16 | Sekarang Aku Tau

70 4 1
                                    

Gaun baru menghias indah tubuh Natasha. Masih dengan warna hitam, tapi sedikit lebih panjang dari sebelumnya. Tidak salah ia membawa gaun cadangan ditas sekolahnya tadi.

Ia menata sebentar anak rambutnya didepan cermin. Memoles bibirnya dengan lipstik agar tidak pucat. Ia menghela nafas panjang. Setelah siap, ia keluar dari toilet perempuan. Menemukan seorang pemuda bersandar ditembok tengah menunggunya.

Devano menoleh saat mendengar pintu toilet di buka. Ia terpaku sesaat ketika melihat penampilan baru Natasha. Siapa saja akan mengakui bahwa cewek itu cantik. Dengan badan idela, tinggi semampai, rambut lurus yang kini diikat anggun.

"Udah?"

Natasha mengangguk pelan. Keduanya lantas melangkah beriringan. Kini Natasha diam, Devano sedikit aneh melihatnya.

"Lo gapapa?" tanyanya.

Tanpa menoleh Natasha menggeleng, "Kenapa-napa," jawabnya jujur.

Tapi, ini Devano, dia tidak akan bertanya lebih lanjut bila bukan urusannya. Lagipula, siapa Natasha baginya sampai ia harus ikut campur masalah gadis itu. Aldrea dan Luna tadi mungkin membalaskan dendam mereka pada Natasha karena masalah kemarin saat perkataan Natasha menyinggung Aldrea. Itu pikir Devano, tanpa tau alasannya yang sebenarnya.

"Kak."

"Apa?"

"Gue boleh pulang aja?" kata Natasha.

"Kenapa emangnya? Sebentar lagi pestanya."

Natasha terdiam, mengigit bibirnya. Devano yang melihat ketidak nyamanan Natasha perlahan meraih tangannya, memasukkan jari-jarinya ke sela jari tangan mungil itu. Natasha tersentak kecil merasakan tangannya hangat dalam genggaman pria disampingnya.

"Lo gak perlu khawatir, biar gua jagain lo," ucap Devano lembut.

Ia menoleh ke arah Natasha, untuk pertama kalinya ia tersenyum. Senyum yang sungguh membuat dunia Natasha seindah langit malam ini. Senyum yang mengingatkan Natasha pada seseorang dimasa lalu. Pikiran Natasha berkelana kemana-mana. Tidak tau akan merespon seperti apa.

"Pak Ketu, di cariin kemana-mana malah asik berduaan disini."

Perhatian mereka teralihkan saat melihat Anrez tiba-tiba datang. Natasha buru-buru melepas cekalangan tangan mereka. Bukan salah tingkah, tepatnya dia lebih tidak ingin dipandang yang tidak-tidak oleh Anrez. Pasti, Anrez tau kalau Devano memiliki cewek.

"Kenapa?" tanya Devano.

"Ealah, masih tanya kenapa. Ini 'kan lo yang buat acara, ya lo yang mulai lah. Sana udah ditunggu anak-anak yang lain dari tadi," sungut Anrez mendorong-dorong badan Devano agar cepat berjalan.

"Sabar!" Devano menyentak, menghentikan dorongan Anrez.

Kemudian ia kembali berjalan kebelakang, menghampiri Natasha yang tertinggal. Ia raih tangan mungil nan halus itu. Lantas dengan jari yang saling bertaut, Devano menarik Natasha untuk pergi bersamanya.

"Jangan pergi jauh-jauh dari gue. Lo kecil, nanti bisa hilang."

Natasha diam seribu bahasa, hatinya berdebar tak berirama. Ia mengigit bibir, menahan senyumnya, mencoba menyadarkan akal sehatnya untuk mengingat fakta. Tidak akan ia biarkan hatinya jatuh pada orang yang sudah meniliki kekasih. Bila itu terjadi, sama saja Natasha sakit hati dengan cara paling bodoh.

* * *

"Semalam malam." Suara berat Devano membuat perhatian semuanya tertuju dengannya.

Natasha menunduk, ia jadi ikut menjadi perhatian karena Devano yang memaksanya untuk terus disampingnya. Apalagi genggaman tangan mereka yang belum terlepas. Suara bisik mulai terdengar lagi, Natasha masih bisa menangkap beberapa kalimat ditengah riuhnya suasana.

SWEET SEVENTEEN; Devano DanendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang