[] Mendokusai

11.3K 1.3K 73
                                    


Bangun, Shikamaru memastikan sejauh mana tepatnya mereka kembali ke masa lalu. Memperhatikan tubuh 4 tahunnya, Shikamaru menghela napas. Sejauh ini ternyata.

Kemudian ia tidur kembali.

"Shikamaru!"

"Nara Shikamaru!"

"NARA SHIKAMARU!"

Oh man, terkadang Shikamaru lupa bahwa Sang Ibu sering bertindak sebagai preman dirumah mereka. Tapi Shikamaru benar-benar terlalu malas untuk bangun. Matanya bahkan tidak bisa terbuka meski ia memaksa. Tunggu, kenapa napasnya lebih cepat dari biasanya?

Shikamaru berusaha menggerakkan anggota tubuhnya yang lain, namun nihil. Tubuhnya mematung ditempat. Apa ini efek samping dari mereka kembali ke masa lalu?

Langkah kaki terdengar, itu pasti ayahnya. Oh sial.

Pintu kamarnya dibuka, Shikaku masuk ke kamar anaknya dan memandang Shikamaru bingung. Anaknya itu selalu turun setelah panggilan kedua atau ketiga Yoshino. Tapi kini ia bahkan masih menutup mata?

"Shikamaru," Shikaku terdiam begitu menyentuh lengan anaknya. Panas. Ia kemudian meraih leher dan kening Shikamaru untuk mendapatkan hasil yang sama.

Segera saja ia menggendong Shikamaru yang tampak tak sadarkan diri dan menuju rumah sakit. Ditemani Yoshino yang merasa tidak berguna karena tidak menyadari bahwa putranya sedang sakit.

[][][]

Dua hari kemudian, Shikamaru bangun dari koma singkatnya. Membuat Shikaku dan Yoshino bernapas lega bukan main.

"Dokter bilang kau terkena kelelahan berpikir (Brain Exhaustion). Tapi kau masih 4 tahun, apa yang kau pikirkan sekeras itu, Shikamaru ?" Yoshino berujar masih sambil memeluk Shikamaru, menenggelamkan dirinya dalam perasaan lega bahwa putranya baik-baik saja.

"Kau membuat makanan jadi tawar," ucap Shikaku.

Shikamaru tidak perlu penjelasan untuk kalimat itu. Ibunya sering melupakan hal-hal tertentu jika pikirannya fokus ke hal lain. Sudah pasti Yoshino lupa menambahkan garam saat memasak karena terlalu mengkhawatirkan Shikamaru.

"Jadi, apa yang ada di otakmu itu? Kau masih 4 tahun, Shikamaru. Akan ada waktunya kau berpikir dengan keras di masa depan," Shikaku menepuk pelan surai putranya.

Shikamaru tanpa berpikir menjawab; "Danzo."

Membuat Shikaku mematung ditempat. Danzo? Darimana Shikamaru mengetahui nama itu?

"Shikamaru apa yang kau ketahui tentang Danzo?" Shikaku bertanya dengan hati-hati. Memastikan ia tidak memberi petunjuk apapun tentang siapa Danzo.

"Aku bertemu dengannya beberapa hari yang lalu. Ia terlihat sakit tapi ia tersenyum padaku," jawab Shikamaru.

Otak Shikaku langsung kacau dengan segala pemikiran dan kemungkinan. Apa yang diinginkan Danzo dari putranya?

"Terlihat sakit ?" Tanya Shikaku. Danzo memang memiliki beberapa bagian tubuh yang diperban, tapi Shikaku yakin bukan karena rasa sakit. Setahunya, Danzo menutupi tubuhnya dengan perban karena luka, ia tidak ingin orang lain melihat lukanya. Karena berbeda dengan Shikaku yang baik-baik saja dengan menunjukkan luka di wajahnya, Danzo lebih sensitif tentang hal tersebut.

Shikamaru mengangguk, "Ada darah di matanya,"

Shikaku mengkerut. Darah? Terakhir kali ia bertemu Danzo, pria itu baik-baik saja. Bagaimana bisa matanya berdarah? Kecuali Shikamaru berbicara tentang mata kanan Danzo yang diperban? Tapi semua orang tahu itu adalah luka lama, bagaimana bisa berdarah kembali?

Make It BetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang