26 | Rencana Ulang Tahun

9 0 0
                                    

Rangkaian acara sederhana yang sudah Natasha pikirkan matang-matang saat ingin tidur mulai ia jalankan sekarang. Tepat hari libur membuat Natasha bisa mempersiapkan lebih baik. Meski bukan acaranya, tapi Natasha ingin yang terbaik untuk teman masa kecilnya. Sakit memang, karena merayakan ulang tahun dengan Devano adalah impiannya. Tapi, justru sekarang ia yang harus menyiapkan pesta ulang tahun orang lain dengan Devano.

"Natasha, segini cukup?" Icha menunjukan sebuah vas yang sudah dipenuh bunga cantik berwarna putih dan merah.

Natasha mengangguk, "Cukup and prefect."

Ia melanjutkan meniup balon yang kesekian. Sudah dua jam Natasha melakukan semuanya bersama Icha, karena tidak mungkin Natasha sanggup melakukannya sendiri.

"Kenapa sih Nat mesti susah payah begini. Mending rayain aja diner di restaouran lo 'kan gampang," ini keluh Icha saat dia baru membantu Natasha selama 5 menit.

"Gue gak mau identitas gue kebongkar Icha. Lagi pula gue gak tau Devano sanggup bayar apa kagak. Kalo gue yang bayar yang ada Devano jadi tau gue anak orang kaya." Ini jawaban Natasha.

"Lagian udah pada tau juga lo anak orang kaya. Tiap hari gonta ganti mobil," gerutuan Icha yang tidak Natasha tanggapi dengan serius.

"Ya senggaknya gak ada yang tau gue keluarga Namoru."

Natasha memilih diner malam sebagai perayaannya. Dia sepakat dengan Devano jika siang hari digunakan Devano untuk mencari informasi 'Penguntit' sedang malam harinya ia bisa merayakan ulang tahun Laura.

Pantai adalah tempat yang Natasha pilih. Karena ketika malam pantai akan sepi pengunjung sehingga menjadi tempat yang pas untuk merayakan hari sepesial bersama kekasih. Natasha tersenyum kecut, kembali mengingat kenyataannya.

Balon ke- 50 sudah selesai Natasha tiup. Ia juga menyiapkan lampion untuk nanti di terbangkan. Vas bunga dan rangkain bunga sebagai hiasan juga sudah selesai Icha kerjakan. Keduanya menuju lokasi ketika matahari sudah agak condong ke barat.

Didalam mobil yang Natasha setir sendiri. Keduanya fokus melihat jalan dan Icha yang sesekali mengeratkan pegangan pada roti ulang tahun yang ada dipangkuannya memastikan ia aman.

"Menurut lo Devano itu orang yang kaya gimana?" Natasha tiba-tiba bertanya.

Icha menoleh bingung dengan pertanyaan sahabatnya.

"Dia tipe orang yang romantis atau bukan? Gue takut setelah nyiapin semua ini nanti dia ga suka sama konsep yang gue buat," sambung Natasha menjelaskan kekhawatirannya.

Karena Devano seolah menyerahkan semuanya pada Natasha. Jadi Natasha tidak memiliki gambaran perayaan seperti apa yang Devano berikan. Ia hanya mengambil konsep kebanyakan sepasang kekasih merayakan ulang tahun mereka, diner romantis.

"Gue yakin dia suka. Lagian gue liat Kak Laura orangnya feminim banget. Dia pasti suka yang romantis-romantis." Kalimat menenangkan Icha sedikit melegakan Natasha.

"Setelah semua siap, gue gak bisa tetap disana. Gue harus pulang."

"Kenapa?" tanya Icha.

Natasha diam sejenak, "Capek Cha. Masa iya gue harus liat orang pacaran?"

Icha terkekeh, "Yakin? Bukan karena sakit hati liat Devano sama yang lain?"

Natasha melotot, "Apa sih lo?! Ga jelas," ketusnya.

Meski yang diucapkan Icha tak sepenuhnya salah.

* * *

Matahari sudah sempurna tenggelam sejak setengah jam yang lalu. Persiapan Natasha juga telah selesai. Meja makan yang di rias sedemikian rupa ditambah dengan vas bunga dan lilin indah ditengahnya terlihat manis. Dekorasi sekeliling yang di penuhi bunga berwarna peach, blue sky, dan putih dengan balon berwarna senada mempermanis suasana. Lampu menyala temaram dengan bulan yang bulat sempurna dilangit malam. Natasha tersenyum, syukur hari ini tidak hujan.

SWEET SEVENTEEN; Devano DanendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang