01- 2017

1.1K 88 0
                                    

Hyunjin bahagia hari ini, karna berkesempatan mencari sekolah negeri kesukaanya. Ia pikir disana pasti seru karna bersaing dengan orang-orang pintar dan lebih banyak punya teman tapi...

"Pa, aku—"

"Besok kamu dateng ke SMAJA" potong papanya Hyunjin tak mengalihkan pandang dari ponselnya

"Ngapain aku kesana?" tanya Hyunjin agak sewot. Hyunjin merasa-rasa kalau akan ada yang tidak sesuai dengan keinginannya dan benar saja,

"Papa udah daftarin kamu disana jadi gak usah protes tinggal ikutin proses masuk berikutnya"

"Aku gak mau pa, masa aku sekolah di sekolah yayasan. Nilaiku bagus, aku mau sekolah di negeri bukan sekolah swasta apalagi dibentuk dari yayasan punya papa!" katanya tak setuju tapi papa Hyunjin tidak suka protesan dari anaknya

"Mau negeri mau swasta sama aja, papa gak setuju kalo kamu sekolah di negeri meskipun nilaimu bagus." papa Hyunjin berjalan kearah lain untuk duduk dan Hyunjin mengikuti dari belakang

"Gak bisa gitu pa, ini namanya egois!" cerocos Hyunjin masih tak terima

"Bukan egois, papa mau kamu sekolah disana supaya papa gampang ngawasin kamu. Semakin besar semakin susah diatur."

Hyunjin merasa kesal mendengar tutur kata ayahnya. Sejak kapan Hyunjin susah diatur? Selama ini Hyunjin selalu menurut kemauan ayahnya yang ambis dan egois itu. Harus juara lomba inilah itulah, harus ikut les bahasa asing lah, harus ikut kegiatan sosial lah. Tapi giliran memohon satu permintaan anaknya, dia tidak pernah menuruti. Hyunjin tidak mau membuang energinya hanya untuk beradu argumen dengan ayahnya. Itu percuma saja.

•••

"Selamat pagi semuanya, gimana masih semangat gak??" seru salah satu anggota osis yang menjadi pembawa acara pagi ini. Semua siswa masih duduk di teras aula sekolah karna baru saja selesai senam yang diharuskan.

Di hari pertama mos sekolah, Hyunjin sama sekali belum punya teman karna pada dasarnya ia tidak ada niat untuk sekolah disini. Bahkan untuk mengajak salah satu orang untuk berkenalan pun masih ogah. Pembawa acara di tengah-tengah lapangan bersama anggota osis yang lain masih berceramah tentang bagaimana serunya senam tadi pagi. Padahal itu biasa saja menurut Hyunjin.

"Sekarang kakak minta semuanya duduk di lapangan, kita isi lapangannya sampai penuh" ujarnya lagi dengan semangat

"Oke nanti pulang mos gue kabarin ya!" teriak seseorang dari belakang Hyunjin dan tak sengaja menabrak punggungnya sampai nyaris tersungkur.

"Eh maaaf sumpah gak sengaja pake banget" ucap cowok itu dengan tanda peace saat melihat wajah Hyunjin menekuk sebal. Hyunjin cuma mengangguk seadanya dan menyempatkan melihat nametag cowok itu bernama Han Jisung.

Tanpa disangka Hyunjin duduk bersebelahan dengan Han Jisung yang tak sengaja menabrak punggungnya tadi. Dia kelihatannya asik, baru sekolah sudah punya teman mengobrol. Pasti lebih asik lagi kalau bisa jadi temannya.

"Ayo kamu dong yang daritadi mainin rumput bangun" kata kakak osis cantik itu berdiri menatapnya

"Hah? Saya kak?" tanya Hyunjin pada dirinya sendiri

"Bangun Jin, lakuin apa yang lo bisa" celetuk Jisung disebelahnya membuat Hyunjin menoleh.

"Ayodong bangun kita gak bakal ngerjain kamu kok" lanjut osis itu lagi

Moonbyul tersenyum selaku ketua osis yang berdiri tak jauh dari Hyunjin sembari bicara. Hyunjin kenal ketos cantik itu, dia memang ramah cuma agak jutek saja tapi sejujurnya dia baik "Coba sekarang kamu bikin gombal atau kata-kata berbau romantisme buat salah satu orang dilapangan ini"

Hyunjin menoleh cepat kearah Moonbyul yang tersenyum manis, senyumnya yang manis-manis usil. Tebakan Hyunjin tidak pernah salah, apa yang Moonbyul katakan pasti adalah kebalikannya. Dia pasti mau mengerjai Hyunjin.

"Gak bisa kak"

Moonbyul semakin gencar "Ada yang percaya gak kalo dia gak bisa gombal?" tanyanya pada semua siswa yang duduk dilapangan dan serentak menjawab tidak.

Hyunjin menarik nafas sebelum pandangannya malah tertuju pada seorang laki-laki yang menatapnya intens tapi Hyunjin segera tersenyum tipis menatap hal lain.

"Ada yang bilang manusia punya tujuh kembaran didunia ini dan meski mereka disebut kembaran, mereka tetap berbeda, tapi...bisa-bisanya aku, hanya bisa jatuh cinta berulang kali pada orang yang sama"

"Widihh hahaha tepuk tangan dongg"

Hyunjin tersenyum sebelum duduk lagi ketempatnya melihat nyaris semuanya tertawa mendengar kata-kata lebaynya. Hyunjin tidak jago cuma, ia hanya kepikiran saat mata dari cowok yang (duduknya menapakkan kedua tangan kebelakang) menatapnya serius tadi. Entah kenapa kata-kata lebay itu tercetus sendiri.

"Keren lo, temenan gak nih?" uluran tangan Jisung dibarengi senyum lebarnya terlihat dimata Hyunjin

"Lo serius mau temenan sama gue?" tanya Hyunjin tak percaya

"Iyalah, tapi nanti ajarin gue ngegombal ya"

"Siaap"

Hyunjin tersenyum akhirnya dia punya teman! Melalui hari-hari mos bersama teman baru itu benar-benar mengasikkan. Hyunjin lupa kalau sejatinya dia malas bersekolah disini. Jisung teman pertamanya. Tanpa ia sadari ayah Jisung memang berteman dengan ayah Hyunjin. Jisung sudah tahu siapa Hyunjin sebenarnya cuma dia, cowok berponi itu belum sadar.

Ini hari terakhir mos dan sedang mengadakan bersih-bersih di lingkungan sekolah. "Gue baru tahu lo anak SMPN 1, kok gak nyari negeri sih?" tanya Jisung iseng

"Papa yang nyuruh gue sekolah disini Sung" kata Hyunjin resah sembari memungut rumput kering yang masih ada disekitar

"Emangnya lo mau nyari jurusan apa?"

"IPA"

"Gue juga njir, moga kita sekelas ya haha" Jisung tertawa pelan mengajak Hyunjin bertos ria tapi tiba-tiba ada suara ribut-ribut yang keras

"Jangan kurang ajar lo kalo ngomong!"

"Lo yang kurang ajar asal mukul temen gue"

"Kalo temen lo mulutnya gak rusak gue gak mungkin mukul dia atau lo mau dipukul juga!"

"Gue gak takut anjing!"

Hyunjin maju selangkah untuk menyamai berdirinya dengan Jisung tanpa mengalihkan pandang dari dua cowok yang sedang bertengkar saling pukul itu.

"Siapa yang berantem Sung?" tanya Hyunjin

"Yang cepak cukurannya sih namanya Bobby anak alumni SMP sebelah" jawab Jisung tanpa memandang Hyunjin

"Tapi kok bisa ya mereka, mos sekolah aja udah berantem?"

Hyunjin mendengar suara keheranan Jisung pada dua laki-laki yang bertengkar didekat lapangan basket yang ada area taman sekolah. Itu cowok yang menatapnya intens saat hari pertama mos sekolah. Ternyata dia bukan orang baik, hobinya juga memukul orang.

•••

Ayah Hyunjin sedang menekan keran air dispenser untuk menuang air, ia tak sengaja melihat raut wajah anaknya yang baru pulang dari acara mos sekolah tapi kenapa wajahnya seperti tidak bersemangat seperti kemarin?

"Gimana sekolahmu?" tanya ayahnya sembari mendekati Hyunjin

"Aku ngerasa gak aman kalo sekolah disana pa. Disana banyak orang berandal"

"Kamu ini Jin-Jin, mau kamu cari sekolah manapun pasti ada yang seperti itu. Gak ada sekolah yang muridnya baik semua. Murid berandal, murid cupu, murid pinter atau murid males disekolah itu udah biasa. Kamu aja yang perlu menyesuaikan, inget aja tujuanmu ke sekolah apa?"

"Belajar" jawab Hyunjin lesu

"Ya itu, jangan macem-macem. Disana udah ada yang kenal kamu banyak kan. Calon kakak sepupumu kan jadi guru disana" ucap ayahnya lagi

Hyunjin tahu itu, tapi Hyunjin kan sudah besar untuk apa juga diawasi setiap waktu? Lagi-lagi Hyunjin tidak merasa bebas. Daripada mengeluh lebih baik Hyunjin ke kamar untuk tidur.

I GOTCHA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang