[] Jira-Jira

6.3K 830 112
                                    

Kaget nda?
di ghosting doi
di ghosting author ✔

Mungkin karena anak-anak dari Klan Shinobi, Sasuke dan Naruto dengan antusias menjahili Shikamaru yang masih mengantuk agar menggerakkan tubuhnya untuk berlatih. Ketiganya telah tiba di halaman latihan Klan Nara. 

Shikamaru berbaring dengan tidak perduli, mengabaikan Naruto dan Sasuke yang terus berusaha mencari titik geli tubuhnya, dimana hampir tidak ada. Menyadari hal ini, Sasuke menepuk pelan lengan Naruto dengan gelengan. Melalui tatapan mata, keduanya akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan Sang Nara, berbaring dengan kedua lengan Shikamaru sebagai bantal. Naruto disebelah kanan dan Sasuke disebelah kiri. 

"Naru-chan! Shika! Sasuke!" 

Ketiganya serempak menoleh kearah panggilan. Choji dan dua botol minum besar melangkah mendekati mereka, ia meletakkan dua botol tersebut dibawah pohon lalu ikut berbaring dengan kepalanya yang menempel dengan kepala Shikamaru. Dua teman masa kecil itu memotretkan cermin dan bayangan. 

"Ohayou, Choji!" Naruto membalas sapaan Choji dengan cerianya. 

"Hn, Choji." Sapa pelan Sasuke. Shikamaru sendiri menepukkan keningnya pada kening Choji sebagai sapaan khasnya. Sang Akimichi tersenyum menerima sapaan ketiganya. 

Melihat keharmonisan yang menggemaskan didepannya, Jiraiya tersenyum penuh nostalgia. Jika saja keadaan tidak memisahkan, akankah ia dan kedua anggota timnya bisa seharmonis anak-anak lucu ini?

Hari ini agenda keempat anak itu sama seperti hari-hari sebelumnya. Naruto akan melatih kontrol chakranya bersama Choji, Sasuke akan meningkatkan kontrolnya, lalu Shikamaru ... anak itu sudah memiliki kontrol yang sempurna untuk anak seumurannya dan tidak ada yang berani untuk mendorong batas tubuh anak itu lebih lanjut, jadi mungkin Sang Nara hanya akan berbaring sambil menonton awan—atau menonton Naruto.

Jiraiya sering mendapati Sang Nara Muda menatap Naruto dengan senyum kecil yang hangat, penuh sayang. Petapa Katak itu pikir mungkin karena Shikamaru terperangkap pesona penuh cita yang Naruto miliki sehingga membuatnya menganggap Sang Uzumaki seperti seorang adik yang lucu. Namun ada sesuatu yang membuat insting Jiraiya menolak untuk mempercayai spekulasi tersebut. Entah apapun itu.

Dan lagi, tatapan penuh sayang itu tidak hanya dilontarkan oleh Sang Nara, tapi juga Sang Uchiha Muda. Keduanya seperti memiliki ikatan tertentu yang membuat mereka memiliki persetujuan akan sesuatu dan itu semua berhubungan dengan putra baptisnya.

Jiraiya di titik ini sedang mempertimbangkan apakah hal ini harus ia biarkan berkembang menjadi sesuatu yang lebih atau tidak. Tapi memikirkan bahwa anak-anak ini masih berumur dibawah 5 tahun, maka ia biarkan saja. Palingan hanya rasa penasaran anak-anak, ketika mereka remaja, rasa penasaran itu akan hilang dengan sendirinya.

Oh andaikan Jiraiya tidak berpikir seperti ini. Bertahun-tahun yang akan datang, Jiraiya menyesali pemikiran penting ini. Seharusnya ia menjauhkan kedua anak itu dari putra baptisnya jika ingin Naruto tumbuh dengan polos.

Tentu saja itu hanya akan menjadi masalah yang dihadapi oleh Jiraiya Masa Depan, Jiraiya Masa Kini tidak tahu tentang itu.

Mengamati bagaimana Naruto bekerja keras dengan kontrol chakranya, Jiraiya teringat dengan Minato, Ayah dari Sang Bocah. Sama-sama keras kepala dua manusia ini. Lihatlah bagaimana Naruto pantang menyerah, terus menempelkan daun ke keningnya walau ia tahu akan segera jatuh. Minato juga sama, terus membuat gumpalan angin ditangannya, walau tahu kumpulan angin itu akan pecah dan melukai tangannya.

Diam-diam Jiraiya tersenyum penuh kasih dalam nostalgianya, sambil menatap Sang Uzumaki ia tidak bisa menghentikan gumaman kecil dari belah bibirnya, "Ayah dan anak memang sama saja."

[][][]

Naruto menatap pria paruh baya disampingnya. Naruto dan Shiko memutuskan untuk melakukan pelajaran singkat tentang sejarah di teras samping rumah utama dan Tetua Klan Nara tersebut baru saja menjelaskan sejarah Konoha yang dianggap aib besar oleh banyak orang, Runtuhnya Uzushiogakure.

Nara Shiko menjelaskan semua yang ia tahu tentang peristiwa tersebut tanpa ada yang disembunyikan dan memihak sisi manapun. Ia bahkan memberikan evaluasi pribadinya akan kelengahan Konoha sebagai sekutu.

"Seandainya Konoha tidak begitu lengah, mungkin anda masih akan memiliki setidaknya beberapa sepupu dalam Klan."

Naruto memutuskan ia tidak akan merespon kalimat tersebut, membayangkan hal-hal yang tidak akan pernah kau miliki lalu menyadari bahwa itu semua hanya angan semata sangat menyakitkan. Dihancurkan oleh pikiranmu sendiri, sangat menyedihkan.

"Apakah anda tahu, Uzumaki-san? Saya memiliki seorang putri yang menikahi seorang Uzumaki," pria itu menatap langit mendung dengan mata berembun. Rambutnya yang ia ikan rendah bergerak pelan tertiup angin.

"Putri saya tengah mengandung anak pertamanya ketika peristiwa tersebut terjadi. Saya pikir saya bisa melakukan setidaknya sesuatu, namun saya terlambat. Ketika Tim Konoha sampai, sebagian besar dari Uzushiogakure telah hancur. Tidak ada yang bisa dilakukan selain mencari tubuh-tubuh manusia untuk dikuburkan dengan layak."

Naruto tidak dapat memalingkan wajahnya meski menyakitkan. Pria paruh baya disampingnya baru saja menceritakan luka terdalamnya. Luka yang diam-diam ia mengerti. Perasaan ketika mengetahui kau tidak bisa melakukan apapun untuk mengubah apa yang telah terjadi.

"Apakah anda tahu ini? Dalam Klan Nara, ikat rambut sangat penting. Ikatan tinggi menandakan kebanggaan dan kedudukan. Sedangkan ikatan rendah menandakan duka dan penyesalan."

Keduanya tiba-tiba bertatapan. Mata berumur yang dimiliki oleh Shiko bertemu pandangan dengan mata bersinar miliki Naruto.

Pada akhirnya, Sang Nara melepaskan sebuah senyum sendu. Sesuatu baru saja hilang dari dadanya, rasa berat dan sesak yang hinggap selama puluhan tahun itu hilang secara perlahan.

"Jadi, Uzumaki-san, suatu saat ketika Tuan Muda Shikamaru kami meminta tolong untuk diikatkan rambutnya, mohon jangan menggunakan ikatan rendah. Jadikanlah Shikamaru kebanggaan anda sebagaimana ia menjadi kebanggaan Klan Nara kami."

Naruto perlahan mengangguk, memahami bahwa ini adalah cara Shiko menutup perbincangan hari ini. Kedua manusia itu kemudian saling berpaling, menonton langit mendung yang mulai menitikkan hujan.

Apa yang tidak Shiko jelaskan lebih lanjut adalah bagaimana tindakan mengikat rambut yang dilakukan oleh seseorang adalah tindakan yang sangat intim, biasanya hanya dilakukan oleh seorang Ibu pada anaknya, seorang kakak pada adiknya, dan seorang istri pada suaminya.

Ah, biarkan saja lah. Mungkin nanti ketika Yoshino terkejut menyaksikan Naruto mengikat rambut putranya, barulah Sang Uzumaki merasa janggal. Tapi memikirkan bagaimana tidak pekanya Naruto, mungkin ia justru merasa semua hal adalah normal dan yang bermasalah adalah pikiran orang-orang.

Make It BetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang