[] 2/2

8.8K 1.1K 150
                                    

Hiruzen menatap gulungan-gulungan penting dihadapannya. Kepala berubannya sedang mempertimbangkan kapankah ia harus mengenalkan Naruto pada Segel Warisan kebanggaan Klan Uzumaki. Anak itu akan berumur 4 tahun dalam dua minggu dan keluar dari rumah sakit hari ini.

Sang Uzumaki akan ditempa terlebih dahulu fisik dan pengendalian chakranya selama beberapa waktu dibawah pengawasan Klan Uchiha dan Nara, lalu masuk akademi dan belajar pengetahuan umum ninja. Kalau diberikan gulungan-gulungan Segel Warisan ini terlalu awal, Hiruzen khawatir justru Naruto akan kewalahan.

"Apa yang sedang kau lakukan Pak Tua ?"

Hiruzen melirik pada Sang Putra yang dengan kurang ajarnya hampir membuatnya jantungan.

Asuma yang mendeteksi rasa kesal Sang Ayah hanya terkekeh tanpa dosa. Ia kemudian mengalihkan tatapannya kembali pada tumpukan gulungan di atas meja kerja milik Sarutobi yang lebih tua.

"Ini ... " Asuma mengenali simbol pusaran disetiap gulungan. Itu adalah simbol yang ada di setiap jaket pengaman shinobi. Simbol Kesatuan yang aslinya dimiliki oleh Klan Uzumaki.

"Hak lahir Naruto," ucap Hiruzen. Ia ikut menatap gulungan-gulungan penting didepannya.

"Kau akan memberikannya pada Naruto, Pak Tua ?" Tanya Asuma, ia menunjukkan wajah tak yakin dan penuh pertanyaan pada Sang Ayah. Namun Hiruzen tak bergeming. Pada akhirnya Ia hanya menjawab, "Pada waktunya."

Asuma mengangguk. Diam-diam Ia berencana untuk segera menemui Kakashi setelah pergi dari sini. Berita ini harus ia gosipkan dengan Sang Hatake.

[][][]

Shikaku menyaksikan dengan geli bagaimana Putranya dan Sang Bungsu Uchiha segera berlari begitu mereka melewati gerbang rumah sakit. Fugaku sendiri agaknya tercengang. Ia tidak pernah melihat Sasuke sesemangat ini kecuali mengenai latihan.

"Mereka sangat menyukai Naruto," ujar Shikaku mengalihkan perhatian Fugaku. Keduanya berjalan dengan santai menuju kamar inap Naruto. Berkat Sasuke dan Shikamaru yang bersikeras ingin menemui Naruto ketika ia keluar dari rumah sakit, jadilah kedua Ayah ikut terseret.

"Bahkan Itachi juga mulai melekat pada Naruto," sahut Fugaku. Putra Sulungnya terkadang akan menemani Sasuke bertemu Sang Uzumaki bersama Sang Nara, dengan situasi yang seperti itu maka Sang Sulung Uchiha tentu akan terbawa arus dalam sungai penggemar Naruto.

"Semua orang yang mengenalnya pasti akan begitu," Shikaku tentu saja mengakui secara tidak langsung bahwa ia pun sama.

Fugaku memberinya senyum mengejek, "heh"

Shikaku membalasnya dengan senyum sederhana, "tunggu saja. Kau juga akan ikut seperti Itachi dan Sasuke nanti,"

Sedangkan itu, Naruto menahan tawanya menyaksikan Sasuke dan Shikamaru diceramahi oleh Eitaro karena berlarian di lorong rumah sakit. Sang Atsuhiro terus menggelengkan kepalanya tidak senang atas kelakuan dua Penerus Klan penting Konoha tersebut.

"Maafkan kami ... " Shikamaru Dan Sasuke membungkuk dengan patuh.

Eitaro memaafkan keduanya, setelah pria berkacamata itu menyentil kening mereka berdua tentu saja. Shikamaru merengut sedangkan Sasuke meringis pelan sambil menatap Naruto tajam karena menertawakan mereka.

"Sudah, kalian jangan berlari lagi seperti tadi." Dengan satu peringatan terakhir, Sang Atsuhiro melangkah pergi, meninggalkan ketiga bocah kecil tersebut.

"Sial, keningku panas." Keluh Shikamaru, ia naik ke bangsal dan berbaring disamping Naruto, memeluk pinggang Sang Uzumaki yang tengah duduk menyandar dari kiri. Sasuke sendiri mengambil alih sisi kanan Naruto.

Naruto tidak bergerak ataupun menolak. Sang Uzumaki justru merentangkan tangannya dan mengelus kepala Sasuke dan Shikamaru bersamaan. 

Dengan posisi intim inilah bagaimana Shikaku dan Fugaku menemukan ketiganya. 

"Wah, nyaman sekali ya."

Shikamaru tersentak begitu mendengar suara Sang Ayah. "Oh, Tou-san dan Fugaku-ji sudah menyusul ?" 

Sang Nara yang lebih muda tidak menunjukkan kemauan untuk bergerak dari posisi nyamannya, membiarkan Shikaku jengkel karena ia tidak sopan. Tak berbeda jauh dengan kejengkelan Shikaku, Fugaku tak bisa berkata-kata menyaksikan Sasuke yang memejamkan mata dengan nyaman sambil memeluk Naruto. 

"Selamat pagi, Shikaku-ji! Fugaku-san!" sapa Naruto dengan senyum cerahnya. Ada binar yang cukup menyilaukan dari Sang Uzumaki dan itu membuat Fugaku semakin tertegun. Bagaimana anak ini bisa begitu ... bersinar? 

Kalau dipikir-pikir, Uzumaki Kushina juga punya binar yang hampir mirip. Bedanya, binar milik Kushina sedikit lebih redup, terhalang oleh banyak beban hidup. Namikaze Minato sendiri tidak memiliki hal ini, binar-binar tertentu yang dimiliki oleh Para Uzumaki ini, Minato tidak memilikinya. Namun Sang Namikaze selalu membawa aura tertentu bersamanya, aura tenang yang diam-diam mengintimidasi. 

"Sudah siap keluar dari lubang obat ini, Naru-chan ?" Shikamaru mengelus kepala Naruto pelan, diam-diam memeriksa chakra Sang Uzumaki ketika telapak tangannya menyentuh mahkota pirang bocah tersebut. 

Naruto mengangguk dengan antusias. "Naru sudah sembuh! Naru bisa makan ramen dengan puas lagi!" 

"Tentu saja ia hanya memikirkan ramen," gerutu Shikamaru nyaring. 

"Dasar penggila ramen," Sasuke ikut mengeluh. 

Shikaku terkekeh. Ya, tentu saja ramen. It's always ramen. 

"Baiklah, ayo beli ramen setelah keluar dari sini. Bagaimana ?" tawar Shikaku. Naruto dengan spontan menatap Shikaku dengan mata yang berkilau, membuat Sang Nara yang lebih tua diam-diam menjerit akan keimutan didepannya. 

"Eum!" Naruto mengangguk dengan antusias. 

Shikamaru dan Sasuke berpandangan, keduanya melihat bagaimana ekspresi bahagia akan hal sederhana yang muncul tersebut. Ah, sudah lama mereka tidak menyaksikan hal indah ini. Mereka merindukannya. Bagaikan saling berkomunikasi, keduanya mengangguk bersamaan. Sepakat kalau mereka akan melindungi Sang Uzumaki sepenuhnya, memastikan ia tetap tersenyum dan bahagia. 

[][][]

Kakashi tengah duduk dibawah pohon nanas ketika Asuma tiba-tiba datang dan duduk dihadapannya. 

"Aku baru saja dari kantor Pak Tua," 

Sang Hatake sudah berteman cukup lama dengan Sang Sarutobi hingga mengerti siapa yang dimaksud Pak Tua olehnya. Sudah sering dirinya dijadikan tempat curahan hati Asuma, mulai dari bagaimana Sandaime lebih mementingkan pekerjaannya sebagai Hokage dibanding seorang Ayah, hingga masalah percintaannya dengan Kurenai. Seminggu yang lalu bahkan Asuma mengeluh padanya tentang apa yang harus ia berikan pada Kurenai sebagai hadiah hari jadi mereka. 

"Kau harus tahu apa yang kulihat dan dengar tadi," 

Asuma juga mengatakan hal yang sama setiap kali. Dua hari yang lalu juga Sang Sarutobi mengatakan hal itu dan apa yang Kakashi harus ketahui menurut Asuma adalah Anko terpaksa berhutang saat membeli dango karena wanita itu kalah taruhan dengan Ibiki dan kehabisan semua uangnya. 

Tapi kemudian apa yang dikatakan Asuma selanjutnya benar-benar menjadi apa yang Kakashi harus tahu. 

"Pak Tua berencana memberikan Seal Scrolls milik Klan Uzumaki pada Naruto."

Make It BetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang