~Ara dan Ardi - Chap. 2

206K 5.3K 183
                                    

Disinilah Ara sekarang. Apartemen mewah Ardi. Untuk kesekian kalinya Ara terpesona dengan interior didalam ruangan yang ada disini. Semua terlihat berkelas dan mewah.

Tadi Ardi meneleponnya bahwa lelaki itu sakit demam. Ardi juga menyuruh Ara membeli makanan diluar dan obat penurun panas. Sepertinya laki-laki itu beneran sakit.

Ara sedang menyiapkan makan untuk Ardi dinampan, ia juga menaruh obat disampingnya serta segelas air putih. Ara belum melihat Ardi, tadi sebelum masuk ke sini Ardi memberitahu nomor pin apartemennya. 8942.

Saat masuk ke kamar Ardi, hal pertama yang ditangkap mata Ara adalah Ardi yang terbungkus selimut. Sudah mirip kepompong saja. Ara meletakkan nampan dinakas.

"Heh bangun," kata Ara membangunkan Ardi. Ara lalu duduk dipinggir kasur Ardi berbaring.

Ardi menggeliat dalam tidurnya.

Ara berdehem. Sepertinya tadi ia agak tidak sopan.

"Ardi," panggil Ara sopan.

Namun Ardi belum bangun juga. Ara meletakkan tangannya didahi Ardi dan terkejut karenanya. Tiba-tiba rasa khawatir mendera Ara. Ara tidak pernah merasa sekhawatir ini pada majikannya ini.

"Ardi," kata Ara sambil menggoyangkan tubuhnya. "Hey bangun."

"Ya ampun. Ardi. Hey bangun," kata Ara khawatir karena Ardi belum membuka matanya.

Ardi mengerjap perlahan lalu mulai fokus pada Ara yang tampak khawatir padanya. Ardi ingin bangun tapi tubuhnya terasa sangat lemah dan pusing kembali menderanya.

"Syukurlah," ucap Ara lega.

"Lo udah minum obat?" tanya Ara khawatir.

Ardi menggeleng pelan membuat Ara berdecak melihatnya.

"Bego," kata Ara kesal. "Hehe. Keselkan lo gak bisa bales gue." Ara terkekeh. Masih sempat-sempatnya mengejek Ardi.

"Lo pasti belum makan juga kan?" tebak Ara.

Ardi mengangguk pelan dan kali ini Ara menghembuskan napas berat.

"Oke lo makan dulu baru minum obat," ujar Ara mutlak. Ardi diam saja mendengar ocehan Ara.

"Lo bisa bangun?" tanya Ara lagi.

"Nggak," jawab Ardi serak.

"Terus gimana? Masa lo mau makan sambil rebahan sih?" Ara mulai bingung.

Ardi berdecak pelan. Ya ampun gadis ini bodoh sekali. Rasanya Ardi ingin mencibirnya sepuasnya namun keadaan fisiknya tak mendukung.

"Bantuin gue sandar," ucap Ardi lemah.

Ara tersenyum senang. "Ya ampun lo pintar juga ternyata."

Ardi menatap Ara datar tapi Ara tak mempedulikannya. Ia membantu Ardi untuk bersandar dikepala ranjang. Saat bersentuhan dengan tubuh Ardi, Ara merasa suhu panas seperti bolu 5 menit yang baru keluar dari oven.

"Tubuh lo panas banget," kata Ara kembali khawatir.

Ardi tak menanggapi. Ara mengambil nampan berisi mangkok bubur ayam yang ia beli sebelum kesini tadi. Kemudian ia meletakkan diatas paha Ardi agar cowok itu makan.

Tangan Ardi menggapai sendok dan mulai menyuapkan sesendok bubur kemulutnya dengan gerakan yang terlampau lambat dan tangan yang bergetar. Ara jengah sendiri melihatnya.

"Biar gue suapin," ucap Ara merebut sendok ditangan Ardi.

Ardi hendak protes namun Ara melotot ke arahnya. "Bisa berjam-jam gue nungguin lo makan doang."

Kampus BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang