24 | Masalah

34 2 0
                                    

"Jawab Nat!" Ketiga cewek itu mendesak Natasha.

"Iya, itu emang gue. Kenapa?" jawab Natasha.

"Lo jalan lagi sama Kak Devano? Lo itu emang gak kapok ya?" ketusnya menunjuk Natasha tak sopan.

"Kak Devano udah punya pacar. Bangga lo jadi pelakor?" Cewek satunya ikut mencela.

"Apa lagi ceweknya lebih cantik dari lo. Harusnya lo malu. Kelas kita juga malu. Sadar diri deh lo."

Tangan Natasha mengepal dibawah meja. Ucapan mereka tentu menyinggung keras dirinya. Meski fakta tapi Natasha tak terima. Ingin rasanya ia menonjok dan memberi penjelasan pada mereka. Tapi, pecuma lidah ular seperti mereka hanya akan melilit pisau yang ia tancapkan.

"Cowok itu bukan Devano. Mata lo pada picek ya?" akunya ketus.

"Lo pikir kita gak tau perawakan Devano kaya gimana?" timpal mereka tersenyum meremehkan.

Natasha balas tersenyum sinis, "Emang yang punya body kaya gitu cuma Devano? Abang gue emang ganteng, tapi ya jangan sampe lo sama - samain kaya orang lain."

"Maksud lo?"

"Difoto itu abang gue. Baru aja dateng dari luar negeri. Jadi stop nuduh gue yang gak-gak. Apalagi sampe lo pada nyebarin berita ga jelas. Gue bisa tuntut kalian semua," tekan Natasha serius. Meski dalam hatinya ada perasaan khawatir juga jika kebohongannya terbongkar. Namun, setidaknya tidak ada yang tau bahwa dia dari keluarga Namoru.

Ketiga cewek itu bungkam.

"Bohong! Gue kenal jaket itu dan itu jaketnya Devano." Mereka masih tidak ingin kalah ternyata.

"Jaket Devano adalah brand terkenal. Jaket itu dari Brand Besoabrazo, gak mungkin brand seterkenal itu cuma dimiliki 1 orang," cetus Natasha dengan alasannya yang ia buat-buat. "Atau kalian yang ga kenal brand itu?"

Jawaban itu berhasil membuat ketiganya bungkam sekaligus geram. Kedatangan guru membuat mereka terpaksa kembali ketempat duduk masing - masing. Memutus percakapan mereka yang terlihat masih kurang puas.

Natasha menahan diri, belum genap satu semester tapi masalah yang ia dapatkan seolah tidak ada habis-habisnya.

🧊

Temui gue di rooftop sekolah
setelah pulang.

Ya.

Semakin kesal rasanya Natasha saat pesannya hanya dibalas sesingkat itu. Hari ini memang hari sial untuknya. Kesialan yang berlanjut sampai istirahat berdering nyaring. Waktu yang harusnya bisa Natasha gunakan menyantap bakso di kantin bersama Icha. Justru ia gunakan untuk meladeni geng siluman yang menempel bagai parasit dihidupnya.

Seperti biasa Natasha dan Icha duduk berdua saja dikantin sekolah. Kali ini bukan bising kantin yang menganggu, tapi suara Icha yang membuat Natasha pusing. Berceloteh panjang lebar. Bertanya ini itu, dan mendesak meminta penjelasan tapi dirinya tidak di beri kesempatan untuk bicara. Jadi Natasha hanya mendengar sembari menyuap bakso ke dalam mulutnya.

"Di foto itu emang lo sama Kak De— maksud gue 'Si Melon' kan? Lo bisa bohongin semua orang. Tapi, lo ga bisa bohongin gue, Sasa."

"Lagian ya kok ada sih orang yang selalu iseng fotoin lo. Gue yakin ini orang punya dendam sama lo. Kan ga banget tiba-tiba fotoin orang tanpa ada maksud lain."

"Herannya gue kenapa juga cuma muka lo yang terpampang jelas. Kenapa 'Si Melon' itu mukanya kaya di tutup-tutupi."

"Menurut gue nih ya. Lebih baik lo minta bantuan keluarga lo buat usut tuntas masalah ini. Ini pasti pelakunya sama kaya yang kemarin," celoteh Icha panjang lebar dengan menyebut Devano dengan nama samaran 'Si Melon'.

SWEET SEVENTEEN; Devano DanendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang