8| Misi Selesai

118 15 2
                                    

"Jika seperti ini. Aku akan meminum racun ini untuk menjemput Juliet disana. Akan aku bawa cinta putih ini. Tak ada gunanya aku hidup tanpamu Juliet." Terlihat adegan didepan sana seorang laki-laki dengan kostum layaknya pangeran meneguk cairan hijau.

Detik selanjutnya dia terjatuh ke lantai dengan mulut penuh busa. Disampingnya tergeletak tubuh seorang gadis yang tadi seakan mati kini bangkit terduduk. Dengan ekspedisi terkejut yang terkesan natural dia meneteskan air matanya.

Mengambil gelas racun ditangan Sang Romeo, ikut meneguk cairan yang masih tersisa disana.

Dialog terakhirnya, "Romeo, kekasihku. Mengapa kamu meninggalkanku? Aku tak bisa hidup tanpamu. Aku akan menyusulmu."

Gadis itu kembali tergeletak disamping tubuh kekasihnya, matanya terpejam dengan mulut penuh busa. Mereka menuju keabadian bersama-sama.

Suasana panggung berubah sendu, alunan musik mellow berdenting pelan. Kini giliran tarian balet yang ditampilkan dengan raut wajah sedih. Tariannya begitu epik, Icha mengusap air mata saking terharunya melihat drama itu.

Natasha bertepuk tangan, terbungkam kagum melihat penampilan mereka yang begitu sempurna.

"Itu tadi adalah penampilan drama dan balet dari High School International World. Beri tepuk tangan yang meriah!"

Prok! Prok! Prok!

Suara tepuk tangan bergemuruh, semua pemeran Romeo dan Juliet kembali ke panggung. Menundukkan tubuh mereka sebagai ucapan salam hormat pada penonton.

Pertunjukan selesai, Natasha lebih dulu datang ketempat meja panitia eskul drama. Mendaftarkan dirinya disana.

"Natasha? Oke, besuk kembali lagi ke sini untuk ikut seleksi ya?"

Karena banyaknya peminat dan melebihi batas anggota yang ditentukan terpaksa harus dilakukan seleksi.

Natasha mengangguk, "Baik kak."

*  *  *

Mereka berdua berjalan seiringan. Matahari tepat diatas kepala. Namun, panasnya tak menyurut semangat para siswi yang berbodong-bondong berlari menuju lapangan basket.

Bruk!

"Ih, anjing! Punya mata gak lo?!" sentak Natasha saat bahunya tak sengaja ditubruk.

"Sorry-sorry gue buru-buru. Sorry ya!" Cewek itu menangkupkan kedua tangannya, meminta maaf. Lantas kembali berlari kecil.

Natasha tak menjawab, hanya mendengus kesal— kembali mengomel.

"Dasar punya mata cuma buat pajangan doang! Enak aja dia main tubruk-tubruk tubuh gua!"

"Udah Nat, dia udah minta maaf juga kan. Mending kita ikut ke lapangan basket, yuk!" ajak Icha menarik tangan Natasha agar mengikutinya.

"Apaan?! Ogah, panas! Mending ke kantin! Gue mau beli es teh," tolak Natasha mentah-mentah, melepaskan tangannya.

"Astagfirullah, lo tadi udah minum es teh. Mau pilek lo? Mending juga ke lapangan liat yang seger-seger."

Natasha kukuh menggeleng. Dia tidak bodoh, cowok itu pasti ikut bermain basket. Demi apapun Natasha benar-benat tidak mood melihat wajahnya.

"Ayolah Nat!" bujuk Icha.

"Ish, enggak mau! Gue gak mau ketemu sama cowok songong itu lagi!"

SWEET SEVENTEEN; Devano DanendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang