Hai hello jangan lupa follow dan vote yahh
HAPPY READING
Plak....
Suara tangan yang menyentuh kulit bergema di ruangan itu.
Vito terkejut mendapat tamparan dari mamanya, wajahnya bukan menampilkan raut wajah kesakitan tapi lebih ke bingung. Pasalnya dia tidak berbuat kesalahan kepada mamanya.
"Kamu kasih makan apa Jia?" cerca Rani, menuntut jawaban dari anak satu-satunya.
"Nggak ada ma? Tadi kita cuma makan somay aja, iyakan Jia?" meminta bantuan ke orang yang tengah terbaring tak sadarkan diri Vito ternyata begitu bodoh.
"Jia pasti makan sambalnya kebanyakan," sahut Fannesa akhirnya membuka suara setelah sibuk menonton Vito yang di marahin mamanya.
"Iya Tan," ucap Vito dengan lesuh merasa bersalah karena tidak menjaga Jia dengan benar. Padahal Jia sudah termasuk tanggung jawabnya.
"Udah-udah, ini salah Jia, emang anaknya susah di bilangin," Fannesa tak ingin menyalahkan orang lain karena dia tahu Vito pasti akan menegur Jia, cuma emang anaknya yang keras kepala susah di bilangin.
"Kalau Jia makan gitu kamu larang dong Vito bukan biarin," celetuk Rani yang terus menyalahkan Vito.
Vito rasanya ingin menangis saja, sebenarnya dia ini anak kandung apa anak pungut sih, mamanya selalu saja mencari kesalahannya walaupun sebesar biji kedondong.
"Udah Vito larang ma," ucap Vito dengan frustasi tersiksa batinya disalahkan terus.
Fannesa hanya bisa geleng-geleng kepala melihat pertikaian kedua orang berbeda usia ini, ingin melerai tapi kayaknya asik.
"Mending mama pulang, nih udah jam 1."
"Jadi kamu usir mama gitu?"
"ya Allah salah lagi!" batin Vito menjerit keras.
"Iya jeng mending pulang tidur kasihan Lo matanya nanti bakal ada kantungnya terus hitam, kan skincare jadi terbuang percuma."
Rani akhirnya setuju dengan ucapan Fannesa dia pun meminta Vito untuk mengantarkannya pulang.
Setelah mengantarkan mamanya Vito balik lagi ke rumah sakit kasian Jia nggak ada yang jagain, maminya pasti ngantuk terus papinya nggak ada. Jadi sebagai pacar yang baik Vito bakal menjaga Jia.
"Tante mending tidur disitu," tunjuk Vito ke sofa yang masih berada di dalam ruangan, tadi Vito menangkap Fannesa yang hampir kejeduk tiang infus Jia karena menahan kantuk.
Fannesa pun berbaring di sofa memilih tidur, sementara itu Vito berjalan ke ranjang di mana Jia terbaring, mengambil tempat lalu duduk di sampingnya.
"Udah dibilangin jangan banyak makan pedes, kan kalau gini siapa yang susah!" omel Vito tidak perduli Jia mendengarkannya atau tidak.
Vito menatap dalam-dalam wajah kekasihnya yang kini tertidur, wajah itu terlihat pucat dan jangan lupakan bibir Jia ya g biasa merah merona kini ikut pucat juga.
"Semoga cepat sembuh!" ucap Vito lalu mengecup kening Jia.
***
"Vito nggak mau ke kampus!" ucap Vito menolak untuk masuk kampus, mending di rumah sakit jagain Jia yang kondisinya sudah agak mendingan daripada semalam tadi.
"Pergi nggak? Atau tidak motor kamu mama gadaikan!" ancam Rani, dia tahu anaknya itu khawatir dengan kondisi Jia, tapi disini sudah ada dirinya dan juga Fannesa jadi untuk apa Vito disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Idola Ku
Humor"udah makan?" tanya nya dengan pelan sambil merapikan baju nya "belum" "kok belum?" "nggak bisa masak?" orang itu tampak terkejut mengetahui fakta bahwa Jia tidak bisa masak "lahh nanti suami kamu, mau kasih makan apa kalau kamu nggak bisa masak" "k...