chapter 14

137 27 11
                                    

Haii hello annyeong yerobun jangan lupa vote dan komen oke, share cerita ini ke teman-teman kalian ya


H A P P Y  R E A D I N G ✨












"Apa kita bisa bicara sebentar!" Vito menarik tangan Jia yang hendak membuka pintu rumahnya.

Tepat seminggu setelah kejadian di mana Vito menyuruh Yudha menjauhi Jia, mulai dari situ lah dia dan Jia tidak pernah berbicara bahkan Jia tidak pernah datang kerumahnya dan lebih parahnya lagi Jia selalu menghindarinya. Pasti Yudha sudah menaruh pelet di minuman Jia.

"Bicara lah."

Vito memandang Jia penuh arti, lihatlah bahkan sekarang nada bicaranya tidak lagi lembut seperti dulu.

"Malam, jam 8 aku akan menjemputmu kita ke cafe biasa."

"Maaf tapi aku sudah memiliki janji dengan seseorang." ucapannya seratus persen penuh kebohongan Jia tidak memiliki janji dengan siapapun dia hanya ingin menjauhi Vito cukup sudah hatinya yang terus teriris melihat kedekatan Vito dan juga Mala, Jia ingin bahagia barang sedetik saja.

"Pasti kau dan yud—"

"Stop! Jangan pernah bawa-bawa Yudha dalam pembicaraan kita," Jia ingin sekali membuka kepala Vito untuk melihat apa yang dia pikirkan tentang Yudha, Jia rasa otak Vito harus di bersihkan.

Vito mengambil tangan Jia dan mengusapnya pelan, "tolong kita perlu waktu."

"Oke jam 8 malam."

Jia menyudahi pembicaraannya dengan Vito, berlama-lama dengannya Jia bakal susah untuk melupakan Vito, semenjak melihat Vito dan Mala Jia sudah bertekad untuk menjauhi Vito namun sayang Jia malah terbebani dengan perasaannya.

Vito menatap pintu rumah Jia yang barusan tertutup, malam ini dia akan mengembalikan Jia yang dulu, dan menghapus orang yang sudah membuat hubungan mereka sejauh ini.

"Tumben pulang cepat?"

"Lo ngapain dirumah?" Jia terperanjat melihat seseorang yang nongkrong di rumahnya, memang tamu satu ini tidak tahu diri.

Lihatlah sekarang tamunya berguling di sofa sambil memakan kerupuk yang dia taruh di atas dadanya. Seharusnya Jia tidak perlu kaget karena pemandangan seperti ini beberapa hari kebelakang sudah sering dia lihat.

"Biasalah, kita kan mau arisan iya kan Bun." dengan nada bicara yang sedikit ayu dan juga tangannya yang melenggok sambil memasukkan rambut halusnya kebelakang telinga Yudha terlihat seperti banci.

"Hah serius? Lo arisan bareng mami? Bukannya Lo geng nya Bu Wati ya?"

Kemudian mereka berdua tertawa, hanya candaan rendah tapi mampu mencairkan emosi Jia yang membara karena ketemu dengan seorang barusan.

"Mami kemana?" tanya Jia berjalan pelan ke arah Yudha dan mengambil tempat duduk tepat di sampingnya.

"Came lagi ke pasar barusan gue antar."

Jia mengerutkan keningnya came istilah apa lagi itu yang di ucapkan Yudha, berteman dengan Yudha Jia semakin miring otaknya.

"Came apaan?" tanya Jia menyelidik, pendengaran baru pertama kali mendengar istilah itu. Apa itu bahasa anak gaul entahlah Jia hanya anak yang berkurung diri di kamarnya dan akan keluar jika perut minta di isi.

"Came itu, calon mertua."

"Mami pulang!"

Pandangan Jia teralihkan ketika mendengar suara maminya yang katanya baru pulang dari pasar.

Tetangga Idola KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang