chapter 8

139 27 12
                                    

Jangan lupa vote dan komen yahh





H A P P Y  R E A D I N G✨















Sial Vito melupakan janjinya dengan Jia begitu saja, karena semalam dia harus menjaga Mala dia sampai lupa kalau dia sudah berjanji kepada Jia padahal baru saja dia ingin meminta maaf tapi sudah mendapat masalah baru.

"Jia!" teriak Vito memanggil Jia yang melewati rumahnya begitu saja. Biasanya Jia akan singgah sekedar memetik bunga mamanya.

Mendengar namanya di panggil tidak membuat Jia memberhentikan langkahnya, dia terus berjalan seolah tuli dan menganggap panggilan tadi hanya suara radio rusak.

"Jia! Tunggu!" Vito mencegah Jia dengan menghalangi jalannya. Vito mengambil kedua tangan Jia namun langsung di tepis kasar oleh jia

Raut wajah Jia yang tidak nyaman ketika tangannya di sentuh Vito terpampang begitu jelas, "Apaan sih, minggir gue mau beli terasi!"

Nada bicara Jia yang berubah membuat Vito sadar kalau kesalahan sungguh fatal.

"Plis dengerin penjelasan aku dulu—"

"Nggak ada yang perlu di jelasin, semua udah clear seperti sampo yang sering Lo pakai." Jia berlalu pergi meninggalkan Vito yang terdiam menatap punggung Jia yang mulai menjauh.

Vito sengaja tidak mengejar Jia agar memberikan sedikit ruang untuk jia, walaupun dia sendiri tidak suka berlama-lama jika berjauhan dari Jia tapi tidak apa-apa dari pada membuat Jia semakin bencinya kepadanya.

***

"Bodoh Lo Jia, kenapa Lo harus marah. Lo nggak ada hubungannya dengan Vito!" teriak Jia mengatai dirinya sendiri yang begitu bodoh.

Jia mengacak rambutnya setres memikirkan hubungannya yang seperti benang kusut, lihatlah sekarang seberapa kacaunya dia, rambut yang seperti sarang lebah serta kamar yang seperti gudang, ini semua karena tetangganya.

"Apa jangan-jangan dia pergi nemuin si Mala itu?"

Tidak ada hubungannya yang terikat antara dia dan juga Vito, mereka hanya sebatas teman kecil yang selalu bersama. Kenapa dia harus semarah ini hanya karena Vito yang mengingkari janjinya, tapi jika semua orang berada di posisinya pasti akan kecewa.

"Jia! Keluar ada teman kamu nih!" teriak Fanessa dari luar.

Jia berjalan ke arah pintu kamarnya, bukan keluar tapi dia malah mengunci pintu itu agar tidak ada orang yang sembarangan masuk ke kamarnya yang sudah seperti kapal pecah.

Tidak mendengar suara dari anaknya, Fanessa berjalan menuju kamar Jia, sepulang Jia dari warung dia langsung mengurung diri di kamarnya biasanya pagi-pagi begini Jia akan nangkring di meja makan untuk makan bubur.

"Jia keluar! Itu ada teman kamu!" Fanessa menggedor pintu kamar Jia, entah setan mana lagi yang merasuki anaknya hingga bertingkah seperti ini.

"Usir aja mi! Paling cuma mau minta sumbangan untuk ngisi perut!"

"Dilihat dari tampangnya dia mirip itu jemen yang ada di kamar kamu." teman Jia yang datang sangat tampan bahkan Fanessa hampir oleng.

"Jemen siapa mi? Yang ada Jimin. Usir aja mi," teman? dia baru masuk kampus temannya hanya ada Fera dan Fera berjenis kelamin perempuan tidak mungkin menjadi ganteng. Teman SMA nya juga semua seperti jamet.

"Keluar nggak? Kalau nggak mau keluar jangan harap malam ini kamu bisa makan!" ancam Fanessa dari luar, aura mencekam dapat Jia rasakan di dalam sini sebegitu teganya maminya kepada dirinya yang begitu lucu ini.

Tetangga Idola KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang