chapter 18

89 20 2
                                    

Jangan lupa vote dan komen guys

Ohh iya mau bilang sebentar lagi bakal ada cerita baru yang di jamin seru kalau udah di publish pasti Bakal kabarin ke kalian

H A P P Y  R E A D I N G✨












"Vito mau ke Gramedia!"

"Vito mau coklat."

"Vito mau rujak."

Pinta Jia dengan bersikap manja layaknya kucing di hadapan pacarnya agar mendapatkan apa yang dia inginkan. Jia mendusel di dada Vito bukanya risih Vito malahan tertawa geli sambil memeluk Jia semakin erat.

"Ada syaratnya," ucap Vito menundukkan pandangannya menatap Jia yang asik mendusel.

"Apa? Cepat syaratnya apa," celetuk Jia tidak sabar.

"Sun dulu." ucap Vito sambil memanyunkan bibirnya.

Jia langsung bangkit dan berjalan pergi meninggalkan Vito yang terdiam, apa dia terlalu permintaannya terlalu aneh, apa Jia jadi ilfil dengannya. Vito berharap tidak karena dia takut Jia jauh dari kehidupannya.

"Jia kamu kemana?"

Tidak ada jawaban, Jia malah melanjutkan langkahnya, Vito mengamati Jia yang berjalan ke dapur membuka lemarinya satu persatu seolah mencari sesuatu hal di dalam sana.

"Jia?" panggil Vito namun Jia tidak menyaut.

"Sayang!"

"Aduh!" jerit Jia ketika kakinya terjeduk di kaki meja, sangat sakit ini semua akibat Vito. dia terkejut dengan panggilan tadi, 'sayang' masih sangat asing ketika Vito mengucapkan itu.

"Jia kamu nggak papa?" tanya Vito langsung berlari datang menghampiri Jia yang terduduk di lantai sambil memegangi kakinya.

"Nggak kok!" Jia langsung bangkit walaupun jari kakinya masih sakit tapi perasaannya begitu berbunga-bunga.

Melihat kaki Jia yang memerah, Vito langsung mengangkat tubuh Jia dan membawanya ke sofa.

Jia terkejut ketika tubuhnya melayang, dari sini dia bisa melihat wajah tampan Vito sangat dekat, jantungnya berpacu dua kali lebih cepat dari biasanya, wajahnya sudah merah padam di perlakukan seperti ini.

"Kalau jalan itu hati-hati," ucap Vito membaringkan tubuh Jia lalu dia mengambil tempat duduk di bawah kaki Jia, dengan telaten Vito memijat pelan kaki Jia yang memerah.

"Aduh pelan-pelan dong!" jerit Jia ketika Vito tidak sengaja menekan daerah yang tadi terjeduk.

"Kamu ngapain ngobrak-ngabrik lemari?" tanya Vito.

"Mau cari sun, kan kamu minta sun."

Vito tertawa lepas melihat kepolosan Jia, ternyata dia salah mengartikan apa yang Vito maksud, padahal sun yang Vito maksud bukan sun yang sering di makan bayi.

"Sun itu kayak gini!" Vito memajukan wajahnya dan mencium Jia tepat di keningnya begitu lama. Setelah dirasa cukup Vito menjauhkan wajahnya.

Jia terdiam mematung, otaknya masih mencerna apa yang barusan Vito lakukan, kejutan apa lagi yang Vito lakukan pada dirinya, benar-benar berpacaran dengan Vito membuat jantungnya tidak aman.

"Jangan lupa nafas," tegur Vito yang melihat Jia terdiam seperti patung.

Jia seketika tersadar, pipinya memerah. Jia ingin berteriak tentang apa yang barusan terjadi dengan dirinya sungguh dia tidak tahu kalau Vito bisa se nekat ini apalagi sekarang mereka sedang dirumahnya.

Tetangga Idola KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang