Fasal Kulit yang Dapat Suci dengan Disamak

4.5K 50 0
                                    

فصل): في ذكر شيء من الأعيان المتنجسة

Fasal Tentang Benda-Benda Yang Mutanajis
(Terkena Najis)

وما يطهر منها بالدباغ وما لا يطهر.
Serta benda yang bisa suci darinya dengan media dibagh(penyamak) dan yang tidak bisa suci dengan nya.

(وجلود الميتة) كلها (تطهر بالدباغ) سواء في ذلك ميتة مأكول اللحم وغيره. وكيفية الدبغ أن ينزع فضول الجلد مما يعفنه من دم ونحوه بشيء حريف كعفص، ولو كان الحريف نجساً كذرق حمام كفى في الدبغ

Kulit Bangkai Bisa Suci dengan Disamak

Kulit bangkai semuanya bisa suci dengan cara di-samak. Dalam hal itu baik bangkai binatang yang halal dimakan dan yang tidak halal dimakan.

Tata Cara Menyamak

Tata cara menyamak adalah menghilangkan fudlulul (hal-hal yang melekat) kulit yang bisa membuat busuk yaitu berupa darah dan sesamanya, dengan menggunakan barang yang asam / pahit seperti tanaman afshin. Jika barang pahit yang digunakan itu najis seperti kotoran burung dara, maka sudah dianggap cukup dalam penyamakan.

(إلا جلد الكلب والخنزير وما تولد منهما أو من أحدهما) مع حيوان طاهر فلا يطهر بالدباغ

Benda yang Tidak Bisa Suci Walau Disamak

Kecuali kulit bangkai anjing, babi, keturunan keduanya, atau keturunan salah satu dari keduanya hasil perkawinan dengan binatang yang suci. Maka kulit binatang-binatang ini tidak bisa suci dengan cara di-samak.

(وعظم الميتة وشعرها نجس) وكذا الميتة أيضاً نجسة وأريد بها الزائلة الحياة بغير ذكاة شرعية،

Tulang dan bulunya bangkai hukumnya adalah najis. Begitu juga bangkainya itu sendiri hukumnya juga najis.

Yang dikehendaki dengan bangkai adalah binatang yang mati sebab selain sembelihan secara syar’i.

فلا يستثنى حينئذ جنين المذكاة إذا خرج من بطن أمه ميتاً، لأن ذكاته في ذكاة أمه، وكذا غيره من المستثنيات المذكورة في المبسوطات، ثم استثنى من شعر الميتة قوله (إلا الآدميّ) أي فإن شعره طاهر كميتته.

Kalau demikian, maka tidak perlu dikecualikan janinnya binatang yang disembelih (secara syar’i) yang keluar dari perut induknya dalam keadaan mati. Begitu juga bentuk-bentuk pengecualian lain yang dijelaskan di dalam kitab-kitab yang luas keterangannya.

(pada tidak dikecualikan nya janin tersebut karena istitsna' adalah mengecualikan sesuatu dari golongan nya. Sedangkan janin tersebut bukan lagi termaksud bangkai sebab ia telah di sembelih secara syar’i melalui penyembelihan induknya.  Al- Baijuri, Darul Kutub al- ilmiyah, juz 1 hal 39.

Kemudian mushannaif mengecuali-kan dari bulu bangkai yaitu ungkapan beliau yang berbunyi, “kecuali anak Adam.” Maksudnya, maka sesungguhnya rambut dan bulu anak Adam hukumnya suc sebagaimana jenazahnya

Fathul Qarib (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang