[] took long enough for them to meet again huh

9.8K 1.2K 101
                                    


Shikaku pikir ia hanya akan membawa Shikamaru lalu kembali ke Menara Hokage setelah itu menjemput putranya sebelum makan malam. Apa yang ia tidak duga adalah bagaimana Sasuke memaksa ikut dengan Itachi yang memasang ekspresi maaf dan canggung padanya.

"Ne, Shikaku-sama. Mohon izinkan saya ikut. Saya bosan dengan pemandangan Perumahan Klan Uchiha," bujuk Sasuke.

Mendengar hal ini, Itachi mengangkat kedua alisnya. Perumahan Klan Uchiha terbilang salah satu yang terbesar, memiliki taman kebun, taman bunga, bahkan taman bermain anak. Ada juga dojo dan kolam-kolam, bahkan sehektar bidang hutan milik Klan Uchiha sendiri. Bosan? Bagaimana ia bosan? Itachi bahkan belum menelusuri semua fasilitas Perumahan Klan Uchiha.

Shikaku sendiri memandang Sasuke aneh, ia mengabaikan pemandangan Perumahan Klannya untuk ditukar dengan pemandangan rumah sakit?

"Ya sudah, ayo." Menunggu Sang Ayah yang lama, Shikamaru menggenggam tangan Sasuke dan berjalan mendahului. Mengabaikan kedua penjaga mereka dibelakang.

Shikaku menghela napas, menatap Itachi yang canggung, ia memberikan senyum kecil sembari menepuk pundak remaja tersebut.

"Tidak apa-apa, Itachi. Sepertinya justru jika Sasuke ikut akan lebih menyenangkan," ucapnya, mencoba menghilangkan sedikit beban diwajah tertekan Itachi.

"Ah, maaf merepotkan anda, Shikaku-sama," Itachi membungkuk pelan. Melambaikan tangannya tanda tidak masalah, keduanya lalu menyusul Shika dan Suke yang tampak asik berbincang diantara mereka.

"Untung saja aku menerima pesanmu," bisik Sasuke.

"Hm, untung aku tidak lupa mengirimkannya padamu," sahut Shikamaru juga berbisik.

"Kita pasti akan diawasi ANBU disana, tapi apa Sarutobi akan hadir?" Sasuke bertanya-tanya. Mendengarnya, Shikamaru memutar otaknya untuk mempertimbangkan kemungkinan.

"Mungkin saja, Kudengar Sandaime terus mengawasi Naruto dengan ketat." Jawabnya.

"Cih, maksud diawasi dengan ketat itu adalah Kakashi dan Itachi," Sasuke hampir terdengar seolah mengeluh.

"Tapi Kakashi memang definisi pengawasan ketat. Kita semua tahu bagaimana siap ia menjalani tugasnya. Belum lagi sikap hati-hatinya yang sudah hampir menyentuh batas paranoid,"

"Tambahkan sikap mesumnya dan kau akan angkat tangan dengannya,"

Shikamaru menatap Sasuke tidak terkesan. Yang ditatap hanya memasang ekspresi seolah berucap; 'Apa? Ia memang mesum!'

"Kau sadar kalau dia itu Sensei-mu kan?"

"Belum, ia masih seorang ANBU saat ini," elak Sasuke. Menolak kenyataan bahwa ia pernah diajar oleh orang mesum seperti Kakashi.

Shikamaru hummed. "Well, tapi kita tahu ia seorang ninja yang mampu. Berhentilah menghinanya. Kau bertindak seperti anak-anak saja,"

Kini giliran Sasuke yang menatap Shikamaru datar. "Kita berumur 4 tahun, baka."

Shikamaru mengangkat bahunya pelan, "Didalam tubuh berumur 4 tahun, iya. Tapi juga dengan jiwa berumur 18 tahun dan mental prajurit perang."

Tidak mengelak, Sasuke mengangguk. Keduanya sama sekali tidak menyadari bagaimana Shikaku dan Itachi menatap keduanya aneh. Kenapa mereka berbisik sedari tadi?

[][][]

Naruto tidak bisa berhenti menggerakkan jemarinya maupun menggigit bibir bawahnya dengan gelisah.

Hiruzen yang mengetahui bahwa Naruto gugup, mengelus pelan surai blonde Sang Uzumaki dan terkekeh pelan. "Relax, Naruto-kun. Aku yakin mereka akan menyukaimu,"

Naruto mengangkat pandangannya untuk menatap Hiruzen. Sang Hokage Ketiga tidak tahu apa yang ia gelisahkan, tapi Naruto menghargai bagaimana Hiruzen mencoba untuk menyemangatinya. Ia memberikan senyum manis. "Eum! Aku percaya Jijii!"

Hiruzen membalas senyum polos tersebut dengan senyum penuh kerutannya sendiri.

Tak lama, sebuah ketukan membuat keduanya menoleh kearah pintu.

"Hokage-sama."

Naruto kenal suara itu. Shikaku seharusnya datang bersama Shikamaru. Tapi Naruto dapat merasakan dua buah chakra orang lain. Satu diantaranya ia kenal dengan baik, satu lainnya ia kenali namun tidak tahu milik siapa.

"Masuklah,"

Empat wajah masuk kedalam ruangan, mereka membungkuk pada Sandaime sama lalu menoleh pada Naruto.

Naruto membungkuk menyapa Sang Pemimpin Klan Nara. "Selamat siang, Shikaku-sama."

Lalu kepada Itachi, "Selamat siang, Uchiha-san. Saya Uzumaki Naruto, senang bertemu dengan anda,"

Itachi membalas sapaan tersebut, "Selamat siang, Naruto-san. Saya Uchiha Itachi, senang bertemu denganmu juga,"

Naruto lalu menatap kedua orang yang ia antisipasi sejak mereka melangkah masuk keruangan. Dengan sikap malu-malu, ia memberikan senyumnya dan melambai pelan.

"H-halo ... "

Shikaku menahan seringainya dengan sikap malu Naruto. Belum lagi melihat semburat merah yang sangat jelas di wajah putranya, bahkan Sang Bungsu Uchiha ikut memerah.

Berjalan mendekati Naruto, Sasuke mengulurkan tangannya. Naruto menatap Sasuke penuh harap, ada sinar jahil dimatanya. Ia membalas uluran Sasuke.

"Uchiha Sasuke," ucap Sasuke pelan. Sang Bungsu Uchiha memalingkan wajahnya, merasa asing dengan keadaan tak berdayanya. Belum lagi Naruto, sial. Siapa kira Naruto akan begitu menggemaskan saat masih kecil.

(Honestly, the whole fandom, sasuke ...)

"Uzumaki Naruto," balas Naruto. Sang Uzumaki tanpa melepas tangannya dari Sasuke, menoleh pada Shikamaru. Menunggu yang lebih tua untuk memperkenalkan dirinya.

"Nara Shikamaru," Shikamaru berucap seolah tidak peduli. Namun semburat malu diwajahnya mengatakan hal lain.

Naruto mengulurkan tangannya yang lain pada Shikamaru. Sang Penerus Nara mengangkat alisnya namun menuruti Naruto untuk menjabat tangan mungil tersebut. Membuat Naruto secara bersamaan menjabat tangan mereka dengan posisi lengan yang bersilangan.

"Mari berteman!" Seru Naruto dengan senyuman lebar.

Shikamaru dan Sasuke tertegun lalu saling melirik. Keduanya ikut tersenyum perlahan. Melihat senyum di wajah keduanya, Naruto tanpa aba-aba memeluk mereka erat.

"Oof ... "

Shikaku dan Hiruzen yang menyaksikan interaksi mereka dari tadi tersenyum bangga. Ah, jiwa muda yang segar.

"Aku pikir aku gagal," bisik Naruto dalam pelukan mereka.

Shika dan Suke yang mengerti, semakin mengeratkan pelukan mereka pada Naru.

"Kau berhasil, Naruto."

"Ya, kau berhasil."

Make It BetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang