chapter 17

79 21 18
                                    

Jangan lupa vote dan komen yahh

Jangan lupa share juga

Happy reading

"Orang itu adalah kau."

"Haa?"

"Cie.... cie.... cie...."

Semua orang bersorak mendengar pengakuan cinta dari bujang satu ini, mereka tidak menyangka akan di sungguhkan hal semacam ini.

"Terima, terima, terima!"

Sorak mereka semakin ramai.

"Jia will you be my Girlfriend?" ucap Vito berjongkok sambil menyodorkan kotak beludru dan mengeluarkan sepasang cincin.

"Yes i Will." Jawab Jia dengan lantang.

Mala kakinya benar-benar lemas, perlahan dia mundur dan berlari meninggalkan mereka semua, bahkan tidak ada yang sadar dengan kepergiannya.

Sementara di satu sisi seseorang sedang menatap tak percaya apa yang barusan dia lihat, tujuannya kemari tidak lebih untuk bertemu dengan Jia yang kini telah menjadi pasangan Vito.

"Akhirnya mama nggak perlu susah-susah jodohin kalian lagi!" Rani ikut bahagia, selama ini Jia sudah menjadi kandidat calon menantunya dan akhirnya terwujud juga.

"Hahah kita bakal jadi besan," seru Fannesa memeluk Rani erat.

Jia dan Vito hanya tersenyum malu-malu sambil memandang satu sama lain.

Jia tidak menyangka ini semua akan terjadi, keterkejutan masih belum selesai dia kembali terkejut melihat sekilas bayangan mirip seseorang yang dia kenal.

"Ah mungkin cuma halusinasi doang."

"Papi mau request, kalian nikahnya tahun depan yah."

"Ihh papi apaan sih, Vito ama Jia kan masih kuliah," ucap Jia tersenyum malu-malu kucing, membayangkan dia dan Vito menikah muda membuat kepala Jia menjadi pusing.

"Ehh Vito anak Tante mau di kemanain?" teriak Fannesa histeris ketika Vito menarik tangan Jia dan membawanya pergi meninggalkan mereka.

"Mau aku jual, biar beban Tante berkurang."

Vito menarik tangan Jia membawanya ke taman di halaman belakang rumahnya, Jia hanya diam mengikuti kemana Vito membawanya asalkan jangan ke semak-semak, Banyak ular.

"Jia dengerin, jangan potong cerita aku ini, oke?"

Jia hanya mengangguk sebagai jawaban. Vito mendudukkannya di bangku kayu yang sudah tersedia di belakang rumahnya.

"Sejujurnya aku udah dari lama suka sama kamu, tapi aku takut jika persahabatan kita akan rusak jadi aku hanya bisa memendamnya, hingga semua lepas kendali ketika Yudha datang, aku setiap hari di hantui rasa was-was bagaimana jika Yudha lebih duluan." ungkap Vito, inilah alasannya mengapa sejak dulu dia tidak berani menyatakan perasaannya.

"Emang udah."

"Yudha udah nembak kamu?"

Vito menelungkup wajah Jia menggunakan tangannya, bertanya dengan nada yang sedikit tinggi.

"Iya, tapi aku tolak, soalnya aku cuma suka sama kamu, Alvito Zidan Sanjaya." Jia memeluk Vito menyalurkan rasa senangnya lewat pelukan ini.

Malam ini di temani bintang-bintang di langit Vito dan Jia berpelukkan menyeruakan kebahagiaan yang entah sampai kapan masa berakhirnya, tapi harapan mereka kebahagiaan ini akan terus bertahan lama.

Tetangga Idola KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang