Haii, sorry yah terlambat update, lagi sibuk nugas heheh
H A P P Y R E A D I N G ✨
Aku tak tahu sejak kapan Vito belajar berbohong, padahal jika dia berkata jujur aku juga tidak akan marah karena itu hak dia sebagai teman, tapi kenapa harus berbohong seperti ini kemana Vito yang aku percaya.
"Hmm.... Kamu percaya kan?" Jia hanya mengangguk sebagai jawabannya.
Sebelumnya ketika Jia pulang kampus dia pergi kerumah Vito untuk menanyakan dimana dia ketika pagi tadi, sebenarnya dia sudah tahu kalau Vito kerumah sakit untuk menjaga Mala yang sakit dia hanya bertanya untuk mengetes Vito saja, namun jawaban yang Vito beri membuat Jia kecewa.
Vito mengatakan dia kerumah sakit untuk menjenguk tantenya.
"Tante kamu namanya Mala ya?"
"Iya, itu Tante dari keluarga papa," jawab Vito tergagap, dari mana Jia tahu Mala?
"Saudara papa kamu?"
"Hmm iya."
"Bukannya saudara papa kamu om Mail? Sejak kapan om Mail ganti jadi Tante Mala?"
Nafas Vito tercekat, pasokan udaranya menipis. Jia dan keluarganya sangat dekat karena anak ini sering kerumahnya ketika ada acara keluarga jadi tentu dia mengetahui semua anggota keluarga Vito.
"Tante aku sepupu papa, iya sepupu jauh papa." keringat dingin mulai membasahi wajahnya padahal hanya di tanya seperti ini tapi rasanya seperti di introgasi karena ketahuan membawa paket ganja.
"Ohh gitu? Kok mama sama papa nggak pergi kerumah sakit, tadi barusan aku tanya mama nggak tahu siapa yang sakit."
"Kok kamu jadi banyak tanya!"
Jia terdiam ketika Vito sedikit meninggikan suaranya, betul posisinya hanya sebagai teman dia tidak pantas bertanya lebih dalam mengenai ini.
Vito melirik sekilas Jia yang terdiam, apa dia salah telah meninggikan suaranya, melihat wajah Jia pasti hatinya sakit karena selama ini Vito sendiri tidak pernah membentaknya.
"Hmm.... Jia aku minta maaf?"
"kamu nggak salah aku aja yang terlalu banyak tanya, kalau gitu aku permisi dulu." Jia keluar dari kamar Vito meninggalkan Vito yang masih setia menatapnya.
Sejujurnya Vito tidak berniat membentak Jia, hanya saja dia terlalu capek untuk meladeni pertanyaan yang terus di lontarkan Jia. Vito lelah mengurusi Mala yang menjadi manja, bahkan dia sampai lupa mengabari Jia. Dan kini rasa bersalah karena sudah membentak Jia terus menghantuinya.
"Arkhh Jia maafin aku!" teriak Vito.
***
"Jawab jujur apa susahnya sih!" cibir Jia, padahal dia tidak akan marah jika Vito menjaga temannya. Walaupun cemburu tapi Jia sadar diri.
Jia mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamarnya, banyak sekali foto dirinya dan juga Vito, melihat wajah Vito Jia semakin kesal.
Jia bangkit dari tidurnya lalu berjalan ke arah bingkai foto yang terpampang wajahnya dan Vito.
"Kalau gini bagus." Jia tersenyum setelah selesai membalikkan bingkai yang ada foto Vito di dalamnya bahkan Jia menempelkan stiker tepat di wajah Vito. Nanti kalau kesalnya sudah hilang dia akan mencabut kembali stikernya.
"Vito sadar nggak sih kalau gue suka dia?" ucap Jia bertanya-tanya kepada dirinya sendiri kalau langsung bertanya ke Vito bisa bermasalah.
"Siapa sih yang nelpon?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Idola Ku
Humor"udah makan?" tanya nya dengan pelan sambil merapikan baju nya "belum" "kok belum?" "nggak bisa masak?" orang itu tampak terkejut mengetahui fakta bahwa Jia tidak bisa masak "lahh nanti suami kamu, mau kasih makan apa kalau kamu nggak bisa masak" "k...