21| Hukuman 2

31 0 0
                                    

Suara musik mengalun lembut di dalam kamar dengan nuansa brown. Cahaya terang dimatikan, terganti dengan lampu berwarna yang menyala lembut. Seorang gadis berambut panjang yang teruntai asik di atas meja belajarnya. Jari jemarinya lihai mengetik di atas keyboard. Bibirnya sesekali bergumam lirih mengikuti lirik lagu. Ia sedang merangkum nashkah drama yang akan ia tampilkan besok.

Kegiatan itu berlangsung selama lima belas menit kedepan. Sampai notif diponselnya terdengar, matanya salah fokus dengan nomor kosong yang tertera di layar ponsel. Siapa yang menghubunginya?

Pesan itu tertulis:
'Berhasil lolos hari ini? Bersiap besok.'

Deg!

Natasha tau nomor itu, nomor yang pernah mengajaknya untuk pergi pesta dansa bersama. Dan orang itu adalah Devano. Jika dipikir darimana Devano mendapatkan nomornya, jangan lupa ponsel Natasha pernah berada ditangannya selama satu hari. Dia pasti mencuri nomor itu di ponsel Natasha sendiri.

"Sialan," umpat Natasha sembari mengirim balasan.

Pesan yang di kirim:
'Gue gak sudi lakuin hukuman yang lo suruh'

Dengan cepat Natasha langsung mendapat balasan, 'Maka lo akan dapet hukuman lebih berat dari ini.'

'Coba aja gue gak takut. Gue cuma telat 5 menit, bukan karena ngelakuin tindakan kriminal. Sebelum hukum gue, minimal lo pikirin hukuman buat anak cowok brandal. Kalo telat 5 menit aja udah di hukum berat apa berantem di sekolah perlu di hukum mati?'

Skakmat. Balasan Natasha membuat Devano hanya membaca pesannya cukup lama. Anak cowok brandal memang ada di HISW mereka dikenal dengan geng cobra (cowok brandal). Namun saking banyaknya masalah, hukuman yang mereka terima kadang hanya disepelekan.

Natasha tersenyum puas dengan Devano yang tak kunjung menjawabnya. Ia meletakan ponselnya, lanjut menyelesaikan naskah dramanya. Hingga beberapa menit notif di hp-nya kembali berbunyi.

Pesan yang tertulis:
'Saran lo bagus. Sayangnya gue bukan seorang aparat hukum. Melanggar tetap melanggar, hukuman tetap hukuman. Jangan jadi tupai yang lompat dari lubang yang ia buat sendiri.'

Natasha di buat kesal dengan pesan itu. Sumpah serapah keluar dari mulutnya untuk pemuda yang kini mulai menyebalkan dimatanya. Mengapa di saat Natasha ingin jauh darinya. Pasti selalu ada hal yang membuat mereka kembali bertemu.

* * *

Pagi itu sebelum jam pelajaran dimulai Natasha berjalan menelusuri halaman dan koridor sekolah. Ia ingin menuntaskan hukumannya dari Sang Ketua OSIS. Tidak sudi Natasha di cap pengecut oleh siapapun. Oleh karena itu bukan dia yang di cari, tapi kali ini dia yang akan mencari.

Kaki mungilnya terus melangkah melewati anak murid lain. Langkahnya berhenti ketika ia melihat perawakan pemuda yang ia cari tengah berjalan ke arahnya. Namun, niatnya urung karena pria itu tidak berjalan sendirian. Seorang perempuan cantik dengan senyum ramah yang ia tebarkan pada orang-orang melangkah beriringan disamping Devano. Laura, Natasha selalu ingat namanya. Ia juga selalu ingat rasa sakit ketika tau Devano telah lebih dulu bersama dengan Laura. Dia pikir Laura juga menjadi salah satu alasan Devano melupakannya.

"Dev, kayanya ada yang mau ketemu sama kamu."

Suara itu menyadarkan lamunan Natasha. Keberadaannya sedari tadi disadari oleh Laura. Meski ia melamun tapi tatapan matanya jelas tertuju pada keduanya. Hal itu membuat Laura tau dia tengah menunggu mereka.

Tatapan Natasha kini beralih fokus hanya untuk Devano. Tidak ingin terlalu lama ia terjebak pada posisinya sendiri. Ia lantas mengutarkan maksudnya.

SWEET SEVENTEEN; Devano DanendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang