[]

9.5K 1.1K 247
                                    


Karena Tsunade melarang Jiraiya untuk dekat dengan Naruto, jadilah Jiraiya duduk diujung ruangan dengan pipi bengkak dan ujung bibir yang terluka.

Naruto meringis, ia pernah merasakan tonjokan itu. Sangat sakit.

"Apakah orang tua itu baik-baik saja ?" Tanya Naruto pelan sambil menunjuk Jiraiya.

Tsunade memberikan senyum lebarnya, "Tentu saja si mesum itu baik-baik saja, bahkan jika kau memenggal kepalanya, ia akan tetap baik-baik saja."

Jiraiya dan Naruto tidak bisa menghentikan diri mereka menggigil mendengar kata-kata Tsunade.

"H-hey Hime, tidakkah ucapanmu itu terlalu frontal untuk didengar oleh Naruto ?" Jiraiya menunjuk Naruto.

"Tentu saja tidak. Ia adalah seorang Uzumaki, kami keturunan Uzumaki memang frontal dan sangat jujur, kami juga kuat dan pekerja keras, lalu kami juga lebih baik daripada kau, huh!" Tsunade memuji keturunan darahnya, meletakkan kedua tangan dipinggang dan menatap Jiraiya dengan sinis.

Jiraiya menghela napas. Sepertinya ia belum mendapatkan sake-nya, pikir Jiraiya.

"Ano, apakah Obaa-chan dan Ero Sennin ini Ibu dan Ayah baptis-ku ?" Suara Naruto membuat keduanya menoleh pada Sang Uzumaki.

"Tsunade-Hime! Jangan pukul Naruto! Dia pasien!"

"SIAPA YANG KAU PANGGIL OBAA-CHAN KAU BOCAH ?!!"

[][][]

"Hokage-sama, apa anda yakin ini baik-baik saja meninggalkan Naruto bersama Tsunade-Hime dan Jiraiya-sama ?" Yamato diam-diam bertanya.

"Hm? Tentu saja, mereka sudah dewasa, tahu apa yang harus dilakukan dan tidak," jawab Hiruzen enteng, sepenuhnya mempercayai kedua muridnya. Melupakan fakta bahwa yang satu adalah seorang pejudi dan pemabuk, serta satu lainnya adalah orang mesum dan berotak agak kurang.

Yamato menoleh pada Kakashi, menunjukkan cemas dan sedikit kebimbangan. Kakashi hanya bisa memalingkan wajah. Meski ia tidak setuju, Sandaime sudah bersabda. Ia yang hanya seorang Kapten Tim ANBU kecilnya hanya bisa menurut.

"Satu orang." Panggil Hiruzen. Kakashi pun berlutut dihadapannya. Iya, Sang Hokage sendiri terkadang lupa kode nama dari pasukan ANBU-nya sendiri.

"Berikan ini pada Shikaku dan Fugaku." Hiruzen menyerahkan dua gulungan pada Kakashi.

"Segera laksanakan."

[][][]

Shikaku tengah bermain shogi bersama Shikamaru saat seorang ANBU muncul dan menyerahkan sebuah gulungan padanya. Mengabaikan tatapan penasaran putranya, Shikaku mempersilakan ANBU pergi dan membuka gulungan tersebut. 

"Apa itu ?" tanya Shikamaru dengan rasa penasaran tak tertahan. 

"Menangkan babak shogi kali ini dan kau akan kuberi tahu," ujar Shikaku. Shikamaru tidak menyembunyikan kekecewaannya, membuat Shikaku terkekeh. 

Sementara di Kediaman Klan Uchiha, Fugaku menerima gulungan berbeda dengan isi yang sama. 

"Apakah Hokage-sama memberikan misi ?" Mikoto bertanya. Wanita itu tengah menjahit pakaian suaminya. 

Fugaku menggeleng pelan, "Tidak. Hokage-sama mengajukan permintaan."

"Permintaan ?" 

"Hm, hal ini akan dibahas saat pertemuan klan nanti." 

[][][]

Kunai dan shuriken terlempar kesana kemari dan tertawa, meninggalkan bekas dipohon, dahan, dan ranting.

Oh, dan Itachi. Pemuda itu sudah punya beberapa goresan ditubuhnya akibat shuriken nyasar.

Putra Pemimpin Klan Uchiha itu menghela napas. Ada apa dengan Sasuke hari ini? Sudah Ia beri pemahaman kalau latihan mereka kali ini mudah, eh Sang Adik justru belum berhasil sekalipun. 

Sebuah shuriken melayang ke arahnya, hampir melukai matanya jika saja Itachi memiliki refleks yang buruk. Ia menahan helaan napas, "Sasuke."

Panggilan tersebut membuat Sasuke mendongak menatap Itachi. Ia terengah-engah, lelah melakukan hal yang sama dan gagal karena tidak berkonsentrasi. 

"Sasuke," panggil Itachi lagi. Sasuke tersadar, "Iya, Nii-san ?" 

"Sudah sore, ayo pulang." Itachi akhirnya memberikan senyum kecil pada Sang Adik.

Keduanya memungut 4 lusin kunai dan shuriken yang telah dilempar kesana kemari dan tertawa oleh Sasuke. Tentu saja itu semua milik Itachi. Sasuke belum memiliki alat ninja apapun kecuali scroll pengetahuan ninja karena umurnya. Umur yang dinilai sanggup untuk bertanggung jawab akan alat ninja biasanya 5 tahun keatas. 

Selesai, keduanya berjalan pulang dengan Itachi yang menggendong Sasuke di punggungnya seperti biasa. Ah, Sasuke merindukan waktu-waktu seperti ini. Sang Kakak selalu senang memanjakannya dan itu membuat Sasuke harus menahan air mata karena perasaan nostalgia dan rindu. 

"Sasuke," panggil Itachi. 

"Iya ?"

"Kau tidak fokus sama sekali latihan hari ini. Ada apa ?" 

Benar juga, pikir Sasuke. Ia tidak fokus latihan sama sekali. Moodnya juga tidak bagus sejak pagi. 

" ... " 

"Apa, Sasuke ?" tanya Itachi sekali lagi. Jawaban Sang Adik tidak terdengar ditelinganya karena teredam oleh bahunya. 

Sasuke menggeram pelan. Ia sengaja berbicara pelan dibahu Itachi agar kakaknya itu tidak mendengar jawabannya, jadi Itachi akan mengabaikannya. Sasuke terlalu meremehkan keras kepalanya Itachi. 

"Naruto ... " 

Hanya dengan satu nama itu, Itachi dapat membayangkan bohlam lampu menyala diatas kepalanya. Ternyata karena hari ini Sasuke tidak mengunjungi Naruto. Ah, Sasuke kehilangan asupan vitamin semangatnya. 

Itachi terkekeh pelan, melihat Sasuke yang malu-malu membuat Itachi ingat Sang Ayah. Fugaku juga sangat pemalu kalau digoda oleh Sang Ibu, hanya daun telinga yang memerah menjadi bukti.

"Bukankah bagus kalian tidak mengunjungi Naruto hari ini ? Ia jadi punya waktu lebih untuk beristirahat," ujar Itachi. 

Sasuke tahu, tapi ia kan mau bertemu Naruto. Semenjak mereka menghadapi Madara bersama, Sasuke rasanya tidak bisa jauh-jauh dari Sang Uzumaki. Naruto adalah alasan ia kembali. Dan selamanya Sasuke akan bersyukur akan hal itu.

"Huh, aku tahu." Sasuke menghela napas. 

"Sasuke, kau tahu Naruto sakit apa ?" tanya Itachi. 

Sasuke mengangkat alisnya mendengar pertanyaan tersebut namun tetap menjawab, "Chakra Naruto kacau."

"Benar. Hal itu sangat berbahaya, jadi jaga dirimu." 

Sasuke tahu, ia tidak sebodoh itu membuat dirinya dalam keadaan fatal tersebut. Naruto saja, ia jangan. 

"Nii-san, kau juga. Jangan membahayakan dirimu." balas Sasuke. Itachi tidak menyahut namun menganggukkan kepalanya pelan.

Sasuke menenggelamkan wajahnya pada bahu Itachi. Ia lelah, ingin memejamkan mata sejenak. Ia yakin Itachi tidak akan keberatan.

"Nii-san sangat baik ... " ucap Sasuke pelan. " ... egoislah sedikit." 

Itachi hampir menghentikan langkahnya. Apa Sasuke baru saja sungguh memintanya untuk menjadi egois? 




a/n; so, kalian ngeship Naru ama siapa? Sasu? Shika? Mau threesome? Gaara mungkin? atau Neji? Atau dibikin harem aja? 

No girls because this book is bxb book. 

Make It BetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang