[]

9.5K 1.1K 35
                                    


Sasuke menyeringai penuh kemenangan begitu berhasil keluar dari wilayah Perumahan Klan Uchiha tanpa halangan. Ia harus bergegas sebelum Itachi mengejarnya. Tujuan ia kabur adalah untuk mencari tahu dimana Naruto sekarang, mereka harus segera berkumpul untuk menyusun rencana dan Sang Uzumaki justru menghilang.

'Baiklah, Dobe. Aku akan mencarimu. Oh Kami, berikan aku petunjuk'

Kawasan Distrik Redlight adalah salah satu distrik suram di Konoha. Diantara semua kawasan di desa yang damai ini, Distrik Redlight adalah yang paling tidak aman. Banyak sumber kejahatan disini, bahkan rumor mengatakan terdapat markas penjual anak di Distrik Redlight sehingga banyak orangtua menghindari kawasan ini dan mendidik anak mereka untuk tidak pernah datang bahkan mendekat.

Dan disinilah Sang Bungsu Uchiha, berjalan dengan santai membawa aura penasaran dan sedikit gelisah. Terkadang sembari berjalan ia akan mengedarkan pandangannya dan mulai mengerutkan alis. Ia tengah mencoba mengingat dimana tepatnya letak apartemen Naruto.

Hingga ia melihat belokan yang familiar, Sasuke membiarkan dirinya mengikuti arus jalan. Beberapa menit berlalu dan akhirnya ia tiba di depan sebuah bangunan.

"Permisi," suara polos itu menarik perhatian seorang wanita tua dibalik konter. Ia mengintip dan terkejut mendapati bocah laki-laki berumur 4 tahun dengan penampilan Uchiha ada ditempat seperti ini.

"Oi gaki, kenapa kau kemari? Kau kabur dari bodyguard Uchiha mu?" Wanita itu berkata tajam, tidak begitu memperdulikan perasaan dari anak laki-laki yang ia tanya.

Sasuke mengerutkan keningnya, wanita ini tidak sopan bahkan setelah menyadari identitasnya.

"Bibi, apa ada anak berambut pirang disini ?" Tanya Sasuke pelan, wajahnya menunjukkan rasa penasaran.

Wanita itu menatap Sasuke dengan mata yang penuh perhitungan. Ia tidak segera menjawab namun kemudian mendengus.

"Anak iblis itu tidak ada disini." Jawab wanita itu. "Aku sangat bersyukur dia pergi dari sini. Mungkin akhirnya para penduduk berhasil membunuhnya, hahahahaha"

Sasuke mengepalkan tangannya menahan amarah. Berani sekali ia mengatakan hal itu dihadapanya.

"Apa Bibi tahu ia kemana ?" Sasuke tidak boleh membiarkan emosi mengendalikannya, ia masih harus mencari tahu Naruto ada dimana.

"Ck, mana aku tahu. Seperti aku peduli saja, huh. Sudah kau pergi saja sana! Jangan ganggu aku, dasar bocah tengik,"

Tidak perlu menunggu lebih lama atau merespon usiran yang cukup kasar dari wanita tersebut, Sasuke melangkah pergi dari sana.

Sasuke mengatur napasnya, mencoba meredakan emosi yang memberontak. Ia tidak mendapatkan apapun disini, lebih baik ia segera pergi. Akan merepotkan jika ada yang tahu ia datang kemari, apalagi sendirian.

Menghindari kecurigaan akan kegiatan kaburnya, Sasuke memutuskan untuk mendatangi Shikamaru. Ia juga harus mengatakan perihal tadi untuk mempermudah mereka mengeliminasi tempat-tempat untuk mencari Naruto.

"Jadi bagaimana kau dan Shikamaru menjadi teman ?" Nada suara Shikaku tegas dan penuh selidik, mencurigai sesuatu yang mungkin terjadi diantara dua anak yang kini tengah duduk dihadapannya.

Terkadang Sasuke benar-benar menyesali beberapa keputusan dalam hidupnya. Ini merupakan salah satunya.

"Apa maksudmu, Tou-san? Aku dan Sasuke tidak boleh berteman ?" Sela Shikamaru sengaja terdengar tersinggung dengan pertanyaan yang baru aja dilontarkan oleh Sang Ayah. Bagaimanapun mereka masih 4 tahun, belum seharusnya paham menghindari interogasi dengan apik walaupun seorang Nara.

"Nara-san, kami berteman sejak saya bertemu dengan Shikamaru di taman bermain. Saya juga mengenal Chouji," Sasuke menjawab pelan, mencoba bertindak gugup dibawah tatapan Shikaku.

"Kapan ?" Shikaku terdengar tak begitu diyakinkan dengan jawaban Sasuke.

"Tou-san!" Seru Shikamaru jengkel.

Shikaku menghela napas. Ia mengangkat kedua tangannya, seolah mengatakan ia menyerah.

"Apa boleh buat? Kau anakku satu-satunya dan penerus Klan. Aku tidak boleh lengah," jawab Shikaku seadanya, berkata sejujur yang ia bisa ditempat. Pertemanan yang ditunjukkan oleh kedua anak ini terlalu tiba-tiba baginya.

Shikamaru mengerang nyaring lalu menarik tangan Sasuke. "Cukup pertanyaan. Kami akan ke kamar untuk bermain," ucapnya. Sasuke yang diseret hanya bisa membungkuk singkat pada Yoshino dan Shikaku namun menghela napas lega diam-diam.

"Sial, Shikaku-san curiga?" Sasuke duduk disamping Shikamaru yang berbaring ditempat tidur, tampak jelas ia kelelahan. Kantung mata yang menghitam dibawah matanya tak lepas dari pantauan Sasuke.

Shikamaru menghela napas. "Sulit sekali bertingkah 'normal' disekitar Nara saat kau bahkan tidak yakin masih mengenal apa itu 'normal' lagi,"

Sasuke hummed setuju. "Sangat sulit. Itachi tidak mau meninggalkanku sedetikpun," keluhnya.

"Hm? Kau kabur?" Terka Shikamaru. Sasuke tak perlu mengkonfirmasi jawaban karena itu sudah sangat jelas bagi Sang Nara. Buktinya ia tertawa geli karena hal itu.

"Sepertinya akan ada pesta pencarian untukmu," ujarnya terkekeh. Sasuke mengangkat bahunya, jelas tidak perduli.

"Omong-omong, aku tidak menemukan Naruto di apartemennya. Aku justru emosi dengan wanita tua yang ada di sana," Shikamaru tidak perlu penjelasan lebih lanjut akan alasan kenapa Sang Bungsu Uchiha emosi, mempertimbangkan kebencian orang-orang karena identitas Naruto sebagai Jinchuriki, wanita tua yang ia sebut pasti mengatakan hal buruk tentang Naruto.

"Apa menurutmu ini ada hubungannya dengan Sandaime?"

Benar juga, Naruto sebagai Jinchuriki dan keturunan Uzumaki terakhir di Konoha selalu diawasi oleh ANBU sejak lahir. Jika terdapat kejanggalan maka akan langsung dilaporkan kepada Hokage Ketiga.

"Maksudmu kita harus ke Sarutobi untuk mencari Naruto ?"

"Mendokusai."

Keduanya berbincang lebih lama hingga Yoshino mendatangi keduanya.

"Sasuke-kun, Itachi-kun datang mencarimu. Ia bilang kau kemari tanpa memberitahu siapapun, apa kau kabur?"

'Oh shit'

Make It BetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang