[] Sweet Mochi

5.8K 621 110
                                    

Kaget nggak? Haha kena lo
Maafin sudah lama tidak update ygy
Enjoy this chapter ~

Sasuke dan Shikamaru menatap Sang Uzumaki yang tidur dikasurnya dengan nyaman. Sudah seperti tontonan menarik, keduanya tidak bisa mengalihkan pandangan mereka dari yang paling muda. Itachi yang mendapati keduanya menatap Naruto bagaikan keajaiban dunia hanya bisa menghela napas, pantas saja ketiganya tidak juga turun untuk sarapan. Ternyata yang disuruh untuk membangunkan Sang Uzumaki malah sibuk lain hal.

"Ekhem!" aduh, tenggorokan Itachi agak gatal.

Suara itu membuat Shikamaru dan Sasuke seketika terlonjak dan menoleh. Mendapati Itachi yang menatap mereka dengan alis terangkat, keduanya hanya bisa berpaling dengan wajah tersipu. Ah, mereka tertangkap basah.

"Jika kalian tidak segera membangunkan Naru-chan, Kaa-san akan khawatir dengan sup hangat yang akan dihidangkannya." ujar Itachi.

Keduanya kemudian masing-masing berlutut disisi Naruto. Itachi pikir keduanya akan menggoyangkan entah lengan Sang Uzumaki agar bangun, oh betapa salahnya Itachi. Kedua anak itu justru ikut berbaring bersama Naruto lalu memeluk bocah mungil itu hingga terbangun karena pelukan dua pasang lengan yang erat.

"Eung ...?"

Yang membuat Itachi tercengang adalah bagaimana respon Sang Uzumaki yang justru terlihat nyaman didalam pelukan keduanya. What the hell, bocah pirang itu bahkan tersenyum begitu kedua lengannya bebas dan memeluk kepala Sasuke dan Shikamaru di pundaknya.

"Selamat pagi ~"

Itachi memutuskan untuk meninggalkan ketiganya begitu melihat mereka masih nyaman berpelukan. Ada-ada saja bocah-bocah ini.

Menuju ruang makan, Itachi melewati ruang belajar Sang Ayah maka berjalan berdampinganlah kedua Uchiha tersebut. Sang Sulung melirik kedua lengan Fugaku yang tidak biasanya terlipat didepan ulu hati orang tua tersebut. Ia mengangkat sebelah alisnya dalam diam.

Sebagai seorang Pemimpin Klan Uchiha yang bangga, Fugaku terbiasa meletakkan kedua tangannya dibelakang pinggang. Tindakan ini juga mengartikan kesombongan seseorang yang tidak begitu peduli jika ia akan diserang melalui sisi depan karena mereka percaya diri bahwa mereka masih bisa menghindari serangan tersebut. 

Jadi ketika Itachi menyaksikan kedua lengan Sang Ayah yang terlipat didepan tubuhnya, Itachi merasa asing. Ia tidak terbiasa melihat tindakan Fugaku yang terlihat 'defensif' ini.

Namun, oh namun! 

Itachi akhirnya paham akan alasan tersebut begitu ia berhasil mengintip Sang Ayah diam-diam memberikan istrinya sebuah kotak kayu berukuran sedang. Itachi memutarkan kedua matanya dengan terhibur.

"Itachi, dimana ketiga bocah itu?" Pertanyaan Sang Ibu hanya sempat Itachi jawab dengan senyuman kecil karena di detik berikutnya, langkah-langkah kaki ringan mendekati ruangan.

Sasuke memunculkan dirinya terlebih dahulu dari balik pintu, disusul oleh tangan kanannya menyeret Shikamaru yang dipeluk erat oleh Naruto. Bocah pirang itu terlihat sekali belum benar-benar terbangun.

Mikoto terkekeh menyaksikan ketiganya. Ia membiarkan Sasuke membantu Shikamaru menempatkan Naruto diantara mereka hingga Sang Uzumaki tidak akan oleng, sebelum meletakkan alat makan ketiganya.

"Naru-chan, ayo sarapan," ajak Shikamaru. Tangan mungil Sang Nara memainkan daun telinga Naruto agar yang paling muda itu semakin terusik sadar.

Butuh waktu, namun pada akhirnya Sang Uzumaki berhasil menyantap sarapan dengan lahap.

"Eh, mochi?"

Semua orang dimeja makan menoleh pada Sang Uzumaki dengan senyum lembut. Tak jauh dihadapannya, sepiring mochi berbagai warna terhidang dengan apik.

"Benar, ini hari ulang tahunmu jadi kami membuat mochi," ujar Mikoto tanpa sadar membuat Naruto tertegun.

Ia tidak pernah merayakan ulang tahunnya dengan mochi, hanya ramen. Kalau dipikir-pikir, bahkan di timeline sebelumnya, Naruto jarang memakan hal manis. Mungkin es krim karena kebiasaannya jajan bersama Petapa Kayak, tapi tidak dengan mochi.

"Apa lagi yang kau tunggu, itu untukmu," Naruto disadarkan oleh ucapan lembut Sasuke. Ia kemudian meraih satu mochi dan mengunyahnya dengan air mata yang tertahan.

Ah, mochinya sangat enak. Padahal sekarang tengah musim gugur yang sejuk tapi hatinya terasa hangat sekali.

"Enak sekali!" seru Naruto dengan senyum cerahnya. Ia kemudian mengambil mochi lagi dan menikmati kue manis dan kenyal tersebut.

Suasana di kediaman utama pagi itu sangat nyaman dan hangat. Mikoto diam-diam menatap wajah suaminya, dimana senyum tipis dan tatapan lembut bertengger. Lihatlah si tsundere itu, terlihat senang karena Naru-chan menyukai mochi buatannya, batin Mikoto lucu.

[][][]

"Selain mata, Klan Uchiha juga bangga dengan Kenjutsu kami."

Fugaku meletakkan kotak berukuran sedang diatas meja. Ia telah mengambil kembali kotak tersebut dari Mikoto setelah Sang Istri selesai memoles benda yang ada didalamnya.

Naruto menyaksikan dengan penasaran kotak dihadapan mereka. Ia menahan napas ketika Fugaku membuka kotak tersebut dan mengeluarkan sebuah belati tajam dengan warna dan intrikat yang meneriakkan 'Uchiha!' dihadapannya.

Sang Kepala Klan Uchiha kemudian mengulurkan kedua tangannya yang memegang belati kepada Naruto, menyerahkan senjata tersebut pada Sang Uzumaki.

"Ini ... "

"Sekarang ini milikmu. Selama kau memegang benda ini, kau adalah bagian dari Uchiha."

Naruto terdiam, mengamati senjata ditangannya. Meskipun Fugaku membicarakan Kenjutsu, bukan berarti ia akan seenaknya memberikan pedang. Lagipula Naruto baru menginjak umur 4 tahun. Tapi belati tersebut sudah cukup, Sang Uzumaki bisa mempelajarinya lalu kemudian memutuskan apakah tertarik untuk mengasah kemampuan Kenjutsu atau tidak.

"Wah, bagus sekali,"

Naruto tersentak menoleh pada Jiraiya yang tiba-tiba muncul. Ia melirik Fugaku yang masih duduk dengan tenang, ah sudah tahu rupanya. Ia sedikit mengerutkan keningnya, tidak senang dengan bagaimana ia tidak bisa mendeteksi chakra Petapa Mesum. Pasti orang tua itu memanfaatkan segel untuk menutupi chakranya.

Fakta bahwa Fugaku tidak terkejut adalah semata-mata karena insting yang telah diasah selama bertahun-tahun lamanya, dan tentu saja tubuh yang tidak prematur seperti milik Sang Uzumaki.

"Ero-sennin, kenapa disini? Bukankah latihan ditiadakan?"

Jiraiya menatap wajah polos putra baptisnya dengan tersinggung. Jadi ia harus ada alasan untuk keluyuran begitu?

"Heh, tentu saja untuk menemuimu. Aku dengar kau ulang tahun hari ini, jadi aku ingin memperlihatkan sesuatu padamu."

Tiba-tiba saja kedua mata biru menatap Jiraiya dengan berbinar. "Apakah Ero-sennin ingin memperlihatkan segel padaku ?"

Segel? Jiraiya menghela napas. Bocah pirang ini terbukti sekali anak Minato. Siapa lagi yang akan excited hanya karena segel, hah.

"Bisa jadi, tapi kalau kuberi tahu sudah tidak akan jadi kejutan kan,"

"Eh, kalau begitu jangan beritahu aku. Mana? Ayo tunjukkan, Ero-sennin!"

Keduanya kemudian menghabiskan waktu membicarakan segel-segel hingga tidak sadar Fugaku telah beranjak dari sana, lelah menyaksikan keduanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Make It BetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang