Pada nanyain "kapan update?"
Nah ini gue update. Semoga kalian yang nungguin ga lumutan wkwk...
***
Alena hamil. Istri Daffa hamil. Kabar yang sangat ditunggu-tunggu oleh dua pasangan itu akhirnya tiba juga. Namun secepat Daffa mengetahui informasi itu, secepat itu pula ia dipisahkan dengan sang calon buah hati. Alena keguguran saat jatuh tergelincir ketika bermain bersama Lula, adik Daffa.
"Jangan nangis lagi," ucap Daffa mengelus kepala Alena.
Alena tak merespon, masih betah menangis didada Daffa. Tangisnya tak kunjung reda sejak Daffa memberitahu jika Alena mengalami keguguran. Alena merasa gagal melindungi buah hatinya yang bahkan ia tak mengetahui jika dirinya sedang mengandung.
"Sshhh ... Udah ya." Daffa mengecup puncak kepala Alena sayang. Ia harus kuat untuk Alena meski dirinya juga sedih kehilangan buah cintanya bersama sang istri.
Sedu sedan Alena perlahan memelan, namun masih enggan mengangkat wajah menatap Daffa. Dan Daffa masih setia mengelus kepala istrinya itu, ia menghentikan elusannya saat Alena mengangkat wajah.
Daffa menghapus jejak air mata dipipi Alena lalu memeluknya erat seolah menyalurkan kekuatannya pada Alena. Cukup lama mereka berpelukan lagi kemudian Daffa mengurai pelukan itu. Menangkup wajah Alena pada telapak tangan dengan ibu jari menghapus air mata istrinya itu.
"Udah ya nangisnya," kata Daffa tak senang jika Alena menangis begini. Apalagi sudah dari satu jam lalu Alena terus saja menangis.
"Hm," gumam Alena sesegukan, suaranya hampir hilang akibat terus menangis.
"Alena mau apa sayang?" tanya Daffa perhatian.
Alena menggeleng pelan.
"Istirahat aja ya," suruh Daffa dengan perlahan membaringkan Alena diranjang rumah sakit.
Alena hanya bergumam. Matanya terlihat sembab, juga merah begitu pula dengan hidungnya akibat terlalu lama menangis. Sangat kontras dengan wajahnya yang putih.
"Biar cepat sembuh, makan dulu ya Sayang. Dikit aja," pinta Daffa.
Alena menggeleng.
"Dikit aja, Na." Daffa memelas. Istrinya belum makan sejak kemarin sore dibawa ke rumah sakit. Dan Daffa begitu khawatir dengan kondisi kesehatan istrinya.
"Eng-gak." Alena menyahut dengan segukan. Suaranya bindeng dan kecil.
"Gue masakin ya," tawar Daffa membujuk. "Mau makan apa hm?"
"Eng-gak mau. Mau pu-lang," ujar Alena menatap penuh harap pada suaminya.
"Makan dulu tapi," kata Daffa mengelus pipi Alena.
"I-ya, tapi pu-lang Daffa," pinta Alena ingin menangis lagi.
"Iya pulang," kata Daffa menenangkan.
***
Sejak pulang dari rumah sakit, Alena selalu terlihat melamun dan murung. Bahkan di beberapa kesempatan, Alena terlihat menangis pilu. Wajahnya pucat serta nafsu makannya menurun. Wanita itu terlihat sedang tidak baik-baik saja.
Daffa tidak suka Alena murung begitu tapi ia tidak bisa menyuruh Alena berhenti bersedih sebab dirinya saja masih diliputi kesedihan, namun ia kuat agar bisa menjadi sandaran bahu sang istri.
Kesedihan Alena berlanjut hingga hampir satu minggu menjelang, dan Daffa tidak ingin jika ia dan sang istri terus berada diposisi itu. Jadi, suatu malam ia menangis bersama Alena. Meluapkan kesedihan dihati mereka lalu berjanji esok pagi mereka akan hidup lebih baik dengan mengikhlaskan kepergian calon bayi mereka itu. Dan itu berhasil, meski harus berjalan secara perlahan seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kampus Biru
RomanceMATURE CONTENT🔞❗ Kampus Biru. Kampus yang menyandang gelar kampus terbersih diseluruh kota. Gelar yang sudah berapa tahun terakhir tidak tergantikan. Layaknya kampus lainnya, Kampus Biru juga aktif mengirimkan mahasiswanya untuk berpartisipasi dala...