Seminggu sudah berlalu, kini sudah menjadi kebiasaan bagi Sasuke dan Shikamaru untuk ke rumah sakit seriap harinya mengunjungi Naruto. 3 hari setelah mereka kembali bertemu, Shikamaru menyeret Choji untuk bergabung. Awalnya Sang Akimichi bersikap malu namun dengan senyum cerah Naruto, anak gempal menggemaskan itu akhirnya luluh.Terapi berjalan lancar seiringan dengan keadaan fisik Naruto yang mulai membaik. Terkadang Shikamaru dan Sasuke bersikeras untuk menemani Naruto menjalani terapi—yang akhirnya disetujui oleh Hiruzen setelah Sasuke memelototinya sambil meneriakan 'Sarutobi!' saat itu bahkan membuat Fugaku yang mendengar tentang hal ini segera menghadap Hiruzen dan berlutut memohon maaf. Sang Hokage ketiga hanya tertawa sambil berkata, "Ia membela haknya untuk menemani Naruto bersama Shikamaru, biarkan dia."
Naruto terkadang akan merasa bosan dan ingin keluar, apalagi ia sudah lama tidak makan ramen dari Paman Teuchi, Sang Pemilik Kedai Ramen Ichiraku. Shikamaru yang mengerti akan mengajak Sang Uzumaki untuk bermain shogi dengannya sedangkan Choji akan berbicara pada Eitaro untuk mengizinkan ia membelikan Naruto ramen. Sasuke sendiri akan membawakan banyak gulungan ninja yang seharusnya belum boleh ia sentuh—ia memaksa Itachi untuk menurutinya—untuk dibaca dengan Naruto dan yang lain. Tentu saja berkat ketiganya, Naruto berhasil untuk tetap dikamar inapnya dan tidak membandel.
Terkadang Naruto juga akan mengalami mimpi buruk, dan disaat-saat itulah Kakashi, Yamato dan Itachi bekerja sama untuk menenangkannya. Kakashi akan memanggil para Ninken-nya dan membiarkan mereka cuddle bersama Naruto hingga anak itu membaik, Itachi atau Yamato juga akan menepuk-nepuk kepala anak itu pelan dan menyanyikan lagu tidur sebagai tambahan.
Lalu hari dimana Naruto harus menjawab pertanyaan Sandaime pun muncul, pria tua itu akan bertanya perlahan apa yang Naruto ketahui sebelum ia terkena Chakra Chaos, pendapat Naruto tentang penyebabnya, orang-orang yang Naruto temui sebelum terjadi, dsb. Hingga Hiruzen mengangkat topik tentang Naruto yang bertemu orangtuanya selama ia tidak sadarkan diri.
"Naruto-kun, apa mereka memberitahumu tentang hal lain ?"
Naruto diam sejenak menatap Sandaime, "Kurama."
"Kurama ?" Hiruzen mengerutkan alisnya.
Naruto mengangguk pelan lalu tersenyum kecil, "Kaa-chan mengatakan bahwa Kyuubi sebenarnya memiliki nama tapi Kaa-chan tidak sempat bertanya jadi Tou-chan bilang aku saja yang bertanya, Tou-chan mengatur sesuatu—eum segel agar aku dapat bicara dengan Kurama. Disitulah aku tahu namanya dan berteman dengannya,"
Naruto menjelaskan dengan semangat, tidak begitu perduli dengan ekspresi wajah Hiruzen yang terkejut bukan main, pria tua itu menganga dengan tidak elitnya.
Naruto melanjutkan, "Kurama sangat baik padaku! Ia membiarkan aku memeluk bulunya yang sangat lembuuuttt!" —untuk menambahkan poin meyakinkan, Naruto memegang pipinya sendiri dan tersenyum seolah dirinya membayangkan tengah memeluk Kurama dan bulu lembutnya.
"Gaki." Umpat Kurama yang diam-diam mendengarkan percakapan.
Sadar dari keterkejutannya, Hiruzen batuk pelan untuk mempernyaman tenggorokannya yang kering.
"Naruto-kun, ... " Pria tua itu tak tahu ingin bicara apa, masih terlalu terkejut. Sang Sarutobi Akhirnya menghela napas. Ia membelai kepala Naruto penuh sayang dan memberitahu Naruto hal lain, "Naruto-kun, kau memiliki Ayah dan Ibu baptis. Mereka sudah lama tidak pulang ke desa tapi karena khawatir denganmu, mereka memutuskan untuk pulang bersama. Apa kau ingin bertemu mereka ?"
Naruto tersentak dengan tawaran tersebut, tentu saja ia ingin bertemu mereka. Mengangguk pelan, Naruto menjawab tanpa suara.
[][][]
Choji baru saja sampai di Perumahan Klan Nara, ia dengan langkah riang berjalan menuju rumah Sang Pemimpin Klan dan bertemu dengan Shikamaru di halaman belakang yang sibuk merebahkan diri sambil memejamkan mata.
Melihat hal ini, Choji membiarkan kepalanya jatuh kesamping dengan bingung. Shikamaru biasanya sudah membawa setidaknya satu keranjang buah untuk dibawa bersamanya mengunjungi Naruto, tapi Choji tidak melihat apapun disekitarnya.
"Shikamaru!" Panggil Choji, ia duduk disamping Sang Nara dengan kedua tangan yang penuh memegang bungkusan makanan ringan. Ia tidak pernah membuka makanan ringan tersebut sebelum mengunjungi Naruto. Iya—itu menjadi sebuah kebiasaan sekarang. Ia akan berbagi makanannya dengan Naruto lalu Naruto akan menceritakan banyak hal padanya sembari mereka bercengkrama.
Shikamaru membuka matanya, menoleh pada banyak bungkusan di tangan Choji, ia terlihat kesal dimana membuat Choji bingung.
"Mana Sasuke? Bukankah kita akan menemui Naruto-chan?" Tanya Choji seraya melihat sekeliling, mencari sosok Sasuke yang biasanya sering muncul tanpa peringatan dan bisa dimana saja.
"Kita tidak bisa menemui Naruto-chan, Sandaime menyuruh kita untuk memberikan Naruto-chan waktu beristirahat," ujar Sang Nara dengan kerutan kening, menampakkan kekesalannya. "Tapi aku tahu yang ia maksud adalah ingin membuat kita untuk tidak mengunjungi Naruto sementara,"
"Eh?! Kenapa??" Choji membiarkan kedua tangannya jatuh kepangkuan kakinya, kehilangan semangat untuk terus memeluk bungkusan makanan ringannya.
" ... Aku tidak tahu,"
Shikamaru tahu. Tentu saja alasannya berhubungan dengan rumor kembalinya dua Sannin legendaris Konoha, namun ia memilih diam dan membiarkan dirinya mendengarkan keluhan kecewa Choji yang tidak bisa bertemu dengan Naruto.
[][][]
Naruto menatap kedua orang dihadapannya tertegun. Ia ingin menangis, tapi akan aneh jadinya. Ia rindu sekali dengan keduanya. Satu adalah sosok Ibu, satu lagi adalah sosok ayah. Ah, andai ia bisa langsung memeluk mereka.
Tsunade sendiri membiarkan dirinya merona ditatap polos oleh Naruto, membuat dirinya merasa seperti Jiraiya yang mesum. Tapi mau bagaimana lagi? Putra Baptisnya sangatlah gemoi—uhuk!maksudnya, menggemaskan.
Jiraiya sendiri menutup hidung dan mulutnya rapat. Ia tidak bisa membiarkan Tsunade tahu kalau dirinya mimisan atau Tsunade tidak akan membiarkan dirinya hidup. Keturunan Minato dan Kushina memang bukan main penampilannya. Minato memiliki ketampanan yang menyamai Uchiha namun dengan garis wajah yang lebih lembut lalu Kushina yang adalah seorang Uzumaki, sudah jadi sebuah fakta kalau semua orang di Klan Uzumaki berwajah rupawan. Belum lagi Kushina merupakan seorang Putri Klan Uzumaki.
Dan lihatlah Naruto, oh astaga. Jiraiya ingin membuka mulutnya untuk berteriak, ingin mengapresiasi keindahan dihadapannya. Namun dengan keinginan kuat tersebut, tanpa sadar Jiraiya telah mengepalkan kedua tangannya didada dan membiarkan Tsunade sadar bahwa ia telah mimisan.
Maka tonjokanlah yang ia dapatkan.
"E-eh?" Naruto linglung ketika dalam sekejap menyaksikan Jiraiya menghilang dari hadapannya menabrak dinding dengan tidak elit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Make It Better
Fanfiction!art on cover are not mine! Dengan semua kematian yang menghantui senyum mereka, Naruto bersama Sasuke dan Shikamaru harus bertahan dan membuka jalan bagi masa depan yang lebih baik. Kalau tidak, percuma saja mereka kembali ke masa lalu dengan susah...