~Rora dan Biru

40.6K 1.2K 90
                                    

Masih ingat dengan Biru? Gitaris Tiger band yang muncul pada cerita Regina dan Elang kalau kalian lupa. Biru Pamungkas Kalvi. Mahasiswa jurusan bahasa inggris yang jadi incaran banyak mahasiswi, prince charming kelas A.

Biru itu definisi sempurna. Rahangnya tegas, tatapannya tajam, tinggi lebih dari 175 cm, badannya proposional, punya abs dan bisep serta wajah yang tampan. Biru juga pernah jadi model kampus dan wajahnya menghiasi portal kampus bagian penerimaan mahasiswa baru.

Biru mendecak kesal saat panggilannya direject oleh Rora. Chatnya juga enggak dibaca, masih menganggur belum ada tanda centang biru.

"Rora mana sih?" keluhnya.

Biru tak menyerah, ia kembali menelpon Rora untuk kesekian kalinya.

"Ck angkat dong Ra."

Biru lagi-lagi mendumel karena panggilannya lagi-lagi diabaikan. Ia melempar ponselnya ke ujung kasur lalu menutup diri menggunakan selimut dan memutuskan untuk tidur.

Sedangkan dilain tempat, Rora kesal karena Biru terus saja menelponnya. Ia sedang bimbingan dengan dospem 1 ketika Biru terus saja menelponnya.

"Gak papa, angkat aja dulu mbak. Siapa tahu pacar nyariin," canda sang Dosen sambil tertawa.

"Bapak bisa aja, ini cuma temen saya kok pak," elak Rora sambil tersenyum canggung. Setelahnya ia mengaktifkan mode silent agar hapenya tidak berdering lagi.

"Ini saya acc ya mbak," ucap sang Dosen lalu membubuhkan tanda tangan di buku konsultasi.

"Makasih pak," ucap Rora dengan senyum tipis.

"Iya, semangat ya mbak. Urus secepatnya biar mbaknya bisa ikut wisuda tahun ini." Sang Dosen menyemangati. "Habis ini mau konsul ke pak Adianto?"

"Rencananya begitu pak, saya udah chat juga tadi."

"Bagus, semangat terus ya mbak. Kalau ada kendala sama pak Adianto ngomong aja sama bapak, siapa tahu bapak bisa bantu."

"Ah iya makasih banyak pak," ucap Rora senang.

"Iya, semoga skripsinya lancar ya. Nanti kalau mbaknya mau maju konfirmasi sama bapak dulu ya, biar bapak sesuaikan dengan jadwal yang kosong."

"Baik pak." Kemudian Rora menyimpan skripsi miliknya ke dalam totebag yang ia bawa. "Saya permisi ya pak."

"Iya, sukses terus mbak."

"Makasih pak."

Rora keluar dari ruang dosen dengan senyum lebar. Penantiannya hampir sebulan ini akhirnya membuahkan hasil, dospem 1 sudah acc. Tinggal satu lagi untuk ia bisa maju pendadaran.

"Gimana Ra?" tanya Chika.

Rora menghampiri Chika lalu duduk di bangku sampingnya. "Acc," serunya.

"Anjirrr serius?" tanya Chika tak percaya lalu mengambil buku konsultasi Rora. "Wihh selamat ya."

Rora mengangguk senang. "Aaa seneng banget akhirnya di acc tapi gue takut juga buat maju."

"Gak papa yang penting udah acc, urusan maju belakangan," sahut Chika sambil tertawa.

"Anjirrr lo. Habis ini temenin gue konsul sama pak Adianto ya."

"Udah lo chat?"

"Udah, di balas anjirrr," ucap Rora heboh.

Pasalnya dosen satu itu jarang sekali balas chat pribadi kecuali chat dari mahasiswi yang cantik. Bahkan di grup bimbingan, bapaknya cuma menanggapi beberapa chat.

"Mana liat?" Rora memberi ponselnya dan memperlihatkan balasan dosen tersebut.

Pak Adianto
Saya di rumah mbak, mbaknya bisa langsung ke rumah kalau mau konsul.

Kampus BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang