~Ayana dan Khavi - eps. 2

53.1K 1.9K 228
                                    

Kejadian minggu lalu buat Khavi ketar-ketir sebab hubungan mereka berada dalam kesalahan pahaman. Ayana yang mengira jika Khavi balikan dengan Amira, si mantan. Padahal kenyataannya Khavi tak sengaja berjumpa dengan Amira dan hanya berbincang sebentar.

Khavi punya prinsip dalam hidupnya. Ia tak mungkin memulai hubungan baru sedang dirinya belum selesai dengan masa lalu. Itu bukan keputusan bijak.

Dan sekarang, Khavi tengah berada di jalan pulang setelah mengabari Ayana dan membeli martabak manis untuk dibawa pulang. Suasana sore ini terasa teduh namun kendaraan padat merayap sebab sudah memasuki jam pulang kerja.

Lampu sudah hijau, Khavi siap menjalankan mobilnya. Namun dari arah berlawanan sebuah truk melaju kencang menerobos lampu yang sudah merah. Kejadiannya begitu cepat dan tepat terjadi didepan mata Khavi, sebuah truk menghantam pengendara motor yang ingin menyeberangi jalan.

Brakkk

Melihat itu Khavi syok sebab pengendara motor tersebut tergeletak tak jauh dari mobilnya. Tubuh Khavi panas dingin apalagi melihat darah mengalir di aspal.

Beberapa pengendara terlihat turun membantu, ada juga yang mengamankan sopir truk tadi, sedang beberapa lainnya malah merekam kejadian dengan ponselnya.

"PANGGIL AMBULANS!"

"TOLONG PANGGIL AMBULANS!"

Kaca mobil Khavi diketuk kasar menyentaknya sadar sepenuhnya. Segera ia mengambil ponselnya dan memanggil ambulans. Meski sedikit terbata, Khavi dengan baik menyampaikan lokasi terjadinya laka lantas.

"PANGGIL AMBULANS CEPAT!"

"Sudah ada yang panggil ambulans."

"Mobil putih itu sudah panggil ambulans."

Bukan Khavi tidak mau menolong dengan turun dari mobilnya. Ia masih syok dan lagi sudah banyak orang berkerumun di depan mobilnya. Khavi menurunkan kaca mobil dan bertanya pada orang yang melewati mobilnya.

"Korbannya gimana pak?" tanya Khavi menatap lawan bicara.

"Korbannya pingsan, kayaknya kepalanya bocor menghantam trotoar."

Hanya mendengar hal tersebut, Khavi dibuat meringis ngeri. Ia memejam mata sambil berharap jika pengendara motor tadi masih hidup.

"Kasian banget. Semoga beliau masih bisa bertahan dan diberi umur panjang," tanggap Khavi disetujui dengan anggukan orang itu.

"Sopir truk tadi gimana pak?" Khavi bertanya lagi.

"Sudah di amankan warga dan ada yang panggil polisi juga tadi," jawabnya.

"Musibah gak ada yang tahu, kita cuma bisa berdoa sama Tuhan agar dijauhkan dari marabahaya," ucap orang itu menambahkan.

Khavi mengangguk setuju.

"Saya permisi dulu," ucap orang tersebut pamit dari hadapan Khavi.

"Oh iya pak, mari."

Kemacetan semakin panjang namun ditengah macet tersebut sebuah mobil ambulans datang dengan sirine yang nyaring. Beberapa pengendara membuka jalan bagi ambulans dan sampai di tempat kejadian, orang-orang yang tadinya berkumpul mulai mundur membiarkan petugas membawa korban.

Khavi bergidik ngeri melihat hal tersebut, ia beberapa kali mengusap wajahnya kasar. Tangannya masih berkeringat dingin sambil menggenggam ponselnya. Satu panggilan masuk yang langsung di angkat oleh Khavi.

"Ayana," ucap Khavi menginterupsi sebelum Ayana bicara.

"Iya kenapa? Lo gak papa kan? Suara lo aneh," kata Ayana.

Kampus BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang