Satu bulan lagi telah berlalu. Sementara Sasuke dan Shikamaru menghadapi beberapa kesulitan untuk menjaga tampilan polos anak berumur 4 tahun-sembari diam-diam melatih tubuh dan kemampuan mereka-Naruto masih menjalani terapi bersama Eitaro dibawah pengawasan dua orang ANBU, Inu dan Weasel, serta Sandaime sendiri.Tsunade dan Jiraiya telah menerima surat tentang Naruto dari Hokage Ketiga dan kini tiba di Desa. Melihat kembalinya dua legenda sannin, banyak yang bertanya-tanya, hal penting apakah yang terjadi hingga membuat seorang mata-mata terbaik Konoha yang jarang di desa dan seorang cucu Hokage Pertama yang bersumpah tidak akan kembali ke Konoha, justru kembali bersama?
BRAK!
Hentakan paksa dua daun pintu yang tertutup membuat semua orang yang ada diruangan menoleh. Berdiri diambang pintu, Tsunade Senju berdiri disana dengan segala aura kemewahannya. Dibelakangnya, Jiraiya mengekor dalam diam, membiarkan Tsunade mencuri semua perhatian.
"Tsunade-hime, senang menyambutmu kembali," sapa Hiruzen dengan senyum tipisnya. Tsunade mendengus mendengar hal ini. Ia mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan, ada cukup banyak orang disini; Hokage Ketiga, 8 orang ANBU tersembunyi, Nara Shikaku, dan Hyuga Hiashi. Ah, Tsunade merasa pengap.
"Mana Putra Baptis ku?" Tanya Tsunade to the point. Hiruzen menatap Jiraiya, yang ditatap sendiri hanya mengangkat bahu—tidak begitu perduli.
Hiruzen mengalihkan perhatiannya pada kedua Pemimpin Klan dihadapannya. "Baiklah, mari kita temui Naruto-kun," Dengan anggukan singkat, mereka menuju tempat tujuan.
[][][]
Eitaro terpaku. Ia mulai meragukan mata dan perhitungan medisnya. Anak laki-laki dihadapannya kini telah membuka mata. Eitaro menyaksikan dalam diam ketika Naruto menampakkan wajah bingung, lalu memaksakan dirinya untuk duduk bersandar sambil menahan sedikit rasa sakit. Naruto tidak menangis, tidak. Ia justru tersenyum begitu menatap Eitaro yang berdiri diam didekatnya.
Ia membungkuk pelan, menyapa sebisanya. "Oji-san, boleh saya tahu ini dimana ?"
Eitaro memberikan senyumnya. "Kau ada dirumah sakit. Namaku Atsuhiro Eitaro. Bagaimana keadaanmu ?"
"Ah, saya baik-baik saja. Sudah berapa lama saya disini ?"
Kata demi kata yang sopan tersebut membuat Eitaro terkejut, karena bagaimana anak berumur 3 tahun ini begitu berbudi bagai orang dewasa, namun kemudian senyum diwajah mulai berkeriputnya melebar. Siapa yang tidak suka anak yang sopan?
"Sudah dua bulan. Kau mengalami Chakra Chaos lalu berada dalam keadaan semi-koma. Apa kau ingat apa yang terjadi sebelumnya ?"
Dalam batinnya, Naruto mengumpat begitu mendengar hal tersebut. Ini artinya sudah 2 bulan semenjak kembali ke masa lalu. Bagaimana dengan Sasuke dan Shikamaru? Mereka baik-baik saja kan?
Naruto memilih untuk menatap bingung pada Eitaro. "Oji-san, apa itu C-cha-ku-ra Cha-os ?"
Eitaro tertawa kecil dengan kesulitan penyebutan tersebut. "Chakra Chaos adalah keadaan dimana sistem aliran chakra-mu mengalami ketidakberaturan karena sebab-sebab tertentu. Apa kau masih merasakan sakit ?" Naruto mengangguk pelan. "Itu karena sistem aliran chakra-mu belum sepenuhnya dihaluskan atau dikembalikan ke jalur sistem aliran yang benar."
Melihat Naruto yang tampak berpikir keras, Eitaro mengelus pucuk rambutnya. "Tidak apa-apa, melihat keadaanmu sekarang, kurang dari 2 bulan lagi kau akan sembuh sepenuhnya."
Naruto kembali mengangguk. Hanya 2 bulan lagi, ia bisa menunggu. Tapi tetap, ia harus menghubungi Shikamaru dan Sasuke, memberitahukan keadaannya dan mengecek keadaan mereka.
"Naruto-kun ?"
Naruto tersentak dari pikirannya. Dengan cepat kepalanya menatap ke belakang Eitaro. Sandaime berdiri disana, dibelakangnya juga datang Shikaku dan Hiashi. Naruto terkesiap begitu menatap wajah lama yang dirindukannya. Jiraiya juga datang bersama Tsunade.
"Jii-chan ... ?"
"Ne, Naruto-kun, kau sudah sadar rupanya. Bagaimana keadaanmu ?"
Hiruzen berjalan mendekat. Tersenyum begitu Naruto mengulurkan tangannya, meminta pelukan. Keduanya berpelukan dengan Hiruzen yang terkejut begitu menyadari pakaiannya basah. Eh, anak ini menangis?
Ia mengelus punggung Naruto dengan gerakan pelan dan menenangkan. "Sudah, tidak apa-apa. Aku disini. Tidak ada yang bisa melukaimu." Ucap Hiruzen menghibur. Keningnya mengkerut khawatir, Naruto jarang menangis.
Melihat Naruto yang tidak mau lepas dari Sandaime, Shikaku menyenggol Hiashi dan mengajak Sang Pemimpin Klan Hyuga untuk memberi mereka ruang. Mengangguk paham, Hiashi diam-diam menonaktifkan Byakugan dan mengikuti Shikaku keluar dari ruangan.
"Bagaimana ?" Tanya Shikaku. Sepanjang mereka didalam ruangan tadi, hanya ia yang menyadari bahwa Hiashi telah mengaktifkan Byakugan untuk mengecek keadaan Naruto.
Hiashi menggeleng pelan. "Kacau—chakra anak itu benar-benar kacau, untuk ia sadar disaat kondisi kritis seperti ini sudah luar biasa." Jawabnya.
"Lalu ... apa mungkin anda bisa mengetahui penyebabnya, Hiashi-san ?"
"Sayang sekali, tidak. Shikaku-san, saya tidak melihat gejala penyebabnya. Sepertinya anda dan Hokage-sama memang hanya bisa mendapat jawaban dari anak itu,"
Helaan napas Shikaku terdengar. "Mendokusai,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Make It Better
Fanfiction!art on cover are not mine! Dengan semua kematian yang menghantui senyum mereka, Naruto bersama Sasuke dan Shikamaru harus bertahan dan membuka jalan bagi masa depan yang lebih baik. Kalau tidak, percuma saja mereka kembali ke masa lalu dengan susah...