasha mengangguk, tersenyum tipis penuh arti. "Bagus."

"Kalo sama yang ini, lebih bagus mana?" Kali ini ia menunjukan sebuah gelang yang terlihat lebih indah di mata Natasha.

"Gue lebih suka ini, cantik," jawab Natasha jujur.

Devano menatap gelang di tangannya lamat seolah berpikir.

"Tapi, menurut gue lebih cantik kalungnya," elaknya. "Saya beli kalungnya ya, Mbak." Dia mengembalikan gelang itu pada pegawai disana dan lebih memilih kalung yang awal ia pilih.

Natasha menatap kesal, terus untuk apa dia bertanya padanya jika akhirnya menurut pendapatnya sendiri?!

Bermaksud melampiaskan kekesalannya Natasha meninggalkan Devano keluar toko saat pemuda itu sibuk melakukan pembayaran.

* * *

Setelah membayar Devano kebingungan mencari keberadaan Natasha yang tiba-tiba menghilang. Ia mengedarkan pandangannya keseluruh toko, tak ditemukannya Natasha dimana-mana. Dia kemudian melanjutkan mencari keluar toko. Semakin dibuat pusing karena tempat mall yang besar dibanding badan Natasha.

Devano berjalan memutari satu lantai tapi tidak ia temukan Natasha disini. Di helainya nafas lelah, merepotkan membawa anak kecil ketempat seperti ini, pikirnya.

Turunlah ia lewat eskalator, sembari mata mengawasi ke arah lantai 1. Dari atas eskalator yang mulai bergerak turun terlihat di salah satu restoran seorang gadis tengah duduk sendirian disana dan beberapa saat kemudian seorang pramusaji membawakannya beberapa makanan. Gadis itu kemudian mulai makan dengan tenang.

"Gue salah khawatirin lo," gumam Devano pada dirinya sendiri.

Tanpa melihat lebih dekat dia tau gadis itu adalah Natasha. Masih memakai seragam sepertinya dan menggendong tas miliknya. Bergegas Devano menuju kesana, menghampiri Natasha yang nyaman menikmati makanan cepat saji.

SWEET SEVENTEEN; Devano DanendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang