4| Perihal Jus Melon

116 11 0
                                    

Natasha berjalan gugup memasuki kantin sekolah. Dirinya seketika menjadi pusat perhatian semua kakak kelas. Percayalah, ingin rasanya Natasha menghilang dari sana. Namun, apalah daya dirinya sudah terlanjur terjebak di zona yang tak menyenangkan.

Natasha, maju! Lo jangan lemah, lo gak boleh lemah. Ayo bisa! Pasti bisa! Batinnya menyemangati.

Segelas jus melon yang tertampung dalam gelas plastik sempurna dia pegang. Biar makin aesthetic Natasha me-request taburan meses warna-warni diatasnya. Jika boleh jujur, ini kali pertama Natasha melakukan hal seperti ini dalam hidupnya.

Apabila dia tidak sengaja menghilangkan atau merusak barang orang lain. Dia tinggal memberi mereka uang, lalu selesai. Namun, kali ini berbeda wajar jika Natasha gugup.

Natasha menarik nafas sekali lagi, mencoba menutupi rasa gugupnya dengan wajah jutek sok bodoamat. Mata coklat madunya menelusuri seluruh meja kantin. Beruntung tidak terlalu ramai. Kemudian tatapannya terpaku pada gerombolan anak laki-laki yang tengah bernyanyi.

Katakan sayang bila sayang
Katakan cinta bila cinta
Jangan coba berpura-pura
Seperti tak ada rasa
Tapi di hati sayang

"Bangsat! Sindir ae terus!"

"Makanya, lo kalo udah ada doi tembak cok! Bukan malah di pendem. Laki bukan!?"

"Gini, men. Gue bukannya takut atau mendem perasaan. Tapi, gue baru siapin mental aja semisal nanti kalo gue ditolak."

"Alasan aja lo, Dres! Diembat Sandy mampus lo!"

"Eh jaga mulut lo ya, anjing! Gue sama Sandy jelas gantengan gue lah!"

"Iya gantengnya doang, nyalinya jelas tinggi Sandy lah. Lo 'kan cowok cover cewek."

"Iqbal, mulut lo kek tai!"

"Sstt! Coba istighfar, dari tadi ngomong kasar muluk."

"Astagfirullahalazim."

"Khem, permisi kak."

Hening, keributan mereka tertunda sesaat ketika Natasha memotong obrolan. Tatapan ketiga cowok tadi mengarah pada Natasha.

"Ck, ck, ck! Subhanallah cantik banget," kagum Anrez lupa mengedipkan matanya.

Plak!

"Istighfar! Gak sopan banget!" Tamparan cowok itu sempurna mendarat diwajah Anrez.

"Lo apaan sih, Rey? Lihat cewek cantik gak bakal buat lo buta," protes Anrez.

"Ya, lo natapnya gak usah pake napsu gitu juga!" Rey membela.

Anrez meringis, menangkupkan kedua tangannya meminta maaf.

"Lo ada keperluan apa sama kita?" Iqbal bertanya, mengabaikan sikap Anrez.

Natasha tersenyum singkat. "Em, gue mau ketemu cowok ketua OSIS. Ada?"

"Ad—"

"Disini gak ada ketua OSIS." Dia menyela ucapan Iqbal.

Natasha mengalihkan tatapannya, dia langsung disambut oleh mata hitam yang menyorot tajam. Raut wajah tampannya, seolah di selimuti kabut dingin— tak tersentuh.

"Lo 'kan yang gue tabrak tadi?" tanya Natasha yakin.

Cowok itu mengangkat satu alisnya, dia seperti melupakan kejadian tadi.

Natasha yang bingung akan menjawab apa lagi, memilih segera menyerahkan jus melon ditangannya.

"Ini, gue ganti."

SWEET SEVENTEEN; Devano DanendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang